Bab 2. Aiden, satu satunya_

2 0 0
                                    

Note: Mohon maaf terkait Bab 1 yang saya tunda publisnya, karna suatu masalah saya harus menunda publis Bab 1, sekali lagi saya minta maaf dan mohon pengertianya.
.
.
.
Lanjut_

//Masih pada Hari yang sama_
Setelah pergi_ Exel datang ke Taman Belakang Kediaman Mellfiss.
Sebuah lapangan basket yang dibuat sederhana.
Exel mengambil bollanya dan memainkanya dengan melakukan Drible, tapi wajahnya terlihat murung.

Disisi lain, Aiden yang kebingungan mencari Exel setelah menemui Renatha.

"Dimana Exel?"
Tanya Aiden pada Seorang pelayan.

"Mohon maaf tuan muda, saya tidak mengetahui dimana tuan muda Exel"

Sahut pelayan tersebut.

Mendengarnya Aiden khawatir, ia terlalu terburu buru, sampai melupakan adiknya.

///Tiba tiba_

"Tuan muda_ Nyonya meminta anda bersiap dan segera berangkat untuk les piano anda"

Kata Kepala pelayan yang datang dari belakang Aiden.

"Ah, tapi aku! Em_ baikalah aku akan bersiap sebentar"

Awalnya Aiden ingin menolak, tapi ia khawatir akan memulai amarah ibunya.

Aiden pun pergi ke tempat les pianonya beberapa saat kemudian.

_hari mulai memudar, gelap mulai menjalar sebagian cahaya_
Exel masih berada di tempat yang sama, denga keringat di tubuhnya yang kecil, ia terlihat kelelahan.

Tapi_ rasa lelahnya tidak membuatnya berhenti sampai hujan mulai turun.
Dan, tak satupun orang mengetahui keberadaanya.
Seaakan kehadiranya tak pernah ada di kediaman itu.

Hingga ahirnya seseorang berlari ke arahnya membawa payung yang cukup besar.

"Xel!! Berhenti! Apa yang tengah kamu lakukan? Kamu bisa sakit!"

Teriak Aiden yang baru saja kembali dari lesnya.
Wajah Aiden Khawatir melihat Exel kehujanan.
Aiden memayungi Exel yang basah kuyup.

"Ayo masuk, dan keringkan tubuhmu, kamu bisa kena flu dan demam"

Kata Aiden sembari menggandeng tangan Exel.

Exel terdiam dan hanya mengikuti Aiden dengan patuh.
Sampai di kamar Exel, Aiden meminta pelayan menyiapkan handuk dan air hangat.

Singkat cerita, Exel selesai mandi, di sambut denga Aiden yang menunggunya di luar.

"Xel? Maafkan aku"
Ucap Aiden di depan Exel.

"Untuk apa kak? Kakak kan tidak salah apapun?"
Sahut Exel tanpa menatap Aiden.

Mendengarnya, Hati Aiden tergerak membuatnya memeluk Exel kecil.
Seakan rasa sayangnya sebagai seorang kakak sangatlah besar.
Exel yang tak faham mengapa kakaknya bisa sebaik itu padanya hanya mampu membalas pelukan itu.
Dalam pelukan Aiden, Exel menyadari Kakaknya, Satu satunya yang menyayanginya.

_~><~_

Exel tak pernah menangis di hadapan siapapun, dan bukan tanpa alasan.
Exel tau, jika dia bersedih dan terlihat lemah, itu hanya membuatnya diremehkan, karnanya ia tumbuh menjadi anak yang dingin, dan tak menunjukan kelemahanya pada siapapun termasuk Aiden.
Meski dalam hati kecilnya, Exel juga mengharapkan rasa cinta, dan pelukan orang tua.

Tapi berkatnya, Aiden menjadi orang berhaga bagi Exel. Meski Exel ragu akan perasaanya, ia cukup yakin, bahwa ia menyayangi kakaknya, yang memberinya cinta dan kesih sayang, sebagai pengganti Orang tua.

_Setelah kejadian hari itu, Aiden bertindak lebih hati hati dari biasanya. Agar tak kembali menambah luka Exel, dan berbuat sia sia dengan ibunya yang keras kepala.
Ia memilih menjaga dan memberikan cinta pada anak yang selalu bersamanya sedari kecil._

_Bersambung_


I Will Find My Own Love_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang