04. HE WANTS HER TO LEAVE
* * *
Impian Roar sejak dulu adalah menjadi atlet basket berbakat tanah air. Bisa saja ketika ia mendapatkan sponsor untuk bermain di luar negeri, ia akan tergabung ke tim terkenal hingga mengikuti kompetisi NBA (National Basketball Association) yang sangat bergengsi di dunia.
Tetapi semua itu harus Roar lalui dengan masuk ke dalam tim basket terbaik di Indonesia untuk menjadi batu loncatan agar ia bisa meraih mimpinya. Menjadi mahasiswa jurusan Olahraga dengan peminatan basket membuat Roar selangkah demi selangkah mendekati impiannya. Namun kuliah di Grand Athleart University tidak mudah, ia harus mengeluarkan banyak sekali biaya untuk masuk ke sana. Kampus swasta itu tidak sebanding dengan status ekonomi yang Roar miliki saat ini.
Ia begitu miskin untuk menjadi salah satu mahasiswa GAU hingga Roar mendapatkan kesempatan untuk kuliah gratis tanpa biaya di kampus itu. Hanya saja berbagai syarat harus Roar penuhi untuk tetap bertahan sampai lulus. Ia harus menjadi anggota tim dengan nilai terbaik di antara teman-temannya yang lain. Roar harus menjadi bintang dan membawa timnya menjadi juara dalam setiap pertandingan hingga ia akhirnya dikenal oleh banyak orang di kampus. Sampai ia jadi memiliki banyak penggemar karena permainan basketnya yang baik.
Hanya saja bukan penggemar yang Roar butuhkan saat ini. Ia lebih takut kalau permainan basketnya tidak lagi terpakai di tim GAU, apakah ia akan dikeluarkan dari kampus? Lalu bagaimana dengan mimpinya nanti? Apakah ia akan benar-benar gagal hanya karena tidak mampu membayar biaya kuliah sampai dirinya lulus?
Roar pikir itu akan mudah ia jalani sampai akhirnya ia harus tahu kalau tubuhnya tidak lagi sebaik dulu. Kondisi tubuhnya tidak lagi sehat seperti biasanya. Keadaan hidupnya semakin kacau ketika orang tua satu-satunya yang ia miliki meninggalkan dirinya di dunia ini seorang diri. Ibunya meninggal dunia ketika Roar bahkan belum berhasil mewujudkan impiannya dan membuktikan kalau mereka bisa hidup lebih baik lagi. Bahwa mereka tidak akan tinggal di rumah sempit yang banyak sekali kecoak dan tikus di dalamnya.
"Roar," panggil seseorang perempuan menyebutkan namanya pelan. Roar menoleh untuk melihat wajah perempuan itu yang tersenyum dengan sangat bahagia dan begitu lebar tanpa beban pada dirinya. "Aku ... namaku Lova."
Ia tidak menjawab dan membiarkan cewek itu berbicara untuk pertama kalinya. Roar sudah biasa jika tiba-tiba ada seorang cewek atau bergerombol yang ingin berbicara padanya. Dan kali ini Roar pun menerapkan hal biasa itu, walaupun sebenarnya ia juga tidak ingin menjadi idola di tim basket GAU. Prioritas hidupnya saat ini adalah ia ingin berhenti bersedih dan sekuat mungkin untuk bertahan hidup.
"Aku penggemar kamu." Kegugupan terdengar sangat jelas ketika perempuan bernama Lova itu memberikan sekotak cokelat ke Roar. "Aku harap kamu makan cokelat itu supaya kamu gak sedih lagi."
Sedih? Ucapan seorang perempuan yang baru kali ini berhasil membuat Roar mendongak dan penasaran. Roar memang sedang sedih karena baru saja ditinggalkan oleh ibunya. Namun tidak ada yang pernah sadar bahwa Roar memendam kesedihan itu sendirian dan orang-orang juga tidak ada yang tahu bagaimana dirinya, sampai satu penggemarnya itu mengatakan bahwa Roar tidak akan sedih lagi kalau memakan cokelat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Cinta Tidak Pernah Ada
RomanceRoar, si bintang basket kampus, terperangkap dalam konflik dengan penggemar setianya, Lova. Pertemuan-pertemuan mereka membawa keduanya pada hal tak terduga. Roar yang membenci Lova. Sementara Lova yang terus mengejar Roar. Ini bukan tentang cerita...