Gadis itu berjalan lunglai dengan membawa sebuah jantung. Ia harus kabur, Elvi terus berjalan keluar perkarangan sekolah. Seluruh mata tertuju padanya, namun tidak ada yang berniat menolong.
"Bang Gentar ... Kak Sopan ...., Tolong Gempa ..." Gadis itu terisak, kakinya dalam kondisi kritis. Ia terus berjalan, membawa sebuah jantung. Tak lama ia tiba disebuah hutan yang berada dekat dengan sekolah, anak itu berharap ia dapat lolos dari kejaran mereka disana, semoga. Ia terus berjalan, berjalan dan berjalan hingga ia sampai di ujung jurang.
"Disini aman?" Elvi menghela nafas, ia duduk di tepi jurang. Tangan kecil mulai membuka hijabnya, mengikatkan kain itu pada luka di kakinya. Luka itu cukup besar, bahkan mungkin harus dijahit.
Elvi merenung di tepi jurang, ia melihat semua kejadian di depan mata. Semua orang yang ia sayang lenyap. Tak memiliki sahabat, apalagi keluarga. Hanya tersisa ia seorang diri.
Tepat saat itu, suara ledakan besar terdengar. Elvi menatap ke belakang, 2 manusia terlihat berjalan mendekat.
"Tolong ... Gempa ga kuat ...." Gadis itu terisak, ia memeluk erat jantung Halilintar. "Dapet lo." Aya berteriak, ia berjalan mendekat dengan pisau di tangannya.
"Kebanyakan drama lo, kita bukan teman, semua yang kami lakuin selama ini cuma buat ngelabui lo, dan mereka." Fang berkata dengan seringai di wajahnya.
"1 lawan 2, gapapa lah ya." Aya berkata, menatap ke belakang sebentar lalu kembali menghadap pada Elvi. "Gue ga salah apa-apa sama kalian, tolong jangan ganggu hidup gue." Elvi menarik nafas, ia sudah bersiap dengan cutter kecilnya.
"Emang sih, tapi ya gitu." Fang berkata, mulai mendekat. "Apa motif kalian sebenarnya? Gue harus tau sebelum mati." Elvi mendesis.
"Uhm .... Mulai dari gue deh! Kalau gue sih dendam sama ortu lo. Semuanya bohong Vi, ayah lo meninggal karna ditabrak suruhan ayah gue. Dan ayah gur meninggal karna ngejar ayah lo." Aya menghembuskan nafas.
Elvi menatap ke arah hutan, air matanya terus mengalir deras.
"Ayah lo nyuri berkas penting perusahaan ayah gue. Itu bikin ayah mau ngejar ayah lo ke Indonesia, tapi sebelum itu dia nyuruh bawahannya yang ada di indonesia buat bikin keluarga lo sengsara. Waktu itu lo udah hidup sekitaran 3hari di indonesia waktu ibu lo ngandung lo. Gue dalam perjalanan dari london, memang sih kejadian ga teringat jelas tapi kak Yaya pernah cerita. Pesawat kecelakaan, yang selamat cuma beberapa orang termasuk gue dan kak Yaya. Itu bikin gue dendam sama lo. Gue sengaja sok baik di depan lo."
"KALAU GITU KENAPA LO BUNUH KAK YAYA?!" Elvi berteriak marah, keringat membasahi tubuh anak itu.
"Karna b-o-s-e-n." Aya terkekeh.
"Oh! Satu lagi, gue kecanduan makan daging manusia aja sih berkat Fang. Say thanks to him." Aya tersenyum, bersiap dengan pisaunya.
"Kalau gue semata aja. Karna dari kecil ditinggal bang kaizo, jadi bosen. Pernah sih waktu itu bunuh tetangga trus jadiin makan malem bareng si kaizo. Waktu ditanya gue jawab aja daging pemberian tetangga lain. Kalau ga salah dari umur 10 sih. And now ... You'll be our dinner." Fang mengisi ulang pistolnya.
"Kenapa kalian ledakin sekolah?" Tanya Elvi lagi dengan nada kesal. "For fun!" Aya mendekat, melukai pundak Elvi.
Setelah terluka, Elvi sontak menjauh. Tubuh kecilnya gemetar, ia langsung mengambil cutter kecilnya yang sudah patah.
"Ah~ dapat!" Aya terkikik ketika ia berhasil melukai leher Elvi. "Dapat juga!" Elvi melirik ke belakang, mencibir ketika melihat sayatan dibagian lengan Aya.
"Lo-" Aya tampak marah, setelahnya ia tersenyum lalu kembali menyerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinting Gila Miring S2 ✔
Mystery / ThrillerBOBOIBOY HANYA MILIK MONSTA!! (baca dekripsi agar mengerti dengan alur) Hari berganti dan berganti, semua tak lagi sama. Kejadian 3 tahun lalu membuat ricuh, kepolisian menemukan bukti bahwa rumah sakit sengaja dibakar dengan cara menaikan tekanan...