08 - KENAPA DUNIA TERLALU KEJAM?

23 9 0
                                    

"Jam lima," lirihku melirik ke jam dinding. Aku berniat menarik kembali selimut dan melanjutkan mimpi indah. Aku memejamkan mataku kembali.

Mataku melotot keluar dengan posisi tubuh langsung terduduk. "WAHH JAM LIMAA!!" teriak ku terkejut.

Aku segera bangkit dan bersiap-siap berangkat kerja. Ini sudah sangat terlambat, bahkan aku bisa menebak bus pertama yang biasa aku naiki sudah ada di halte sekarang.

Aku menguncir rambut ku dan mengambil tasku menuju luar kamar. Membiarkan wajahku polos tak bermakeup dan rambut tidak tertata rapih. Itu urusan gampang, aku akan memperbaiki nya nanti di jalan.

"Ayah kok gak bangunin Awa si!" kesal ku sambil memakai sepatu. Aku melirik kedepan, dimeja makan tidak ada Ayah. Kemana Ayah? Aku mendengar suara tempur di dapur dan aku memutuskan menghampiri dapur.

Aku lihat Ayah sibuk memasak makanan "Maaf Awa. Ayah kesiangan," ucap Ayah masih fokus dengan wajannya. "Kamu ambil nasi dulu ya. Disitu Ayah taruh kotak makannya."

"Oke Yah," sahutku.

Aku manut dan mengambil kotak makanku di tempat yang ditunjuk Ayah. Lalu berjalan menuju rice cooker, mataku terbelalak kaget melihat isinya. "Ayah lupa cetekin rice cooker ya?" tanyaku pada Ayah setelah mendapati isinya masih berupa beras.

Ayah melirik kearah ku dan menepuk jidatnya pelan. "Astagfirullah, Ayah lupa. Maaf, maaf, Ayah ke warteg dulu ya beli nasi." ucap Ayah menyesali perbuatannya. Untuk menebus rasa lupanya, Ayah mematikan kompor dan beranjak pergi namun aku menghentikannya.

"Gak usah Yah, Awa beli aja nanti. Sekarang Awa udah telat." ucapku pada Ayah.

Ayah menatap ragu kearahku. Aku tersenyum mencoba meyakinkan. Akhirnya Ayah setuju dan segera mengantarkan ku ke halte.

"Jangan lupa ya kamu beli makan nanti," ucap Ayah mengingatkan.

Aku memanggutkan kepala "Iya Ayahh," aku mencium tangan Ayah dan berlari masuk kedalam halte.

"Jangan bohong lho!"

"Iyaa Ayahh,"

"Hati-hati Awa. Jangan lari-lari nanti jatuh!" teriak Ayah memperingati ku.

Aku tak mengindahkan peringatan Ayah dan terus berlari. Aku mengangkat tanganku dan melihat sekarang pukul lima lewat tiga puluh. Aku segera masuk ke halte dan untungnya bus selanjutnya sudah tiba.

"Semoga gak telat ya Allah," aku langsung masuk kedalam bus dan duduk di kursi kosong.

***

Berlari dari ujung gerbang menuju kantor membuat nafasku terengah-engah. Aku berhenti tepat di depan kantor ku dan mendorong pintu masuk. "Sial udah mulai," gumamku mendapati pintu yang terkunci pertanda briefing sudah di mulai.

Aku duduk di kursi depan kantor sembari menstabilkan pernafasan ku dan menunggu pintu dibuka. Sebuah notifikasi masuk ke ponselku dan aku segera mengeceknya.

"Awa, kamu gak masuk? Ada Si Bawel hari ini," tanya Astuti lewat pesan singkat.

Pesan singkat itu membuatku bertanya-tanya siapa Si Bawel yang dimaksud Astuti? Aku tidak ingin berdebat dengan pikiran ku di pagi ini dengan otak yang belum ternutrisi sarapan. Nanti juga aku akan tau siapa yang dimaksud Astuti.

Meow!

Refleks aku menoleh ke bawah. Aku menemukan anak kucing yang sedang meminta belas kasih kepadaku. Aku segera meraba tasku, ah aku lupa, hari ini aku tidak membawa bekal. "Sorry ya Nuvo, aku gak bawa makan hari ini." ucapku pada kucing kecil itu.

HELLO, DUNIA TIPU-TIPU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang