1. CALVERAS!

231 21 1
                                    

"Hidup nggak harus selalu tentang pacaran. Sekali-kali lo harus ngerasain hidup tenang tanpa campur tangan perasaan." - Satria Arsenal Gardapati.

“HIROSHIMA HANCUR KARENA BOM
WARUNG HANCUR KARENA BON”

Tulisan tebal yang terpampang jelas diatas sebuah baliho besar depan sebuah warung menjadi sambutan pertama bagi orang-orang yang datang kesana. Warung kopi yang tak terlalu besar, tapi ramai dikunjungi setiap harinya. Ada yang memang ingin beli, atau hanya sekedar nongkrong saja. Letaknya berada disamping gedung SMA Garuda, salah satu sekolah elit di kawasan tersebut.

Sekitar pukul tujuh pagi, sekumpulan remaja laki-laki sudah nongkrong memenuhi warung yang terletak di sisi jalan raya tersebut. Dengan seragam putih abu-abu serta jaket hitam berlogo tengkorak pada dada kiri mereka. Jaket yang menjadi identitas geng mereka, Calveras.

"Kiw, cewek, sendirian aja?"

Jevan tersenyum penuh arti saat cewek berkacamata berjalan melewati warung. Dengan sigap Jevan mengambil gitar dan mulai memetik senarnya. "Neng, ayo, neng, ayo main pacar-pacaran," senandung Jevan penuh penghayatan.

"Jangan mau, neng. Jangan mau kalau nggak mau makan hati tiap hari!" Gara memiting leher Jevan sambil berteriak pada cewek tersebut.

"Pacaran mulu pikiran lo. Pikirin tuh, dua puluh empat cewek lo yang nggak ke urus. Semuanya dikasih harapan doang," sahut Aksa sambil menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan kelakuan Jevan.

"Lagian udah tau buaya darat, kenapa sih cewek-cewek masih mau sama si Jevan?" Kevin menyuarakan kebingunganya.

"Karena gue cakep," ujar Jevan PD.

"Kalau karena cakep, mungkin dari lama Gara sama Aksa juga udah banyak ceweknya," ujar Kevin berpendapat.

"Njir, nggak usah bawa-bawa nama gue. Cakep gue ini limited, nggak sembarangan cewek bisa dapatin gue," ujar Gara lebih PD.

"Arsen juga tuh." Aksa melirik Arsen.

Arsen yang sedang duduk diatas kursi plastik menghadap ke jalan raya sambil merokok itu menoleh. "Apa?" tanyanya.

"Coba lo pacaran deh, Sen, biar hidup lo nggak kaku-kaku amat," ujar Jevan memberi saran.

Arsen melempar rokoknya yang telah habis ke tong sampah didekatnya. "Kenapa harus?" tanya Arsen. "Hidup gue udah cukup kok."

"Yaelah lo, kan, belum pernah pacaran. Meski Aksa juga belum pernah, setidaknya dia dekat sama cewek. Lo mah belum pernah sama sekali," ujar Kevin menimpali.

"Dua alasan. Pertama, gue belum dapat orang yang tulus. Kedua, ini belum waktunya buat mulai."

****

"Ra! Ayolah, Ra! Lo, kan, udah janji sama kita. Kita sahabatan, harus solid."

"Solid sih solid. Tapi nggak perlu soal pacar juga kali." Gadis dengan sweater panjang biru yang membalut seragam sekolahnya itu menghela napas jengah karena terus diikuti oleh tiga sahabatnya. Sevira Adelia Asyakila. Gadis itu berjalan di koridor utama sambil memeluk dua buah buku novel yang cukup tebal.

"Bukan soal pacar, Ra. Tapi soal janji. Janji!" Sabrina, sahabat Sevira, menekankan ucapannya agar Sevira mengerti. Mereka berjalan mengekor dibelakang Sevira melewati banyaknya orang yang berlalu lalang di koridor. Bel masuk belum berbunyi.

"Tapi kan janjinya harus punya pacar! Sedangkan aku enggak mau pacaran! Aku enggak mau punya pacar! Maksa banget sih." Bibir Sevira mencebik pelan. Membuat Sabrina, Lea dan Kila gregetan.

TROUBLEMAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang