01. HE HATES HER
* * *
"GO ROAR! GO ROAR! GO ROAR!"
"GAU MENANG! GAU JUARA!"
"ROAR! GAU! ROAR! GAU! WINNER!"
Suara-suara pendukung Roar memang terdengar dari setiap tribun hanya untuk menyemangati laki-laki yang sedang memantulkan bola dan membawanya ke keranjang lawan. Lemparannya yang tinggi berhasil membawa bola itu seakan terbang mengikuti perintah Roar hingga berhasil masuk dengan sempurna. Suara pendukungnya kembali terdengar riuh karena sang bintang basket Grand Athleart University angkatan ke-10 itu berhasil membawa kemenangan pada pertandingan kali ini.
Roar pun berlari mendekati teman-teman satu timnya yang sangat senang sudah membawa piala pada hari ini. Mereka saling berpelukan memberikan selamat satu sama lain atas kerja keras mereka. Tetapi Roar mendadak berhenti, perhatiannya tertuju kepada seorang cewek yang terlihat berdiri dan begitu kecil di antara banyaknya orang di tribun. Roar dapat melihat bagaimana cewek itu tersenyum sangat lebar kepadanya.
Cewek yang dengan bangga mengenakan kaus bertuliskan "Penggemar No.1 Roar" kini melompat-lompat untuk mencoba menarik perhatiannya. Sialnya, dia memang berhasil menarik perhatian Roar untuk melihat ke arah sana. Tetapi sebelum cewek itu merasa terlalu percaya diri ketika Roar melihatnya, Roar langsung saja mengalihkan pandangan dan memutuskan pergi dan tidak memedulikan keberadaan siapa pun.
Roar tidak perlu pendukung. Roar sama sekali tidak membutuhkan penggemar. Apalagi kalau penggemarnya adalah cewek itu. Lebih baik tidak usah.
Sementara cewek yang berdiri di tribun itu masih tersenyum lebar melihat kepergian Roar. Meskipun Roar tidak lagi melihat kepadanya. Tapi kesadaran bahwa Roar mengetahui dirinya ada di sana untuk mendukung laki-laki itu sudah lebih dari cukup.
Mengetahui bahwa Roar Laga Yngvar tahu keberadaannya di dunia sudah sangat cukup.
Cukup. Itu sudah lebih baik untuk saat ini.
* * *
Lova berkali-kali melirik ke arah ruang ganti para pemain basket GAU. Ia tidak bisa masuk ke dalam sana kalau tidak memiliki tujuan penting. Entah keperluannya nanti disebut penting atau tidak. Tapi yang jelas kalau ketahuan pasti ia akan dimarahi oleh pelatih basket GAU.
Kalau saja alasannya bisa diterima, Lova ingin mengatakan bahwa ia ingin memberikan hadiah kepada Roar. Lova ingin memberikan selamat atas kemenangan laki-laki itu. Tetapi Lova sepertinya harus menahan diri, ia mengeratkan jaketnya untuk menutupi kaos spesial yang ia buat khusus untuk Roar. Kaos yang menunjukkan bahwa ia adalah pendukung laki-laki itu. Hanya saja mungkin nanti ia baru bisa memberikan hadiah ini kepadanya.
Meskipun Lova menunjukkan begitu terang-terangan bahwa ia menyukai Roar. Tapi sebenarnya Lova tidak seberani itu untuk berbicara secara langsung ke Roar. Apalagi Roar sangat menutup diri. Di antara teman-temannya yang lain, hanya Roar yang tidak ingin bertemu penggemarnya yang sangat banyak itu. Dia seolah-olah tidak peduli dengan semua orang. Apalagi jika penggemarnya hanya cewek tidak menarik seperti Lova, mungkin ia sudah berada pada baris paling akhir jika ada antrean untuk bertemu Roar secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Cinta Tidak Pernah Ada
RomanceRoar, si bintang basket kampus, terperangkap dalam konflik dengan penggemar setianya, Lova. Pertemuan-pertemuan mereka membawa keduanya pada hal tak terduga. Roar yang membenci Lova. Sementara Lova yang terus mengejar Roar. Ini bukan tentang cerita...