Hujan

26 5 0
                                    

"Cheann! Ayo cepetan! Hujan!"
Jean sambil berlari di depan Chean yang terengah engah, rintikan hujan membasahi pakaian mereka berdua.

"Jean tungguin! Capek tau!" Ucap remaja 16 tahun itu sambil berlari terengah engah mengejar temannya.

Hujan mulai turun deras mengguyur tubuh dua remaja itu.

Jean yang berada di depan Chean langsung berteduh di sebuah warung yang sedang tutup.

"Chean, sini!" Jean mengibaskan tangannya kedepan, mengajak temannya untuk ikut berteduh.

Chean yang berlari di belakang Jean tadi pun menghampiri dan ikut berteduh.

"Gila! Dingin banget!" Kata Chean sambil memeluk lengannya sendiri.

"Biasanya kalo hujan-hujan gini enaknya makan mie kuah + cabe + telur behh.. jadi laper.." sambil membayangkan mie yang sering dibuatnya itu.

Chean melirik Jean kesal. "Ck! Malah mikirin mie, mikirin dong gimana caranya kita balik ke kosan!"

"Ya sabar.. ngobrol-ngobrol dulu lah sambil liat hujan."Jean berpikir sejenak. "Chean, menurut lo, hidup itu gampang apa susah?" Tanyanya sambil menatap lurus ke arah hujan.

"Gampang."

"Alasannya?"

"Karna hidup itu sebenarnya cuma nafas sama waras aja, hidup bakal jadi susah karena ulah lo sendiri."

Jean mengerutkan keningnya. "Kenapa gitu?"

Chean menghela nafas. "Misalnya gini, kalo lo sedih, ya obatnya nangis, kalo lucu, ya ketawa aja sebelum ketawa itu dilarang."

Jean terdiam.

Melihat temannya terdiam, Chean melanjutkan perkataannya. "Maka dari itu kita jangan banyak ngeluh apakagi putus asa, kalo ngerasa berat, inget! Lo masih punya Tuhan untuk meminta pertolongannya supaya dimudahkan."

Chean menghela nafas sekali lagi. "Intinya, jangan pernah nyalahin siapapun di dunia, apakah itu waktu, manusia, takdir, apalagi sampai menghakimi Tuhan lo sendiri, gak baik."

Setelah Chean menyelesaikan perkataannya, Jean tersenyum sambil melihat Chean.

"Wow, tumben bijak."

"Dari dulu kali."

Jean tertawa pelan lalu mengangguk. "Lo bener, hidup itu gampang kalo kita bener ngejalaninnya."

Tanpa disadari, hujan mulai sedikit reda, ya walau masih agak deras tapi setidaknya tidak sederas tadi. 

"Btw, ini kita mau trobos aja apa nunggu bener-bener reda dulu?" Jean bertanya sambil menatap hujan.

"Menurut lo?" Chean Menatap malas temannya.

"Trobos." Jean langsung berlari di temgah hujan.

Chean menganga melihat temannya itu yang langsung berlari setelah menjawab pertanyaannya. "Monyet! Tungguin gw!" Sambil berlari menyusul Jean yang kian menjauh.

Mereka memang sudah lumayan dekat dengan kosan, tinggal berjalan beberapa menit saja, tapi itu tetap membuat seluruh pakaian yang mereka pakai basah kuyup.

Sesampainya di kosan mereka langsung diceramahi oleh Reyga karna pulang dengan basah kuyup karna hujan-hujanan. Dan Haikal serta Jef yang mulai mengompori.

"Orang Jean yang ngajak.." Chean sambil menundukkan kepalanya.

"Ya.. soalnya tadi udah deket jadi.. tak trobos aja.." Jean yang juga sama seperti Chean menundukkan kepalanya.

"Ya terus kalo udah deket harus banget main trobos aja?" Reyga dengan mata melotot garang membuat dua remaja berusia 16 tahun itu semakin menundukkan kepalanya tidak berani menatap kearah Reyga.

"Ckck.. itu bukan alasan ya adik adik, kalo hujan kan bisa call kita buat jemput" Haikal, tukang kompor pertama.

"Tau, udah tau hujan deras gini bukannya call minta jemput malah hujan-hujanan. Marahin aja Ga marahin, biar kapok" Jef, tukang kompor kedua.

Dua remaja yang sedang dimarahi itu langsung melayangkan lirikan tajam kearah dua orang yang lebih besar dari mereka.

"Ga Liat Ga liat! Mereka ngeliriknya tajam banget ih, takut.." Haikal membuat pose ketakutan.

Aduan Haikal membuat kedua remaja yang sedang dimarahi itu menundukkan kepala mereka lagi.

Laki laki yang mukanya lebih ke bule-bulean dan terlihat lebih dewasa dari mereka menuruni tangga dan terlihat bingung melihat dua remaja yang sudah dianggap adiknya sendiri dimarahi oleh Reyga. "Ini kenapa?"

Semua yang ada ruang tamu langsung menoleh serentak kearah laki laki itu.

"Nahloh.. bang Apin dateng.." kata Haikal sambil menakut-nakuti dua remaja yang dimarahi itu

menghela nafas. "Udah sana mandi trus ganti baju, nanti masuk angin. Lain kali kalo hujan atau apapun trus gabawa kendaraan, call kita aja daripada gini, nanti kalo sakit siapa yang repot? Kalian juga kan?"

"Iya bang.. kita minta maaf..." Jean dan Chean barengan.

Reyga menganggukkan kepala dan dua remaja itu pun memasuki kamar mereka masing-masing.

"Yah.. gitu doang? Gaada berantem-berantemnya nih?" Haikal sambil memakan keripik yang ada di toples, lalu di susul anggukan Jef yang juga beberapa kali mencomot keripik haechan yang dibawanya itu.

Reyga melirik kearah mereka berdua. "Dari pada lo berdua jadi kompor, mending ngelakuin kesibukkan apa gitu kayak belajar kek, besok ulangan miss Seulgi kalo lo berdua lupa." Setelah mengatakan itu Reyga berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Lah iya, gw baru inget!" Haikal sambil menepuk keningnya, lalu menoleh ke arah jef. "Lo belajar?"

Jef yang masih mengunyah keripiknya menoleh kearah Haikal. "Gak, besok pagi aja"

"Sip" balas Haikal sambil mengacungkan jempol.


🦋🦋🦋






Segitu dulu buat hari ini, maaf kalo ada salah kata. Intinya thanks for reading all!^^

Langit Biru || Nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang