Bab 5

4K 60 8
                                    

Gue mengubah posisi dan menendang peler regan dengan keras, membuat regan menjerit kesakitan.

"Akkkkk akhhhhh" badan ambuk sembari regan memegang kontolnya.

"Bangun lu anjing" perintah gue.

Dengan cepat regan berdiri kembali ke posisi semula seperti anjing.

Dengan senyum licik, gue melangkah mundur dan memberikan tendangan lagi, mengarah langsung ke peler regan. Tendangan itu mengirimkan
gelombang kenikmatan-kesakitan ke dalam diri regan, membuat matanya berputar ke belakang dalam ekstasi.

"Ahhhh awwwwww argggggg" dia terhuyung lagi.

Gue menarik rambutnya sehingga dia berusaha berdiri. Gue arahin regan berdiri tegak di depan meja dengan kontol dan peler menempel dimeja.

Kemudian tanpa pikir panjang gue naik keatas meja. Gue menggunakan sepatu dengan sol lumayan tebal, tanpa aba-aba langsung menginjak kontol regan sebagai pembuka.

Secara spontan akibat serangan gue yang mendadak regan teriak kesakitan dan dia berusaha memegang sepatu gue yang menginjak batang kontol & biji pelernya secara brutal tersebut dan mata dia mengeluarkan air mata.

"Ahhh arghhhhhhhh"

Regan berusaha mengangkat kaki gue agar menjauh dari kontolnya tapi gue menolak dan malah gue menggesekkan sepatu gue ke kontol regan seakan akan kontolnya itu keset. Dan regan teriak lagi menahan sakit yang luar biasa. Teriakannya itu lebih kencang dari yang pertama.

"Arggggggghhjjjj argghhhhhhhhhh"

Gue angkat sepatu gue sebentar lalu sekali lagi menggesek-gesekkan sepatu gue seperti keset lantai ke kontol regan. Namun tak banyak yang bisa dilakukan, tubuhnya terhimpit diantara meja dan dinding, tak bisa menghindar dan dia pasrah kontolnya dijadikan keset, disini gue tau muka menahan sakit namun dia cum, mungkin karena regan seorang masokis yang benar benar membuat gue tau gambaran tentang seorang masokis.

Gue memberi jeda untuk regan mengambil nafas dan bersiap untuk merasakan rasa sakit lagi. Gue injek kontol regan dengan lumayan kencang, dia berusaha mengatur napas menahan hentakan menyakitkan pada kontolnya, mata terpejam dan urat yang di lehernya seperti tertarik, dia berusaha menahan rasa sakit.

Regan sebelumnya sudah menjelaskan  untuk melakukan kekerasan pada dirinya sebab dia akan sangat puas jika menerima siksaan yang akan berakibat kepuasan pada hasratnya.

Gue menyuruh regan untuk berbaring di meja secara telentang dengan kepala yang dibawah terdapat bantal, lalu gue mengikat kaki dan tangan ke empat sudut meja, disini gue menyisakan lebar dua jari di antara dahan dan ikatan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan si regan.

Gue menutup mata regan untuk menambah sensasi bagi dia, lalu gue berbaring di samping regan tangan gue mengelus perut berototnya lalu beralih kebawah, regan sedikit mengeliat saat gue memegang dan mengelus dengan lembut pelernya.

Tangan gue balik lagi keatas meraba-raba puting regan. Mengelus, menekan, mencubit & menarik-narik puting, dan puting regan mulai mengeras selagi tangan kirinya bermain di puting kirinya, lidah gue mulai menggoda puting kanan regan dengan menjilatinya, kemudian gue menghisapnya dengan rakus.

Tangan gue mulai turun lagi ke bawah meraih kontol regan & mengocoknya. Desahannya mulai memburu menunjukkan dia sedang kenikmatan.

"Aaahhh uhmmm ahhh ammm"

"Ah uh ah uh ah ahhhh ah ahhhh"

Gue mengentikan kocokan pada kontolnya, kini gue mulai menarik putingnya dengan gigi gue, dia meringis menahan sakit badannya mengimbangi dengan sedikit keatas untuk mengurangi rasa sakit. Gue gigit makin kencang dan menariknya keatas.

"Ahhhhhhh"

Akhirnya gue melepaskan dan regan menarik udara banyak banyak. Kini gue berdiri berpindah posisi kedalam belahan pahanya, gue mengelus-ngelus kontol dan pelernya lalu gue mulai menepuk biji pelernya berkali-kali, setelah itu gue meremas pelernya irfan dan menariknya ke atas, membuat kulit kantong pelernya tertarik hebat.

"Arrrggghhh,, ampun ampun please jangan ditarik arrghhhh" teriak regan sambil mengeliat dan urat di lehernya ketarik menahan rasa sakit dan mules ketika pelernya gue mainin.

Gue berhenti sejenak melihat mukanya yang sudah merah, akhirnya regan mengambil nafas dengan brutal.

Gue berdiri kaki gue mulai menendang nendang kontol regan, gue mulai menginjak perlahan biji peler regan Kemudian secara cepat gue menendang kontol irfan dengan punggung kaki.

"Ahhhh ahhhh" teriaknya akibat keterkejutan yang gue buat.

Regan berusaha menutup selangkangannya namun hasilnya nihil.
Sekitar 20 kali tendangan non stop pada pelernya sampai dia tidak tertahankan dan suara tendangan pada peler regan bersahutan dengan teriakan kesakitannya, lalu regan berusaha menghindari namun naas hasilnya nihil.

Gue dengan kaki berusaha memerintahkan untuk membuka lebar selangkangannya. Regan hanya pasrah, tanpa basa basi gue menendang peler regan berkali kali, dia menahan rasa sakit hingga wajah merah padam.

Dirasa cukup gue duduk menggenggam peler dan kontol regan. Tangan kiri gue mengangkat kontolnya lalu tangan kiri gue menampar peler regan dengan cepat, karena dia seorang masokis kontol dia sudah becek akibat cum.

"Aaaarrggghhhhhh, please! sakit tuan!" Pintanya ampun.

Gue tidak menanggapi permintaan regan dan tangan gue masing masing memegang biji peler si regan, kemudian gue meremas-remas biji pelernya. Gue ga peduli walaupun regan berteriak kencang merasakan sakit yang luar biasa.

"Argghhhhhhhhhhhhhhh"

Gue mengakhiri sesi kedua kali ini, gue melepaskan ikatan di kaki dan tangannya. Melihat regan yang sudah lemas terbuai.

"masih mau lu jadi slave gua?" Tanya gue

"Saya sangat ingin tuan" jawabnya.

Melihat jam sudah menunjukan pukul 12 malam dan besok gue harus masuk kerja.

Regan masih terbaring lemas

“Oh wow.” gue tertawa sebelum berdiri. "Sekarang, inilah pembuktian sesungguhnya". Ujar gue sembari berjalan mendekat ke arah regan.

Gue mulai melepaskan cekala gue dan mulai mendekati belahan pantat gue ke muka regan dengan posisi gue jongkok.

Saat hidung dan mulut regan langsung masuk ke pantat gue, dia mulai menggelengkan kepalanya, mencoba mendorong gue menjauh.

"Tenang ini ritual terakhir supaya lu bisa jadi anjing gue!" Gue berteriak.

"Jilat" perintah gue

Saat itu rega menjilat sedikit belahan pantat bagian dalam gue.

"Bersiaplah makanan lu bakal keluar" suara gue sembari mendorong tai keluar dari lubang bool gue.

Regan berusaha menghindar reflek gue memukul perutnya.

Regan menjadi tenang, kepalanya bergerak ke atas mendekati tai gue.

“Sekarang makan semuanya!” gue menekan lebih agar kotoran gue keluar semua.

Tai mulai masuk kedalam mulut regan, regan mulai mengunyah tainya tapi dia berusaha memuntahkannya, dan meskipun regan tidak mau, regan harus menelan semuanya demi jadi slave gue.

Dirasa sudah habis, regan menjulurkan lidahnya, mengambil tai yang tersisa dari pantat gue dan membersihkan pantat gue. Gue berdiri dan mulai ngencingin seluruh badan regan.

"Gue akui dan mulai sekarang lu slave gue" ujar gue lalu pergi ke kamar mandi untuk bebersih.

Setelah selesai gue menghampiri regan yang masih terbujur lemas.

"Gue pamit karena besok gue harus kerja"

"Terimakasih tuan, saya akan menjadi slave yang baik untuk tuan" ucapnya

"Gue tunggu itu" jawab gue sembari pergi meninggal regan dan berjalan untuk pulang.

Family SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang