A little things before we start

158 21 4
                                    

     "At first I thought love was a hassle, but it turned out to be my overly complicated view that made love seem like a hassle."

Namanya Souta, Tadashi Souta. Pemilik surai hitam lebat dengan iris hijau muda yang menenangkan. Dia temanku sedari kecil, dia selalu ada disaat aku membutuhkannya. Dia menemaniku dan mengajariku banyak hal, dia begitu istimewa bagiku. Dia tinggal bersama keluarganya yang bahagia, orang tuanya lengkap dan dia punya satu kakak perempuan dan satu kakak laki-laki yang peduli padanya. Saat nenek yang merupakan keluarga terakhir yang peduli padaku setelah ayah ibuku bercerai meninggal, dialah orang pertama yang membuka tangannya untuk memelukku, dia juga orang pertama yang menjadikan bahunya sebagai tempat bersandar paling nyaman untukku. 

Souta itu, dia begitu sempurna. Dia punya kecerdasan diatas rata-rata, tergolong kedalam incaran para gadis di sekolah karena tampan, ramah pada anak kecil, dan terakhir baik kepada orang tua. Kurang sempurna apalagi itu, sayangnya meski banyak gadis yang mendekatinya, tidak ada yang Souta respon lebih dari teman, karena Souta pernah bilang padaku "Cinta itu membingungkan, dan aku tak punya banyak waktu untuk memahaminya". Dia ingin menganggap semua orang sebagai teman yang sama dan setara dalam hidupnya, Hingga terakhir kali kami bertemu sebelum dia dan keluarganya tewas karena kecelakaan pun, Souta masih belum tahu apa makna cinta sesunggunya, sayangnya saat itu aku juga belum memahami apa arti cinta yang sebenarnya.

Beberapa saat setelah Souta pergi, aku diopname dirumah sakit. Penyakit kanker yang menggerogoti tubuhku kian parah, dan rasanya tidak ada harapan lagi untukku bertahan hidup. Dokter bilang aku tidak boleh lagi melakukan aktivitas berat, dan kini aku tinggal menunggu waktu untuk meninggalkan dunia ini. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti minum obat dari dokter, selain karena tidak enak, aku sudah tidak sabar lagi untuk menemui Souta. Lagipun kali ini tidak ada Souta lagi yang menyemangatiku untuk meminum obat, dan mengapresiasiku dengan hadiah apapun bentuknya kalau aku selesai menjalani kemoterapi. Jadi, untuk apa aku berlama-lama lagi disini kalau tidak ada Souta. 

2 hari setelah keputusanku untuk tidak lagi meminum obat dari dokter dan membolos dari jadwal kontrol, dadaku terasa begitu nyeri, aku sudah tidak sabar lagi bertemu dengan Souta. Mungkin dia akan sedikit terkejut dan marah saat pertama kali melihatku, namun tak apa, lagipun ia tak bisa mengusirku untuk kembali hidup di bumi lagi kan. 

Namun, saat pertama kali membuka mata setelah kejadian menyakitkan tadi, yang menyambutku malah pemandangan padang pasir sejauh mata memandang. Oh astaga, dimana aku? kenapa aku ada disini? baru saja aku ingin mengucapkan kata-kata itu, sebuah kunai melesat cepat mengarah lurus pada diriku, aku yang tak punya persiapan apa-apa hanya bisa terdiam saat kunai itu menyayat lenganku. 

"Awh" Ringisku, sialan aku tidak pernah menyangka akan mengalami hal teraneh sepanjang hidupku sekarang, tepat sesaat setelah aku mati. Darah merah segar tidak berhenti mengucur deras keluar dari tubuhku. Sebelum aku pingsan dan menutup mata, aku melihat iris hijau yang beberapa hari ini sudah tidak kulihat lagi, iris Souta. Tapi, iris itu terkesan dingin dan tidak peduli. Dia berusaha menangkapku dengan pasirnya, tunggu! Pasir? Ah entahlah aku tidak terlalu ingat karena setelah itu aku langsung jatuh terhuyung kebelakang dan pingsan.


Mohon dukungannya dengan komen dan vote yaa! Minasan, hontōni arigatō. Byee, sampai ketemu lagi di chapter selanjutnya, salam sayang dari na, mmuachh.


About Things you Don't Understand [Sabaku no Gaara x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang