When The World is Tumbled Down

236 57 21
                                    

Sunoo mengisi bak mandi dengan cairan katalis dan sedikit air hingga penuh. Dia menatap wajah Jungwon sesaat sebelum ia tenggelamkan anak itu ke dalamnya. "Tunggulah sebentar lagi."

Pada salah satu rak kecil berisi buku-buku ensiklopedia kesukaan Jungwon, terdapat sebuah kotak berukuran sedang. Kotak itu terbuat dari besi tebal, berat, dan tertutup rapat. Sunoo membuka kotak itu setelah sekian lama dan mengeluarkan beberapa tabung berisi hewan-hewan yang sudah diawetkan.

Sunoo tidak punya banyak waktu untuk mencari hewan yang cocok untuk Jungwon di situasi seperti ini, jadi dia membuka koleksinya yang lama. Ada banyak jenis hewan yang mengendap dalam toples-toples itu –ular, kelelawar, gagak, sampai beberapa jenis mamalia kecil. Hewan-hewan itu Sunoo kumpulkan dari setiap negara yang ia kunjungi seumur hidupnya.

Tidak ada waktu untuk memilih, Sunoo mengerti itu. Akan tetapi, dia juga tidak bisa sembarangan karena ini menyangkut masa depan Jungwon.

"Aku ingin pergi ke sekolah."

Dengan semua kekacauan ini, sejujurnya Sunoo tidak bisa menjanjikan masa depan apa pun pada Jungwon.

Saat itu, sebuah toples menggelinding dari dalam kotak. Toples itu adalah yang paling kecil dan satu-satunya yang tidak membutuhkan larutan pengawet. Toples itu berisi kupu-kupu hijau yang pernah mengantarkan Sunoo bertemu dengan Evelie dulu.

"Apakah ini tanda darimu, Evelie?" Sunoo bertanya pada keheningan dalam ruangannya.

Kupu-kupu itu, dibandingkan dengan semua koleksinya yang lain, merupakan spesies yang berbahaya tergantung dari perspektif mana kau melihatnya. Meskipun hanya terlihat seperti kupu-kupu kecil bersayap aneh, hewan itu mungkin bisa membahayakan Jungwon pada saat-saat tertentu. Sesungguhnya, Sunoo tidak yakin apakah dia harus menggunakannya, tapi dia tidak punya banyak pilihan.

Sunoo segera membuat serum dari kupu-kupu itu. Cairan katalis tidak akan menahan Jungwon lebih lama lagi.

Setelah dia berhasil memasukkan beberapa mili serum ke dalam suntikan, Sunoo mengangkat Jungwon dari bak mandi. Dia menyuntikkan cairan itu ke dalam pembuluh darah Jungwon, lalu menenggelamkannya kembali. Sekarang Sunoo hanya bisa menunggu. Sunoo berharap bahwa dia tidak membuat keputusan yang salah kali ini.

.

.

Jalanan Seoul semakin lengang. Kota besar yang sebelumnya padat penduduk itu berubah jadi kota mati dengan pemandangan yang suram dan abu-abu. Sunoo mengeratkan jaketnya sambil menunggu semangkuk nasi dan sup yang dia pesan. Udara masih sangat dingin bahkan di dalam ruangan. Bibi pemilik restoran enggan menyalakan pemanas. Dia beralasan bahwa dia sedang berusaha menghemat listrik dan justru bercanda tentang badan akan jadi hangat segera setelah makan supnya.

Yah, itu bukan tipuan.

"Terima kasih," kata Sunoo ketika pesanannya sampai di meja.

Tidak banyak restoran yang buka sekarang. Beruntung karena restoran kesukaan Sunoo ini masih tegak berdiri di tengah krisis yang melanda. Sunoo belum ingin pergi dari negara ini karena dia masih punya tanggung jawab yang belum bisa dia tinggal.

"Pagi ini, sekelompok sapi mengamuk dan menghancurkan sebuah desa di dekat peternakan. Satu peleton pasukan dikirim untuk menghentikan kawanan ini supaya tidak mengacau lebih jauh. Sementara itu, kadar kepekatan gas monster yang menyembur dari pusat-pusat penelitian semakin meningkat dari hari ke hari. Masyarakat mengritik pemerintah yang dinilai lambat dalam menyelesaikan–"

Suara siaran berita di televisi mendadak membuat nafsu makan Sunoo jadi hilang. Untung saja, salah satu pelanggan langsung mengganti channel-nya. Kalau tidak, mungkin Sunoo akan pergi dari tempat itu tanpa menyantap sarapannya.

HIDDEN FILES: A CREATURE| Sunoo [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang