BAB ;; I

5 0 0
                                    

– 𝗣𝗥𝗔𝗡𝗡𝗚 !
Pecahan piring dimana-mana, salah satunya menancap di kaki sang anak, “ Ayah.. Udah.. Ayah..” Sang anak memohon kepadanya, muka nya penuh terror dan ketakutan.

“ Itulah harga yang harus kamu bayar Abiyuu.” Ucap sang ayah, ikat pinggang hitamnya tergenggam erat di tangannya.

Seorang bocah menggenggam erat celana sang ayah, “Ayah.. Aku.. Aja.. Jangan mas Abi..” Suaranya rintih seperti air hujan, Sekujur tubuhnya di penuhi memar yang saling bertumpuk meski belum sembuh.

Sang ayah melirik ke arah putranya yang tak berdaya, Ia hanya hening melihat putranya, kemudian menendangnya kebelakang hingga terbentur oleh dinding.

Suara pukulan yang terus menggema di rumah tersebut mampu terdengar oleh para tetangga, begitu juga suara rintihan yang memohon untuk berhenti.

Sejak dulu, Rumah itu selalu berisik, bukan dengan lagu. Maupun peralatan pekerjaan. Tapi dengan suara pukulan serta rintihan yang terus memohon untuk berhenti. Tak terbayang betapa sengsaranya anak kecil yang tinggal disana.

━━━━━━━━━━━━━━━━
           “Semakin hebat bakatmu, maka kesengsaraan mu juga akan begitu hebat. Lebih hebat dari penderitaan manapun. ”
Abiyuu.
━━━━━━━━━━━━━━━━

BerkelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang