BAB 1

132 20 43
                                    

Wellcome, vrenn

Vote dulu sebelum membaca

Jangan lupa follow Instagram:
@wp.liciako


💖Happy reading 💖

***

Malam itu, Lena pulang dari tempat kerjanya yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Terdengar suara beberapa tangan di depan.

Lena samar-samar melihat seorang pemuda di kroyok oleh beberapa pria yang postur badannya jauh lebih besar dari pada pemuda itu. Ia bingung, tiba-tiba saja di kepalanya terbesit ide. Ia mulai berlari menuju mereka dengan cepat. "Polisi! Lari, ayo lari!"

Para pria itu pun melarikan diri dari tempat itu. Lena membantu pemuda dengan sangat hati-hati. "Kamu gak kenapa-kenapa?"

"Enggak kok, Makasih ya," ujar pemuda itu.

"Iya, sama-sama. Yaudah aku pergi dulu ya, kamu hati-hati!" Balas Lena.

"Kamu sendiri? Mau aku antar?"

Lena berpikir sejenak, tak lama kemudian ia menganggukan kepalanya pelan.

Di sela langkahan kaki, Lena mengeluarkan suaranya untuk memecahkan keheningan. "Nama kamu siapa?"

Pemuda itu tersenyum. "Rion, kamu?"

"Aku Lena."

"Oh iya, kamu orang sini?" tanyanya lagi.

"Iya, baru pindah tadi," jawab Rion.

"Aku boleh tau? Kenapa orang-orang itu mukul kamu?"

Rion terdiam sejenak, lalu ia tersenyum lagi. "Itu temen-temen aku, Na. Biasalah, masalah pertemanan."

Lena mengangguk kecil, mereka terus berjalan dengan santai hingga akhirnya mereka berhenti di depan rumah berwarna putih.

"Ini rumah aku, makasih ya udah nganterin aku," ucap Lena seraya tersenyum.

"Sama-sama, rumah kamu gak jauh dari rumah aku. Kapan-kapan aku boleh main?"

"Boleh," balas Lena.

Lena membalikkan badannya, tak lupa tersenyum ke arah Rion. Rion melihat senyuman Lena dengan cepat membalasnya.

"Cantik, baik, manis," lirih Rion.

***

Gadis itu merebahkan dirinya di atas kasur yang empuk, ia membuka ponselnya yang tak ada notif dari tadi.

"Set dah, sepi amat nih," monolognya.

"Tidur ajah kali ya? Besok juga harus pagi-pagi berangkat kerja," sambung Lena.

Sebelum memejamkan matanya, Lena mulai memikirkan pemuda yang ia tolong tadi. "Kalau di pikir-pikir, Rion cakep juga," sanjung Lena seraya tersenyum.

"Ah udah ah, mau tidur." Tak lama, Lena benar-benar terlelap.

Disisi lain, Rion berlari memasuki area hutan yang berada tak jauh dari rumah Lena. Ia berlari menuju rumah besar dengan di tumbuhi tanaman semak belukar.

Rion membuka kencang pintu dan menutupnya rapat-rapat. Hingga membuat pria setengah baya yang berada di ruang tamu terkejut.

"Kenapa kamu!?" tanya pria setengah baya itu, yang menjadi Ayah Rion.

"Di kroyok."

"Bodoh! Kali ini kamu membunuh siapa lagi!?"

"Anak buahnya," balas singkat Rion dengan menduduki sofa.

"Astaga Rion, makin besar nanti masalahnya."

Pria setengah baya itu adalah Vikram.

"Ya bodoamat, suruh siapa ngabisin mama?" balas Rion.

Vikram merasa jengkel terhadap kelakuan anaknya yang semakin hari semakin bertingkah, ia memijat pangkal hidung sembari berjalan mondar mandir.

"Kalau sampai mereka tau kita tinggal di sini, Ayah gak akan segan-segan mengirimkan kamu ke asrama lagi!"

Rion menoleh cepat kearah Ayahnya. "Kemanapun, asal jangan ke asrama najis itu!"

"Terserah kamu!"

"Tadi sih sebenernya Rion udah mau ngambil pistol, eh tiba-tiba ada cewek yang ngebantu Rion. Reflek masukin pistol ke dalem," jelas Rion.

Vikram mengkerutkan alisnya. "Cewek?"

"Alis, mata, bibir, rahang. Semuanya sempurna."

"Lalu? Kamu apakan dia?"

"Antar pulang," balas Rion seraya tersenyum tipis.

Vikram yang melihat gelagat anaknya, tau jika anaknya tengah jatuh cinta. "Hati-hati, jangan Physical touch ke dia."

Rion mengangguk. "Iya tau."

***

Sedikit ya?

gak papa, baru mulai hhehe

Gimana?

Suka?

Jika suka, wajib vote, komen, and share!!

Cukup itu ajah, dan...

Sekian, terima TF

🥡🥡🥡

HIDUP ATAU MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang