Penasaran (1)

1.4K 69 6
                                    

PoV Alvin

"Al, lu gantiin gue buat nganterin paket gimana? Gue capek banget, gak kuat kalau diterusin," ucap sepupuku yang membuat diriku merasa iba dengannya, apalagi kini kami hanya hidup berdua setelah kejadian mengenaskan beberapa tahun yang lalu.

"Boleh, Dann. Lagian gue kan pulang awal. Oalah berarti mobil box itu yang bakal gue pake?"

"Iya, ntar pakai mobil box itu. Beneran gapapa? Lu baru pulang sekolah loh?" tanyanya memastikan

Aku hanya mengacungkan kontol - ehh jempol maksudnya - sebagai tanda jika aku bersedia.

"Nihh, baju seragamnya, hati-hati di jalan, makasih banyak, Al." ujar Wildan sembari memberikan baju seragamnya yang akan kukenakan.

"Untung bajunya pas, badan kita 11 12 haha, jadinya gak perlu repot-repot pinjem punyanya temen lu," sahutku

"Yoii. Gue ke kamar dulu ya? Mau tiduran bentar," Wildan beranjak dari ruang tamu dan punggung kekarnya mulai menghilang ketika dirinya mulai masuk ke dalam kamar.

Ya, aku adalah sepupu Wildan. Sebenarnya umur Wildan 4 tahun lebih tua daripada aku -Wildan telah lulus SMA, sedangkan aku baru duduk di bangku kelas 11-. Kami terpaksa tinggal berdua setelah keluarga kami menjadi korban kecelakaan sesaat ketika liburan pascawisuda kelulusan di SMP ku.

Banyak yang mengatakan jika kecelakaan yang dialami oleh keluargaku adalah ulah dari pihak yang benci dengan kami, tapi hingga kini, tak ada jejak terangnya, bahkan pihak seragam kopi susu pun seakan mulai tidak memperdulikannya. Namun, beruntungnya dari kecelakaan tadi, aku dan Wildan masih diberikan keselamatan, walau harus kehilangan orang tersayang dalam waktu yang bersamaan.

Dan, setelah kejadian itu, kami mulai mencari cara agar dapat bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan zaman sekarang. Wildan menjadi kurir di suatu ekspedisi, sedangkan aku menjadi seorang tukang ojek yang kulakukan setelah pulang sekolah. Motor yang kugunakan untuk mencari penumpang pun adalah motor kesayanganku yang dibelikan oleh papaku sewaktu beliau masih hidup, sekaligus harta satu satunya yang aku punya.

-------

Aku mulai mengantarkan barang-barang ekspedisi yang ada di dalam box belakang sesuai dengan alamatnya, sedikit demi sedikit, akhirnya barang-barang yang ada di dalam box mulai berkurang dan telah sampai kepada tuannya, dan hanya tersisa beberapa kotak.

Keringat mulai membasahi baju seragam yang kukenakan, membuat badan semakin lengket, dan tidak nyaman. Aku memutuskan untuk melepas baju tersebut. Toh, tinggal beberapa saja, bukan?

"Anjir, menyala banget woii si abang abang yang ada di dalem mobil, sexy!" bisik seorang perempuan muda seumuranku kepada temannya yang tanpa sengaja melihatku sewaktu aku membuka kaca di tengah kemacetan lalu lintas.

"Foto woii, foto cepet! Momen langka!"

"Mas, maaf ya, aku foto hehe, buat kenang-kenangan," imbuhnya sembari memfotoku, aku hanya mampu menggelengkan kepala setelah itu. Namun, kuakui dua cewe tadi boleh juga! Sangat proporsional dan menggoda.

Setelah kejadian tersebut, aku kembali fokus mengemudikan mobil, terlebih tanpa kusadari, kini telah beranjak sore, langit jingga mulai menyapa, pun dengan rasa lapar yang kian meronta-ronta.

Terlebih, kini mobil yang kukendarai mulai memasuki jalanan yang dipenuhi dengan pepohonan di kanan kirinya, minim penerangan, dan hanya ada satu rumah yang sudah tua dan usang di pinggir jalan. Kuputuskan untuk berhenti di halaman rumah tersebut yang luas.

Tiba-tiba.......

DUARR

Terdengar letusan dari arah belakang dan membuat aku memberhentikan laju mobil. Setelah mobil berhenti, aku mengecek bagian belakang mobil, dan benar saja, ban belakangnya meletus!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young MuscleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang