"Taehyung?" Semuanya menatap pada Taeji. Taehyung yang penasaran pun mulai menghampirinya
"Apa sejauh itu kau merusak putriku?!" Amarah Taeji kembali terpancing
"A-ada apa ayah?" Nyali nya kembali menciut, ia sendiri pun bingung harus mengatakan apa. Ia mendekat dan melihat ke arah Jeonata
Ia pun termenung menatap lekat anak tak berdosa itu. Wajahnya benar-benar mirip sekali dengannya. Tungkai kakinya melemas. Ia terjatuh dengan terus menatap anak itu "J-Jeonata? Dia anakku?"
Bak dihantam oleh bongkahan batu besar, hatinya remuk. Matanya terus terhimpit kearah Jeonata, seolah tidak bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain
Jisoo yang melihat itu teriak dengan lantang, merasa tak terima ketika Taehyung hendak menyentuh anakknya "JANGAN MENYENTUHNYA, KAU PEMBUNUH!"
Semuanya menatap ke arah Jisoo, merasa kaget ketika Jisoo mengatakan kalau Taehyung seorang pembunuh "Apa? Aku benar kan? Dia pembunuh!"
"Jeon, bawa Jeonata kesini, jangan berikan ruang yang banyak untuk si pembunuh itu!" Taeji segera mendorong Taehyung yang bersimpuh disana, membawa box bayi ke arah Jungkook dan dibawanya Jeonata ke dekapan Jisoo
Jisoo gemetar, tak peduli Jeonata memiliki rupa mirip siapa, yang terpenting ia tetap anaknya Jisoo. Ia menciumi seluruh permukaan wajah bayi itu yang sudah memucat. Merasa berdosa karena membawanya dalam kubangan kehancuran
"Jeonata, anak ibu..." Jisoo menangis, menumpahkan seluruh rasa sakitnya saat mendekap Jeonata "Kenapa pergi secepat itu nak?" lanjutnya sambil terus terisak
Taehyung hanya terus menunduk, ia sedikit marah karena Jisoo menyembunyikannya. Namun semuanya tetaplah sia-sia. Jeonata sudah meninggalkan mereka semua
Jisoo turun dari ranjang, berusaha jalan dan menepi ke arah jendela besar yang ada disana. Dibantu dengan Jungkook "mau kemana?" Tanya Jungkook
"Ke jendela itu, setidaknya.. anakku pernah merasakan bahwa dunia yang kejam ini memiliki sisi yang indah"
Jisoo ada disana, didepan jendela besar yang berada di ruangan VIP itu "nak lihat, kalau kau masih hidup kita akan pulang, kerumah kita. Tapi dimana yaa rumahnya? Disana, disana, atau disana?" Jisoo terus berbicara sambil menunjuk ke sembarang arah. Ia menangis, membayangkan kehidupannya yang lagi-lagi menyakitkan
"Jisoo!" Dengan berani Taehyung bangun dari duduknya. Mengepal lengannya kuat dan sedikit berlari kearah Jisoo. Melihat itu, Jungkook langsung menghadangnya. Dan seketika itu Taehyung berhenti
Terlihat guratan amarah saat Jungkook menghadangnya, rahangnya mengeras. Jisoo yang sedari tadi menghadap ke jendela tidak terkejut dengan teriakan Taehyung atau pun menatapnya. Ia tidak peduli Taehyung akan melakukan apa, terlebih ia percaya bahwa suaminya pasti akan menjaganya
"Ada apa kau memanggil istriku?"
"Kau!" Taehyung mendekat ke arah Jungkook dengan jarak hanya 3cm. "Kau menyembunyikan hal sebesar ini?"
"Apa pedulimu? Bukannya sejak awal memang kau tak pernah menginginkan Jisoo? Bahkan kau menyerahkan Jisoo padaku dengan penuh. Sekarang, bukan hak mu lagi untuk mengetahui apapun tentang Jisoo termasuk dengan anaknya?"
"Tapi dia tetap darah dagingku! Dia anakku!" Teriak Taehyung dengan rahang yang mengeras
"Tapi dia sudah meninggal! Dia meninggal karena ulah ayah nya sendiri! Apa orang seperti itu berhak mendapatkan gelar ayah? Bahkan dianggap seorang lelaki pun rasanya begitu menjijikan!"
"Kalau pun ia hidup, sayang sekali karena hidupnya akan terus menyedihkan. Kau pasti akan menuntut banyak dan menggeret paksa anak yang tak menginginkannya ada tiba-tiba minta hak asuh. Ia akan menderita karena tidak mendapat kasih sayang yang tulus dari orang tuanya yang egois!" Lanjutnya Jungkook lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
The Happiest Girl
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE YA TEMEN TEMEN💜 Terkadang, karena terlalu banyak lelah dan patah, banyak orang memilih berdamai dengan keadaan dan kesepian dibanding harus terus kembali meraung dalam sebuah ketidakpastian yang...