10 - KALAU GAK MASALAH YA MASALAH BANGET

15 8 0
                                    

Aku merasakan ada cairan yang mengalir di area bawahku. Berusaha tidak panik, aku melepaskan jaketku bersiap jika turun dari bus aku akan mengikat jaket di pinggang. Tinggal dua halte lagi namun aku sudah sangat tidak nyaman.

"Aduh gimana ini," ucapku.

Baru saja merasa lega mendapatkan keberuntungan naik bus terakhir di jam sepuluh, sekarang malah ditambah menstruasi dadakan. Ini benar-benar menyebalkan. Dasar masalah! Beraninya kok keroyokan.

Aku buru-buru bangkit dan mengikat jaket ku lalu turun dari bus. Aku berjalan cepat menuju Ayah yang sudah menunggu di ujung halte. Aku langsung naik keatas motor tanpa berkata apapun.

Ayah pun melajukan motornya.

***

Suara jatuh yang keras membuatku terkejut. Aku, Astuti, dan Zizeh berlari mengintip dari dalam ruangan. Ruangan kami terbuat dari kaca jadi kami tidak perlu repot-repot untuk keluar dari ruangan.

"Mereka ngapain si," kesal Zizeh melihat stok digudang jatuh berantakan.

Astuti mengangkat pundaknya "Loh mana saya tau," sahut Astuti.

Kami melihat Bu Rahma yang berjalan menghampiri staff gudang. Seperti dugaan kami Bu Rahma memarahi ketiga laki-laki usia tanggung itu. Riqi, Eko, dan Ijul hanya bisa mesem-mesem.

"Nyai beraksi!" seru Astuti saat Bu Rahma terus memarahi ketiganya.

"Pasti ini kelakuan Si Ganteng nih, bikin Mamas dan Bontot di omelin aja," ucap Zizeh kasihan pada mereka.

Aku bingung tak mengerti pembicaraan mereka. "Si Ganteng banyak tingkah nih! Udah sok kenal sok deket sekarang malah bikin Bontot ku di marahi Nyai," Astuti menekuk bibirnya kebawah.

"Siapa Si Ganteng, Mamas, dan Bontot?" tanyaku penasaran.

Astuti menjelaskan siapa saja ya mereka maksud tadi dengan menunjuk ketiganya secara bergantian.

"Itu Si Ganteng. Ijul, manusia sksd." ucap Astuti menunjuk laki-laki gemuk berkulit sawo matang. Bukan aku menghina fisik tapi nama yang Astuti berikan pada Ijul aku rasa kurang cocok.

Astuti merubah arah tunjuk nya ke laki-laki bertubuh kurus dan pendek yang berdiri di tengah-tengah. "Itu Mamas. Mas Eko, orang Jawa. Dengerin aja kalau dia ngomong, medok tenan! Kalau gak percaya cek aja ada logo badaknya."

"Nah ini terakhir. Limited edition." ucap Astuti. Sekarang ia menunjuk laki-laki paling tinggi dan terlihat paling muda diantara ketiganya. "Riqi, staff gudang yang masuk paling terakhir. Makanya kita namain Bontot," ucap Astuti menyelesaikan penjelasannya.

Mulutku membentuk huruf o besar.

Aku tidak asing dengan yang terakhir. Ia yang kemarin telat bersamaku dan juga yang memberi makan Nuvo kemarin. "Oh namanya Riqi." lirihku pelan.

"Hah apa?" tanya Astuti tidak mendengar.

"Bukan apa-apa."

Kami buru-buru kembali ke tempat masing-masing setelah Bu Rahma bersama tiga laki-laki itu pergi. Nampaknya ketiganya akan masuk ke ruangan kami. Baik aku, Astuti, maupun Zizeh langsung menyibukkan diri.

"Anjai drama sinetron," ucap Astuti memandangi Zizeh yang pura-pura sibuk.

"Bajigur Si Nyai malah naik," gerutu Zizeh sambil memandangi layar komputer nya.

Astuti menoleh melihat ku yang duduk tegak kearah komputer "Jangan diam aja, ketik-ketik asal aja Awa. Kayak aku, ngetik kerjaan yang aku hapus dan ketik ulang biar kelihatan sibuk aja." ungkap Astuti mengajarkan tips dan triknya.

HELLO, DUNIA TIPU-TIPU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang