1 - Pagi yang Sama di Bulan Ketiga

18 1 0
                                    

no one even knows how hard life was
I don't even think about it now because

I finally found you

Radio, Lana Del Rey

[]

Jay membuka kelopak matanya perlahan. Menyipit saat cahaya matahari dari jendela yang terbuka lebar itu menyorot tepat di irisnya. Pria itu membalikkan badan ke kiri sembari tangannya menggapai guling di tengah kasur. Menganggap guling itu menghalangi, Jay langsung saja membuang benda itu ke lantai. Tangannya lanjut meraba-raba sisi kiri kasur.

Hm? Tidak ada apa-apa.

Sisi kasur itu kosong dan dingin. Jay bangun dari posisi tidurnya. Dia duduk diam menatap sisinya yang kosong. Selimut biru yang sepasang dengan miliknya bahkan sudah terlipat rapi di sana. Jay menghela napas. Memasang selop dan membawa dirinya keluar dari kamar.

Well, dia tidak akan pernah terbiasa dengan ini—setidaknya hingga hari ini.

***

Wangi masakan menguar dari dapur. Jay bertelekan tangan di meja makan. Menatap punggung seorang wanita yang tengah mengaduk nasi goreng di atas penggorengan. Nampak tidak sadar dengan kehadirannya.

"Masak apa?" tanya Jay—berbasa-basi.

Wanita itu menengok sekilas. "Nasi goreng," jawabnya sambil kembali melanjutkan aktivitas.

Jay menarik kursi dan mendudukkan dirinya. "Saya minta telornya dua ya. Spesial."

"Iya."

Hening.

Hanya suara sudip beradu dengan wajan yang ramai terdengar. Jay menelan ludah. Keheningan ini terasa tak wajar baginya. Pria itu ingin kembali melontarkan pertanyaan-pertanyaan receh lainnya, tapi wanita itu bahkan terlihat tidak ingin melanjutkan pembicaraan basa-basi lagi.

Jay berdehem. "Bulan jago masak, ya. Wangi banget."

Bulan melirik. "Biasa aja, Kak. Ini pake bawang, makanya wangi."

Hening lagi. Jay hanya terus memilih diam hingga Bulan menata piring nasi goreng di depannya.

"Makasih, Bulan. Sini makan sama-sama."

Bulan menggeleng seraya memperbaiki kunciran rambutnya. "Aku udah kenyang, tadi udah nyicip. Kakak makan aja, aku mau ketemu editor dulu." Wanita itu dengan gerakan cepat membereskan meja pantry dan mencuci wajan.

"Lama, nggak?"

"Engga, sebelum kak Jay berangkat ngantor, aku udah di sini."

Jay mengangguk paham. Dia menyuap sarapannya lamat-lamat. Pria itu menunduk menatap meja kayu berpelitur tempatnya makan. Melamun. Tak sadar jika rambutnya sudah jatuh menutupi kening dan matanya.

Bulan yang hendak berangkat lewat pintu belakang menghentikan langkahnya. Dia menghampiri Jay.

"Kakak kalo makan jangan ngelamun," tegurnya. Tangan Bulan bergerak otomatis menyisir rambut suaminya itu ke atas.

Jay mematung menatap Bulan. Jantungnya berdegup kencang. Ini pertama kalinya Bulan menyentuhnya lebih dulu. Pertama kali dalam tiga bulan pernikahan mereka.

Menyadari tatapan Jay, Bulan menarik tangannya. "Eh, maaf, Kak. Aku ga maksud nyentuh-nyentuh kok. Aku pergi dulu, ya!" Bulan meremas tali sling bag hitamnya dan berlalu dari sana.

ENGGAA!! NGGA GITUU!!

Jay berteriak dalam hati, menatap Bulan yang pergi begitu saja setelah membuat dadanya jumpalitan ga karuan.

Jay berteriak dalam hati, menatap Bulan yang pergi begitu saja setelah membuat dadanya jumpalitan ga karuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐛𝐥𝐮𝐞 | Jay ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang