BAB ;; II

6 0 0
                                    

Matahari terbit seperti biasa, memancarkan cahya yang membuat orang orang bangun dari lelapnya tidur. Tak kecuali baskara bersaudara satu ini.

Rutinitas abi sebelum mandi adalah membangunkan adiknya, tentu dengan cara abnormal yakni menggunakan audio Avatar. Ia memutar audio tersebut, perlahan ia dekatkan ke telinga Arjuna, ia juga menaikkan volume nya perlahan lahan hingga itu menjadi volume penuh.

Alis Arjuna berkedut naik turun, bibirnya pun begitu, abi yang hanya melihatnya pun mencoba menahan tawanya. Abi pun menyingkirkan handphone nya, ia berbisik di telinga arjuna, “bangunlah kutil terkutuk.” Ia berhenti sejenak, “Aku masak indomie.” Lanjut Abi, namun Arjuna tak kunjung merespon. “Telornya enam.” Secepat kilat Arjuna bangun dari tidurnya, tentu dengan satu kejadian.  Tangannya menampar muka abiyuu.

“Bajingan–” Abiyuu berteriak, Badannya tersungkur di lantai. “Eh, mas abi–” Arjuna turun dari kasurnya lalu jongkok di hadapan Abi, “Indomie nya mana?” Ia bertanya, mukanya begitu antusias. Abi menampar wajah Arjuna, dahinya berkerut. “Cih.” Ketus abi sebelum pergi keluar dari kamarnya, “Apaan dah.” Arjuna berdiri, mengelus pipinya yang tertampar oleh abi, “Aneh bet itu alien.” keluhnya sembari meraih engsel pintu kamarnya.

Di bawah tangga, Seluruh keluarga baskara menunggu kehadiran Arjuna yang tak kunjung turun dari kamarnya. Derap kaki terdengar dari tangga; Arjuna. Semua mata tertuju padanya, kecuali Abi.

“Darimana saja kamu?” Fernando, Sang ayah meneguk Air putihnya sebelum melirik kearah Arjuna, “anak cowok kok bangunnya siang. Mau jadi banci kamu?” Matanya menajam terhadap Arjuna.

“Yaudah sih. Ayah kan juga ga bakal peduli.” Balas Arjuna sembari menguap, “Aku kan anak buangan.” Ia menyeringai terhadap sang ayah, perkataannya tersebut menyulut amarah Fernando.

Fernando menggebrak meja, Mengagetkan seluruh keluarga Baskara, kecuali Abi. Ia sudah memprediksi Fernando akan bereaksi seperti itu. Senyuman licik terukir jelas di bibir merah mudanya.

Sharon, Sang ibu mencoba menenangkan Fernando yang amarahnya tengah membara begitu panas. Sementara dipta hanya terus diam tak bersuara.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
“Semua anak berhak memiliki orang tua, namun orang tua tak selalu berhak memiliki anak.”
–Arjuna
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BerkelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang