"Lihat, tampangnya saja bak bidadari, tapi hatinya busuk"
"Si Jisoo itu datang-datang malah membawa onar. Jangan karena dia istri nya si bos, atau karena dia adalah Nyonya Jeon, jadi bisa semena-mena begitu ya. Sebal sekali!"
"Aish, kalian ini. Jangann terlalu ikut campur. Jika terdengar oleh Tuan Jung bisa lho, habis kalian.."
"Kau membelanya? Yang benar saja! Apa kau mencari muka didepan mereka begitu? Jika tidak suka bilang saja, jangan pura-pura seperti itu"
"Bukan begitu. Buruknya Nyonya Jisoo, beliau tetap istrinya Tuan Jung yang diratukan. Jika ini terdengar sampai ke telinganya, aku tidak akan tau deh kalian akan seperti apa. Secara kan, Tuan Jung kalau marah tanpa basa-basi bakal langsung cut off orang-orang yang menurutnya salah"
"Benar juga. Lagi pula wanita mana yang akan senang jika anaknya dihina seperti tadi, yang notabene nya kita adalah orang lain yang tidak tahu apapun soal kehidupan beliau. Seharusnya sesama wanita lebih baik saling menghargai saja dibanding saling mencela seperti itu"
"Jadi menurutmu, pendapatku salah?"
"Lalu, apa pendapatku juga salah menurutmu?"
"Sudahlah, kita sudahi saja pembicaraan ini. Lebih baik kembali bekerja dan tidak tahu apa-apa. Jangan sampai kita terkena masalah hanya karena ikut campur urusan mereka"
Jisoo mendengar semuanya. Setelah perbedaran sengit tadi, Jisoo membawa dirinya ke kamar mandi untuk menenangkan diri dan ya, Jisoo ada disana mendengarkan gunjingan juga pembenaran dari beberapa orang yang berbeda karakter itu. Ia mengintip sedikit dibalik sela pintu kamar mandi. Mengamati wajah siapa saja yang mengatakan hal buruk padanya, juga yang melakukan pembenaran
Ia mengepal lengannya dengan kuat, wajahnya sudah berubah menjadi merah padam dan emosinya mendidih. Tidak, Jisoo tidak kesal dengan orang yang menghina nya, tapi ia kesal dengan orang yang mengecap dirinya berlaku semena-mena karena menjadi istrinya Jungkook
Padahal, jika ditelaah lagi, ia berlaku seperti itu karena ia menghina anaknya. Karena mendapati wanita yang tidak bisa menghargai wanita lainnya. Ia seperti itu hanya ingin memberi pelajaran, bukan tujuan yang tidak jelas apalagi menyalahgunakan wewenang. Salah, tetaplah salah.
"Sudah cukup bergosipnya?" Jisoo tiba-tiba saja keluar dari salah satu bilik kamar mandi yang dimana membuat semuanya tertegun, terutama untuk beberapa orang yang mengunjingnya mati-matian tadi
Mata mereka membola dengan bulat sempurna, ekspresi dari rasa takut itu sulit sekali di deskripsikan, padahal Jisoo hanya menyapa mereka dengan senyuman dan berlagak dengan anggun
"Jika sudah menggosipnya, lebih baik kembali bekerja. Oke? Aku takut kalian bernasib sama dengan teman kalian yang sebelumnya bersiteru denganku" ujar Jisoo dengan nada yang kelewat tenang dan tersenyum dengan manis. Tidak ada guratan amarah ataupun alis yang menukik tajam
Namun, sikap Jisoo yang seperti itu nyatanya terasa lebih horor bagi mereka. Nyonya besarnya ini sepertinya mendengar jelas obrolan mereka, jelas juga ia pasti marah, namun ia lebih memilih tenang dibanding berkoar-koar dengan nada tinggi
"Ba-baik Nyonya. Maafkan kami.." semuanya menunduk, dan mundur beberapa langkah untuk memberikan Jisoo jalan
"Terimakasih.." Jisoo tersenyum dan berjalan dengan anggun melewati beberapa kuman yang sebelumnya mencemooh dirinya dengan kata-kata yang tidak terpuji
KAMU SEDANG MEMBACA
The Happiest Girl
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE YA TEMEN TEMEN💜 Terkadang, karena terlalu banyak lelah dan patah, banyak orang memilih berdamai dengan keadaan dan kesepian dibanding harus terus kembali meraung dalam sebuah ketidakpastian yang...