05 - Those Eyes

17 2 0
                                    

Lampu lalu lintas yang berganti menjadi merah menjadikan tanda bahwa Baskara harus menghentikan juga laju mobilnya. Lelaki itu kemudian menoleh, menatap seorang gadis yang kini sedang duduk di kursi sebelahnya.

"Nggak usah liatin gue."

Senyum Baskara langsung terbit seketika mendengar suara ketus dari Tari. "Gue liatin bocah yang naik motor diluar."

Setelahnya sunyi. Tak ada lagi jawaban dari Tari. Hanya terdengar beberapa suara bising kendaraan yang nampaknya berhasil menerobos masuk ke dalam mobil.

Tari yang sebelumnya menghadap jendela mobil disampingnya tiba-tiba mengubah posisinya. Ia memutar badannya untuk menghadap Baskara. "Seingat gue lo tadi bilang sesuatu soal jam dua. Maksudnya gimana?."

"Lo nggak buka grup?." Baskara menolehkan sebentar kepalanya dan mendapati Tari yang menggeleng pelan. "Pantes. Rapat darurat gitu, gue juga nggak ngerti mau bahas apa."

"Seriusan? Padahal tadi gue sempet papasan sama Satria tapi dia nggak ada ngomong apa-apa tuh."

"Segitu nggak percayanya lo sama gue." Cibir Baskara. "Mungkin aja pas lo papasan sama dia kondisinya belum darurat."

Meski masih mengganjal, Tari memilih untuk sedikit percaya pada omongan Baskara kali ini. Akhirnya ia kembali menatap keluar melalui jendela mobil disampingnya.

Baskara tibat-tiba teringat akan sesuatu. "Lo suka redvelvet?."

"Udah berapa lama lo ngikutin gue?."

"Pede banget. Gue udah disana lebih dulu dari pada lo."

Baskara tidak berbohong. Tentu saja. Ia hanya tidak sengaja mendengar obrolan keduanya terkait café yang berada diperempatan yang dekat dengan area kampus.

Akhirnya ketidaksengajaan itu mendorong Baskara untuk ada disana juga. Lelaki itu dengan segala usahanya berusaha untuk sampai disana lebih dulu.

Jadi benar bukan? Baskara tidak mengikuti Tari sama sekali. Ia hanya beruntung akibat ketidaksengajaannya tersebut.

Tari memutar bola matanya malas. "Terserah."

"Wih." Sorak Baskara tiba-tiba. "Sekarang lo jadi cewek seutuhnya."

"Lo tuh kayanya semua bisa dijadiin topik pembicaraan ya."

Tari cukup takjub pada Baskara. Seingat Tari lelaki itu tidak pernah menutup mulutnya rapat-rapat. Berbeda dengannya yang bahkan harus mengerahkan hampir seluruh tenaganya hanya untuk merespon Baskara.

Sebelum memberi tanggapan dari perkataan Tari sebelumnya, Baskara yang menyadari kalau kendaraan yang berada di depan sudah mulai bergerak maju, ia pun ikut melakukan hal yang sama.

"Nggak juga." Baskara berhenti sejenak untuk melirik kearah Tari yang sekarang masih menatap dirinya. Ah, ia jadi ingin tersenyum sekarang. "Antara red velvet sama macha latte lo bakal pilih yang mana?."

Tari lantas menyipitkan kedua matanya, melirik Baskara sinis. Ia kira Baskara sudah menyerah dengan pertanyaannya yang tidak terjawab itu. Namun, gadis itu tetap menjawab pertanyaan Baskara barusan.

"Dua-duanya."

"Harusnya lo milih salah satunya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Try On!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang