PUKUL delapan pagi. Setelah tadi malam hujan deras membungkus kota, pagi ini, hari yang cerah, pelajaran pertama adalah matematika. Bu Nana memasuki kelas dengan seorang siswi- aku tidak tahu namanya- , dan menyapa kami.
"Baik, anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru kalian" Bu Nana menatap seluruh ruangan."Silahkan- " Sebelum Bu Nana menyelesaikan kalimat nya, siswi baru itu berjalan kearah mejaku!
"Akhirnya kita bisa bertemu." Gadis dengan Eye patch putih disebelah mata kanan nya menatap intens kepada ku. "Ukh- Mataku! mataku! mulai bereaksi!" Seluruh kelas menatapku karena gadis aneh ini. "Kau kenal dengannya?" Takashi, cowok yang duduk di belakangku bertanya bingung kepadaku. "Tidak kok!"
"Mataku" Ujar gadis itu dengan muka melas, matanya sedikit mengeluarkan air mata. Satu kelas menatapku. Dengan kata lain mereka ingin aku yang mengantarkan gadis aneh ini ke ruang uks. Astaga pagi hari ini aku sial sekali.
. . .
(Name) Inoue, Nama dari gadis aneh tadi. Sejujurnya, sosok dia yang seperti itu mengingatkan ku dengan sindrom kelas delapan atau bisa disebut sebagai Chūnibyō. Wajahnya tidak buruk juga jika ku lihat-lihat, kalau saja dia normal sedikit mungkin ku akui kalau dia cukup... imut?
Astaga mikir apa aku tadi. Sekarang, disamping ku gadis aneh itu- maksud ku (Name) sedang berbicara rumit dengan kosakata yang aneh. Tidak heran, tapi ayolah siapa yang tidak lelah meladeninya?
"Kemari" Aku memposisikan diriku berdiri di depan nya.
"Mata iblis ku tidak membutuhkan nya!" (Name) berseru.
Aku menyatukan alis ku, menatapnya heran. Dia mabuk, ya. "Bicara apa kau? cepat kemari dan kita akan memasuki kelas lagi."
"Kau mabuk ya? mata iblis itu gak ada." Air wajah nya menjadi serius setelah mendengar perkataanku.
"Ada. Mau lihat?"
Cewek ini.. jangan-jangan dia.. ah itu gak mungkin. Dia gak benar-benar serius, kan. Aku menatap (Name) horor. Ini gak mungkin.
Dengan wajah serius nya (Name) bangun dan berjalan mendekat kearah ku. Aku mundur perlahan dengan wajah takut. Astaga, ini lebih horor daripada tidak mengerjakan pr matematika Bu Nana.
(Name) mengangkat Eye patch milik nya dengan dramatis. Memperlihatkan warna mata yang berbeda dengan mata kiri nya.
"Aduh!" Ternyata itu semua hanyalah kebohongan. Warna mata nya yang berbeda adalah lensa kontak. (Name) dengan panik memasang kembali lensa kontak nya.
"Tunggu sebentar! Aku bisa menjelaskan semua ini." Sergah (Name).
"Ah sudah lah. Ini semua hanyalah sebuah lensa kontak." Aku mendekatinya dengan wajah santai.
"Hentikan. Mata iblis itu beneran gak ada."
(Name) menyerah meyakini ku. Sorot mata nya terlihat kecewa. Dengan cepat aku tetes kan obat mata pada mata kanan nya. Setelah itu dia memasang kembali Eye patch miliknya.
"Kau sudah melihat mataku. Itu artinya kita terjalin kontrak." Kata (Name) dengan muka yakin dan serius.
Apa katanya? terjalin kontrak? yang benar saja! Aku menatap wajahnya tak percaya.
"Tunggu sebentar. Kenapa harus aku?"
"Karena kamu lah yang terpilih olehku secara langsung." (Name) menjawab dengan pose aneh. Tangan yang menutupi sebelah wajah nya, menyeringai.
Aku menetralkan kembali wajah ku. "Ah, terserah kau saja. Lakukan sesukamu." Aku menarik lengan nya keluar dari UKS, menuju kelas.
. . .
Pukul tiga sore. Aku membereskan buku, mempersiapkan diri untuk pulang. "Chinen-kun! kau mau ikut karaoke dengan kami tidak?" Inui Fujioka. Gadis populer dikelas kami. Dia mengajak ku karaoke? jarang sekali dia mau ajak main orang sepertiku.
"Eh? kau mengajakku?" Tanyaku kembali memastikan.
"Iya. Jadi, kau mau ikut tidak?" Fujioka bertanya kembali. Menunduk dengan wajah memerah.
"Sepertinya boleh saja, sih."
Fujioka menatapku. "Wah! kalau begitu ku tunggu, ya!"
Aku menatap punggung nya. Astaga, tidak biasanya aku dekat-dekat dengan cewek begini.
"Chinen-kun" Aku menoleh. Ternyata yang memanggilku adalah Bu Nana. Aku menatapnya bingung, tak langsung menghampirinya.
Ia melambaikan tangannya, menyuruhku ke depan. Ku lihat (Name) ada disampingnya.
"Hm.. jadi begini Chinen-kun. Rumahmu dan rumah Inoue-chan bersebelahan. Aku ingin kamu mengantarnya sampai rumah, dia baru pindah ke daerah ini lusa lalu. Aku takut muridku tersesat." Jelas Bu Nana pada ku.
Bagaimana, ya. Menolak suruhan guru itu gak sopan, tapi aku juga ada janji.
Yah ujung-ujung nya juga aku menyetujuinya atas kemauan ku sendiri. Maafkan aku Fujioka-san, kita bisa pergi lain waktu.
Dan aku sekarang, yang lagi-lagi terjebak berduaan dengan (Name).
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃ Chapter ini menggunakan sudut pandang Miya Chinen.