BAB 2

32 6 12
                                    

Tok tok tok

Selamat siang semuanya ☀️

Saya datang membawa cerita

Sebelum membaca, alangkah baiknya berdoa dulu

Agar tidak ada adegan yang membuat jantung jedag jedug 💓

***

PRYANGG

"Kamu gimana sih! Kerja begini saja tidak becus!" Murka pria paruh baya dengan melemparkan piring alumunium.

"M-maaf pak! Lain kali saya akan berhati-hati," ujar Lena menunduk gemetar.

"Lain kali? Ini sudah yang ke berapa kali? Mulai besok kamu tidak perlu bekerja lagi!" Frans, membentak Lena dengan garangnya. Karena telah membuat kekacauan di dapur Restaurant, tempat kerja Lena saat ini.

Lena dengan badan gemetar meraih tangan Frans, yang menjadi bos dari Restaurant itu. "Tolong, jangan pecat saya! Saya akan ganti rugi semuanya."

Frans menepis tangan Lena dengan kasar. "Makanan yang di jatuhkan olehmu, harganya melebihi harga dirimu!"

Deg!

Frans meninggalkan Lena yang sedang mematung, para pekerja pun mulai berkerumunan untuk mengecek keadaan gadis itu. Namun Lena lebih memilih berjalan meninggalkan Restaurant.

Gadis itu menangis sesenggukan di bawahnya sinar matahari. Berfikir, jika kedua orangtuanya mengetahui jika dirinya di pecat dari pekerjaannya, pasti akan di marahi habis-habisan.

"Aku takut pulang," lirihnya.

Di seberang jalan, seorang remaja tengah melambaikan tangan ke arah Lena. Gadis itu terdiam dan sampai akhirnya tersadar bahwa remaja itu adalah Rion.

Rion berlari menghampiri Lena, sementara Lena sibuk mengusap air mata yang telah melintasi pipinya.

Rion melihat mata gadis itu bengkak. "Are you okey?"

Lena tersenyum kecil. "Iya."

Rion melihat Lena dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kita ke kafe? Atau ke tempat yang bikin kamu ngerasa baikan?"

"Enggak, aku enggak kenapa-kenapa," ujar Lena dengan menggeleng pelan.

Melihat respon Lena, Rion tak langsung menyerah begitu saja. "Mau main?"

Lena melihat wajah Rion yang sempurna. "Aku mau pulang ajah."

"Aku antar."

Melihat perlakuan Rion kepadanya, gadis itu membiarkan Rion mengantar dirinya pulang. Di sepanjang jalan yang mereka lewati dengan langkahan kecil, Lena berfikir apa jadinya jika ia tidak punya pekerjaan.

"Len? Kalau ada masalah cerita ajah ke aku."

Lena menggeleng. "Enggak, Rion."

Rion membalas Lena. "Siapa tau aku bisa bantu Len, anggap ajah sebagai ucapan terimakasih aku soal kejadian semalam."

"Aku di pecat."

"Hmm, sorry.  Kamu bekerja di mana?" tanya Rion.

"Restaurant dekat taman."

"Oh itu. Yaudah, nanti aku cariin pekerjaan buat kamu."

Lena menoleh cepat dengan senyumannya yang mengambang. "Serius?"

"Iya Len," balas Rion.

"Aku pernah melihat senyuman ini sebelumnya, tapi di mana?" Batinnya.

Mereka berjalan beriringan menuju rumah Lena
Yang sebentar lagi akan sampai.

"Makasih ya Rion, kamu baik banget sama aku."

"Iya Len, sama-sama. Aku pergi dulu ya?"

Lena mengangguk. Tak lama kemudian ia membalikkan badan untuk memasukki pekarangan rumahnya.

Kirana, wanita berusia 39 tahun yang menjadi ibu Lena. Menatap tajam kearah anaknya. "Siapa laki-laki itu?" tanya Kirana.

Lena menunduk. "Teman."

"Ibu gak suka kamu dekat-dekat sama laki-laki!"

Lena diam tak berkutik.

"Kenapa kamu pulang? Bukannya kamu akan pulang nanti sore?" tanya Kirana yang sadar anaknya telah pulang.

"Aku, di pecat."

"Lena! Kok bisa? Kamu berbuat kesalahan apa lagi?" bentak Kirana.

"Lena gak sengaja, Bu."

"Ibu gak mau tau, secepatnya kamu harus menemukan pekerjaan!"

"I-iya."

Kirana menghela napasnya kasar. "Masuk."

***

"Tunggu sampai dendam ini selesai," batin Rion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tunggu sampai dendam ini selesai," batin Rion.

Rion menatap langit-langit kamarnya dengan seksama. "jalanin misi sekarang ajah kali ya?" ujarnya.

"Gedeg banget ngeliat Mafia sialan itu! Rasanya makin besar ajah dendam ke dia."

"Jangan dulu, untuk sementara ini kamu tetap berada di kafe. Karena bawahan Kairo masih berkeliaran dimana-mana, untuk membawamu ke hadapannya." Vikram berjalan memasuki kamar Rion dengan perlahan.

"Ayah, Rion boleh minta sesuatu?" tanya Rion, berharap Vikram menerima permintaannya.

"Apa itu?"

"Lena, yang ngebantu Rion semalam. Kehilangan pekerjaannya, dan Rion minta tolong ke Ayah supaya Lena bisa kerja di kafe kita," jelas Rion.

"Kamu tau sendiri kan, kafe kita adalah markas. Jika suatu saat mafia itu datang dan Lena terlibat, itu akan sangat merepotkan."

"Tenang, yah. Rion bakal jagain dia, di kafe bersikap layaknya biasa ajah. Jangan sampai dia curigai, gampang kan?"

Vikram menatap Rion dalam. "Kamu yakin akan menjaganya? Ini adalah urusan hidup atau mati."

Rion mengangguk mantap. "Zov, sudah ku suruh untuk membakar Restaurant di dekat taman besar itu. Karena Lena sebelum di pecat, bekerja di sana."

"Tahan amarahmu, jangan terlalu sering membuat kekacauan."

"Tenang saja, aku akan mengerjakannya dengan sempurna."

Disisi lain, keluarga Lena berada depan televisi. Lena terdiam dengan memikirkan Rion, apakah dia berhasil membantu dirinya untuk mendapatkan pekerjaan?

"Lena ke kamar, ibu ingin bicara sebentar."

***

Eh eh eh, bicara apa ya...

Vote, komen untuk menemukan jawabannya^_^

Jangan lupa follow akun ini, agar kalian tidak kelewatan cerita ini

See youuu gengsss

☕☕☕

HIDUP ATAU MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang