Menaklukkan Iyan (1)

6K 89 6
                                    

PoV Iyan

Hari ini adalah hari terbahagia bagiku. Akhirnya, aku dan Wulan ----- pacarku ------- dapat masuk ke dalam universitas yang kami tuju, begitu pula dengan jurusannya.

Kebetulan, jurusan kami sama dan semoga saja mendapatkan kelas yang sama juga!

"Ayang, pingin itu....." rengek Wulan, jarinya menunjuk tonjolan di balik celana yang sedang kupakai. Beruntungnya, kampus sudah sepi, sehingga tidaka ada yang mendengar rengekan Wulan.

"Ssstt. Ah, engga dulu, Ay. Lagi males." tolakku, karena memang sedang malas melakukan 'hal' tersebut. Terlebih, setelah ospek hari pertama ini, yang penuh kontroversi.

Raut wajah Wulan berubah masam dan membuang muka saat aku tersenyum. Sepertinya dia sedikit marah dengan tolakanku tadi.

Dari arah belakang, pundakku ditepuk oleh seseorang. "Hallo, Wulan. Wahh kita se-prodi nihh." sapa seorang lelaki dengan perawakan tak jauh beda denganku. Tubunya terlihat kekar sekaligus berkeringat di balik kemeja putih yang membalutnya.

Entah mengapa, Wulan tersenyum semringah saat ia datang dan tatapannya kembali tertuju padaku.

"Oh jadi ini cowoknya Wulan? Salam kenal bro! Gue Raka, tetangganya Wulan sekaligus teman kecilnya." ujarnya sembari berjabat tangan denganku.

"Gue Iyan. Salken juga bro." balasku, singkat. Lalu, saat aku ingin menggandeng tangan Wulan, Wulan menepisnya dan menggeleng pelan, "Aku duluan, Ayang. Mau ke kamar mandi." pamitnya dan melenggang pergi meninggalkanku dan Raka.

"Btw, lu nge gym juga, Yan? Badan lu bagus banget gitu. Pantesan Wulan kesengsem sama lu haha" pujinya saat kami duduk di bawah pohon mangga dekat dengan auditorium, tempat ospek kami tadi.

"Haha makasih, Rak. Lu juga keren, pasti lu nge gym juga ya?"

"Gak, gue workout sendiri di rumah. Mana ada duit buat nge gym."

Terbesit dalam benakku untuk mengajak Raka gym bersamaku, agar aku tidak sendirian lagi.

"Rak, gimana kalau lu ikut nge gym sama gue?" ajakku, yang dibalas dengan anggukan dan senyuman di bibir tipisnya.

Ting!

Aku membaca notifikasi yang masuk lewat jendela mengambang. Ternyata ada suatu pesan masuk. Pesan dari Wulan.

[Ayang, aku pulang duluan ya. Aku tadi pulang sama temenku. Hati-hati di jalan ya.]

Begitulah pesan yang ia kirimkan padaku. Mengapa ia pulang sendirian? Apakah karena tadi aku menolak ajakannya?

"Kantinnya sebelah mana sih? Jam segini masih buka?" tanyaku pada Raka yang tengah membuka botol minumnya.

"Gue juga belum tau, Yan. Tapi kayaknya dah tutup. Nih minum punya gue aja. Gue udah habis sebotol tadi." tawarnya, seraya menyodorkan botolnya padaku.

Tanpa berpikir panjang, aku meminum air yang ada dalam tumbler yang dibawa oleh Raka hingga tersisa setengah.

"Yuk, Yan. Balik. Udah hampir maghrib." ajaknya, lalu mengulurkan tangan padaku.

Di saat aku ingin meraih tangannya, secara tiba-tiba kepala ini terasa berat, mata pun seakan berat untuk dibuka. Dalam sepersekian detik, tubuh ini terhuyung dan jatuh dalam dekapan Raka.

*

PoV Raka

[Rak, ntar lu bantu gue ya!]

[Entod cowok gue (Iyan) pas sehabis ospek hari ini. Janlup divideo ya?!]

Benar benar hari keberuntungan! Jiwa top ku membara saat membaca chat dari Wulan ---- teman semasa kecilku -----.

Ya, dia memang sedikit 'gila'. Jiwa fujo nya memang sering memunculkan ide bejat di luar nalar.

[Okee, sekalian dibelokin ga? Biar jadi bottom muscle wkwk] candaku, yang mendapatkan react senyuman darinya.

Hari ini kegiatan ospek berjalan sedikit 'alot' dan penuh ketegangan antara panitia dan mahasiswa yang ikut ospek.

Walaupun demikian, aku tak akan lupa dengan tugasku. Sedari berangkat tadi, aku memang sudah menyediakan dua botol, satu untukku dan satu lagi untuk Iyan, yang tentunya ada yang spesial di dalamnya.

Aku bersembunyi di balik toilet dekat audit, mengamati situasi dan kondisi sekitar.

Tampak Wulan sedang mengulur-ulur waktu guna mengeksekusi Iyan agar tepat waktu dan tidak menimbulkan kecurigaan.

Dan, waktu itu pun tiba. Aku berjalan mendekati mereka yang tengah asyik mengobrol.

Saat pertama kali berjumpa dengannya secara langsung, aku tertegun. Bertemu Iyan secara langsung menambah level ketampanannya.

Dengan kulit sawo matangnya yang berkeringat, dilengkapi dengan pahatan otot di balik kemeja putihnya membuatnya semakin hot. Tanpa disadari, kontolku pun mulai bereaksi. Tak sabar untuk mencicipinya.

"Kantinnya sebelah mana sih? Jam segini masih buka?" tanya Iyan dengan deru napasnya yang naik turun, dan juga dengan keringat yang memenuhi tubuhnya, membuatnya semakin tampan maksimal.

"Gue juga belum tau, Yan. Tapi kayaknya dah tutup. Nih minum punya gue aja. Gue udah habis sebotol tadi." tawarku, seraya menyodorkan botol khusus padanya.

Botol yang tadinya penuh, kini tinggal separuh. Se-haus itu kah kau Iyan? Kalau begitu, nanti akan kuberi cairan khusus untukmu agar tak haus lagi!

Ia mulai berdiri, tetapi dengan susah payah. Tubuhnya sempoyongan. Matanya membuka dan menutup secara tak teratur, kesadarannya pun kian menurun. Akhirnya! Iyan kini berada dalam pengaruh obat yang kucampur itu.

Bergegas, aku memapah lelaki idaman semua gender ini. Meskipun berat, aku terus memapahnya hingga menuju suatu tempat yang aku rasa cocok untuk memadu kasih dengannya.

Aku membawanya ke sebuah bangunan yang belum selesai pengerjaannya. Netra ini mengedar ke segala penjuru, mencari apakah ada cctv di sekitar area ini. Namun nihil, aku tidak menemukannya.

Tubuhnya yang sudah dipenuhi keringat aku senderkan di dinding. Lalu, aku mulai melepas kancing yang melekat di kemejanya.

Bau keringat begitu menusuk. Baunya sungguh khas, membuatku tak sabar ingin menerkamnya.

Kini, ia sudah tak memakai sehelai benang pun. Tak lupa aku mengabadikan fotonya.

Tanpa berpikir dua kali, aku pun membuka seluruh pakaian yang melakat di tubuhku. Ya, aku dan Iyan sama-sama bugil tanpa busana.

Matahari yang semakin tenggelam menambah suasana romantis bagi kami berdua.

Aku mulai mencumbunya dengan mesra. Lidah kami saling beradu satu sama lain, bertukar rasa. Tangan ini pula mulai meremas-remas puting sawo matangnya. Memelintirnya dan terus merabanya.

Lidahku terus bergerilya menjamah seluruh tubuh Iyan yang penuh pahatan otot. Dari mulai dadanya yang sangat bidang, putingnya, perutnya yang sixpack, dan menggigitnya hingga membuat bekas.

Mengapa tidak langsung ke adegan inti?

Asal kalian tahu, aku ingin bermain-main dengannya dalam waktu yang lama. Toh, aku sudah mencampuri minuman tadi dengan obat tidur yang paling manjur dan membuat korban tertidur sangat lama.

Aku mengocok kontolku yang sudah tegang maksimal, lalu mengarahkannya menuju mulut Iyan.

Setelah berhasil masuk ke dalam mulutnya, aku memompanya dengan tenaga ekstra. Maju mundur tiada henti. Aku arahkan kontolku hingga mentok dalam mulutnya.

Menimbulkan sensasi hangat yang menjalar dan membuat tubuh ini gemetar. "Maafkan gue, Yan. Tubuh lu enak banget abisnya." gumamku pelan

Dengan matanya yang masih terpejam, kontolku terus menghujam mulutnya, sedikit lama, hingga cairan putih yang aku janjikan tadi keluar, memenuhi mulut dan kerongkongannya.

Kini, aku mulai mengocok kontol tebal milik Iyan. Aku akui, Iyan mempunyai kontol yang sedikit lebih tebal dan lebih panjang daripada kontolku. Namun, aku akan membuat kontol ini menjadi tak ada gunanya dan membuatnya ketagihan akan sosis jumbo di lubangnya.

Crott Crott Crott Crott Crott Crott Crott Crott Crott Crott

"Ahhhh, Ahhhh, Ahhhh, Ahhhh, enak Wulan, terusin sayang." lenguhnya, seakan-akan sedang bersama Wulan.

Sepuluh tembakan pejuh Iyan berhasil aku telan. Pejuh orang ganteng memang berbeda ya? Rasanya tak bisa didefinisikan, begitu lezat.

Kini saatnya menuju hidangan utama!

Aku rebahkan tubuh berotot milik Iyan di lantai. Mengganjal pantatnya dengan bantal yang kebetulan sudah disiapkan oleh Wulan.

Paha Iyan kulebarkan hingga terlihatlah lubang rapatnya yang belum pernah terjamah. Begitu sempit.

Lidah yang sedari tadi sudah puas menikmati bagian atas Iyan, kini mulai beraksi kembali di sekitaran lubangnya.

Tidak butuh waktu lama, lubang sempit itu sudah penuh dengan air liurku. Aku mengamati wajah Iyan. Sepertinya ia menikmati service ku. Terbukti dari desahan yang terus keluar dari mulutnya.

Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, aku mulai memasukkan satu jari milikku ke lubang Iyan. Mencoba mencari titik ternikmat lelaki di dalam sana.

Aku terus memasukkan jariku ke dalam lubang yang hangat itu. Hingga akhirnya, tiga jariku berhasil masuk dan menemukan titik yang nantinya dapat membuat Iyan mendesah maksimal.

"Ahhhh, Ahhhh, terusin. Enakk. Ohhhhhh, ayoo!" desahannya kian menjadi-jadi, membuatku semakin gelap mata.

Tiga jari yang sudah berhasil masuk ke dalam lubang Iyan, aku keluarkan lagi. Dan aku ganti dengan kontolku yang siap merobek dan mengulek lubang Iyan.

Cuih

Aku menggunakan ludahku untuk pelumas. Aku oleskan ludahku pada kontolku dan......

JLEBBBB

"ARRRGHHHHH Ahhhh Ahhhh" Iyan terus mendesah. Desahannya yang semakin mengeras membuatku sedikit panik. Lantas, aku mencumbunya dengan liar, sekaligus mereda suara desahannya.

Deru napasnya kian memburu. Terlihat dari dadanya yang naik turun.

Namun, siapa peduli? Aku terus menusukkan pusaka kebangganku di lubangnya yang sudah berhasil aku buka segelnya ini.

Desahan kami saling bersahutan. Pun dengan dada juga perut kami yang saling bersentuhan tanpa ada jarak sedikitpun. Keringat pun turut andil menjadi katalis dalam dahsyatnya pertempuran kami.

"ANJINGG Ahhhh Ahhhh ENAKKKK BANGET, jangan berhenti." racaunya dengan mata yang masih terpejam.

Berbagai gaya sudah kami lakukan, mulai dari Iyan doggy style, cowboy, standing dan lainnya. Hingga membuat Iyan berhasil crot berkali-kali.

"ANJINGG ENAKK BANGET. Sayang, kamu pinter banget ngelayanin aku." Iyan terus meracau tak jelas saat cairan putih miliknya terus saja tumpah.

Pejuhnya tumpah di perutnya dan sebagian juga berceceran di lantai ruangan ini.

Begitupun denganku, aku berhasil menyemburkan cairan putih milikku ke lubang milik Iyan saat aku menerapkan gaya standing. Lubangnya terasa sempit sekali, menjepit, dan tentunya hangat. Andaikan Iyan adalah seorang perempuan, pastinya ia akan hamil setelah aku berhasil menanamkan benih di dalam tubunya.

Tidak terasa, 4 jam terlewati dengan begitu indah. Aku berhasil membuka segel milik Iyan dan mendokumentasikannya pada ponselku. Pasti Wulan akan tersenyum puas saat melihat pacarnya yang gagah, rupawan, dan incaran semua gender ini menjadi tak berdaya di hadapanku.

Setelah puas dengan semua ini, aku memutuskan untuk rebahan di lantai, dengan kontolku yang masih setia berada di lubang Iyan.

"Wahh gila bener kalian berdua. Bisa-bisanya main kuda-kudaan tanpa ngajak gue!"

Dan......

*Ilustrasi Iyan

*Ilustrasi Iyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*Ilustrasi Raka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Ilustrasi Raka

*Ilustrasi Raka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Young MuscleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang