Saat ibu Sultan dan Hatice, hendak turun, tiba-tiba dia mendengar teriakan Alexsandra. Dengan wajah serius, ibu Sultan bertanya kepada Hatice, "Siapa mereka....? Mengapa teriak-teriak seperti itu...? Sungguh tidak bijaksana."
Hatice menjawab dengan tenang, "Mereka semua gadis yang berasal dari Crimea, sebagai hadiah untuk Sultan."
Ibu Sultan dan Hatice, merasa perlu untuk menangani situasi tersebut secara langsung. Dia menyuruh Hatice untuk membawa Alexsandra ke hadapannya, seraya berkata, "Bawa gadis itu ke hadapan ku." Dengan demikian, kehadiran Alexsandra akan menjadi fokus perhatian langsung ibu Sultan, yang mungkin akan membawa perubahan signifikan dalam nasibnya di istana Ottoman.
Hatice terus memandangi Alexsandra dengan tatapan yang penuh pertimbangan saat dia dipaksa dan dibawa oleh pengawal untuk mandi. Di matanya tergambar campuran antara rasa simpati dan kebingungan atas nasib gadis itu di tengah lingkungan yang keras dan tidak ramah seperti istana Ottoman.
Hatice merenung sejenak, mencoba memahami perasaan dan pikiran Alexsandra yang mungkin penuh dengan kekhawatiran, kebingungan, dan ketidakpastian.
----
Saat Sulaiman dan Ibrahim duduk bersama di menara istana, Ibrahim menatap bintang dengan serius. Sulaiman mencatat, "Apakah mereka menghipnotis Anda....? Apa yang bintang katakan kepada Anda...?" Namun, sebelum Ibrahim bisa menjawab, tiba-tiba seorang prajurit datang.
Prajurit itu memberitahu bahwa Piri Pasha datang dengan rendah hati ingin menghadap pada Sultan. Ketika Piri Pasha memberikan impersal kepada Sultan Sulaiman dan memberitahukan bahwa jabatannya sudah selesai, Sulaiman dengan tegas menyatakan bahwa Piri Pasha sudah melayani ayahnya dengan setia. Sulaiman ingin Piri Pasha melanjutkan tugasnya lagi sebagai balas budi karena telah menemani ayahnya sejak dulu. Piri Pasha menerima permintaan tersebut dengan hormat dan langsung berterima kasih pada Sultan.
Dalam momen yang penuh dengan keadilan dan penghargaan, Sulaiman menunjukkan sikap yang adil dan penuh penghargaan terhadap pengabdi setia ayahnya, sementara Piri Pasha menerima kembali tugasnya dengan rendah hati dan rasa terima kasih.
Saat Piri Pasha hendak pergi, Sulaiman menyampaikan masalah lain yang menyangkut Falconer Kepala, Pargalı Ibrahim. "Mulai sekarang, dia akan menjadi master dari kamar privy, biar diketahui," ujarnya dengan tegas.
Ekspresi Piri Pasha saat mendengar perintah dan penugasan Pargalı Ibrahim membuatnya sedikit tidak senang, namun dia tetap diam. Meskipun begitu, di wajahnya terlihat jelas ekspresi yang menahan emosi, menunjukkan bahwa dia mungkin memiliki ketidaksetujuan atau kekecewaan terhadap keputusan tersebut. Dalam keadaan yang tegang, Piri Pasha menahan diri dan mematuhi perintah Sultan, meskipun perasaannya yang tidak begitu menyukainya.
Sumbul aga berjalan bersama pengawal dengan gesit, memberikan instruksi kepada Nigar Kalfa, "Nigar Kalfa, ikutlah bersama kami." Dia kemudian menoleh ke arah Ayse, "Ayse, ikutlah kami untuk mempersiapkan jamban agar cepat selesai."
Seorang selir lain memperhatikan percakapan itu dan menggoda Ayse, "Ay, gadis kamu beruntung. Kamu bisa melihat kamar Sultan." Ayse tersenyum dalam balasan.
Selir lain mencoba menggoda Ayse lebih lanjut, "Saya harap saya bisa ikut denganmu." Ekspresinya penuh dengan senyum yang menggoda.
Namun, Sumbul aga segera menegur mereka, "Pergilah dengan gosip...! Ayse, ayo pergi. Nigar Kalfa, sekarang...!"
Nigar Kalfa dan Ayse pun bergegas berjalan, tetapi Sumbul aga mengingatkan mereka, "Datanglah, jangan berlama-lama." Dengan itu, mereka segera melanjutkan perjalanan mereka dengan cepat, menyelesaikan tugas yang diberikan dengan efisien.
------
Sementara itu, di ruangan khusus, ibu Sultan, Hatice, dan bibinya memperhatikan dengan serius situasi ketika Alexsandra ditarik paksa oleh pengawal suruhan Daye Hatun. Alexsandra berteriak, "Lepaskan tangan saya...! Biarkan saya pergi dari sini....! Lepaskan saya...!" Namun, Daye Hatun menegurnya, "Jangan berteriak, diam...!"
Ibu Sultan kemudian menyuruh semua orang untuk tenang, sambil menatap tajam Alexsandra. Saat Alexsandra diam dan menatap balik, dia akhirnya berbicara, "Mereka membawa saya ke Neraka Ottoman ini dengan paksa. Tolong bantu selamatkan saya. Saya dapat memberitahu Anda bahwa Anda wanita yang paling kuat. Katakan pada mereka biarkan aku pergi. Kalau tidak, aku akan mengambil nyawaku sendiri." Namun, ibu Sultan menegaskan bahwa Alexsandra adalah milik Sultan Sulaiman. Dialah yang akan memutuskan hidup atau matinya.
Hatice menatap ibunya dengan sedih ketika ibu Sultan menegaskan pernyataannya kepada Alexsandra. Namun, Alexsandra tetap keras kepala, menyatakan bahwa dia lebih baik mati daripada menjadi milik seseorang. Meskipun merengek, tangannya tetap dipegangi oleh pengawal untuk mencegahnya kabur.
Daye Hatun meminta maaf kepada ibu Sultan dan berjanji akan mengajari Alexsandra pelajaran. Ibu Sultan kemudian memerintahkan agar dia diberikan pelajaran dan hukuman jika dia terus menolak. Setelah itu, Daye Hatun mundur dan pergi dari ruangan itu.
Sumbul aga, Nigar Kalfa, dan Ayse sibuk menyiapkan kamar Sultan Sulaiman. Setelah selesai, tiba-tiba Sultan Sulaiman dan Ibrahim masuk ke dalam kamar. Ibrahim memanggil Nigar Kalfa, yang kemudian pergi, dan ketika Ayse hendak pergi, Sultan Sulaiman menghentikannya dengan tatapan penuh ketertarikan dan berkata, "Anda tinggal." Sultan Sulaiman memandangi kecantikan Ayse dengan penuh perhatian.
Kemudian, Ibrahim, Sumbul aga, dan pengawal pergi meninggalkan kamar Sultan Sulaiman, meninggalkan Sultan Sulaiman dan Ayse sendirian di dalam kamar. Saat mereka berdua berhadapan, Sultan Sulaiman merapihkan rambut Ayse dan bertanya, "Siapa namamu....?" Ayse mencium baju Sultan Sulaiman dan dengan hormat berkata, "Asye, Yang Mulia...!" Namun, Sultan Sulaiman memegang dagunya dan menyuruhnya untuk berdiri. Keduanya bertatapan, terdorong oleh dorongan keintiman yang mendalam, dan tampaknya hendak berciuman.
-----
Di pemandian, semua budak termasuk Alexsandra diperiksa oleh perawat. Mereka harus melepas pakaian dan mengenakan handuk saja, kemudian perawat memeriksa seluruh tubuh mereka untuk memastikan kesehatan dan tidak adanya penyakit. Termasuk dalam pemeriksaan itu adalah pemeriksaan kemaluan mereka juga, sebagai bagian dari proses pemeriksaan kesehatan menyeluruh. Meskipun proses ini mungkin membuat mereka merasa tidak nyaman, ini dilakukan untuk memastikan kesejahteraan dan kesehatan semua budak yang baru saja tiba di Ottoman.
Saat bagian kemaluan Alexsandra hendak diperiksa, Alexsandra memberontak dengan keras, "Lepaskan aku, monster....!" Perawat dengan tegas menyuruhnya mendekat, tetapi Alexsandra menolak dengan marah, "Apakah kita binatang...?" Perawat terus menegaskan, "Turun...! Berhenti...! Duduk sekarang....!" Namun, Alexsandra tetap menentang, memohon agar ia dilepaskan. Akhirnya, setelah beberapa perdebatan, Alexsandra akhirnya duduk tetapi tetap marah, meminta perawat untuk melepaskan tangannya.
Nigar Kalfa, salah satu selir istana, bertanya kepada salah satu budak tentang nama orang yang kurang ajar itu. Budak wanita tersebut menjawab bahwa namanya adalah Alexsandra Rethenian.
Ketika Nigar Kalfa mendengar nama Alexsandra, dia teringat bahwa Ruthenian adalah sekelompok negara yang bersejarah di Kievan Rus, yang terdiri dari beberapa wilayah.
----
Semua budak mandi di tempat pemandian, mereka sedikit menikmati momen tersebut dengan rasa lega setelah perjalanan yang panjang. Namun, suasana berbeda terlihat pada Alexsandra. Dia tetap cemberut dan patah semangat, menyirami tubuhnya dengan air sambil merenung dalam kesedihan yang mendalam.
Di tengah kebahagiaan yang terlihat di sekelilingnya, Alexsandra masih terlihat tertekan dan tidak dapat menemukan kenikmatan dalam momen tersebut. Perasaannya yang terluka dan ketidakpastian tentang nasibnya di Ottoman membuatnya terus merasa muram, bahkan di saat-saat yang seharusnya membawa kelegaan.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Seorang Sultan
Ficción históricaSeorang gadis tak berdosa, terpisah dari keluarganya setelah diculik dan dijadikan budak oleh perampok kejam. Namun, nasibnya berubah ketika ia dijual ke istana yang megah. Di antara intrik dan kekuasaan di istana, apakah ia akan menemukan kebebasan...