"Putri Minghao benar-benar berwibawa sekali."
Seorang pelayan yang tengah mengurus tanaman dihalam istana berbicara dengan temannya yang lain.
Salah satu dari mereka mengangguk menyetujui. "Baik hati, mandiri, bersifat dewasa dan sangat anggun."
"Tapi dia suka memanah," balasnya yang lain
"Itu tidak masalah untuk menjadi wanita anggun."
Mereka memperhatikan Minghao yang tengah berdua dengan Mingyu. Terlihat Minghao sedang berjalan beriringan dengan Mingyu dan Minghao seperti sedang berbicara dengan tunangannya itu, entah apa yang ia bicarakan hanya dia yang tau.
Di sebelah mereka, Wonwoo yang juga tengah menyirami tanaman ikut memperhatikannya. Wonwoo memperhatikan betapa dekatnya hubungan Minghao dan Mingyu yang sudah berseatus sebagai tunangan, Wonwoo sangat mengakui kalau Minghao begitu baik, cantik, dewasa, anggun dan juga mandiri.
"Mereka bener-bener sangat cocok!"
Yang lain mengangguk menyetujui, selepas itu mereka kembali melanjutkan pekerjaannya dengan terus bergosip, lain halnya dengan Wonwoo. Gadis berambut kepang itu masih memperhatikan Minghao dan Mingyu.
"Hey, Wonwoo!"
Wonwoo menoleh menatap temannya-sang pelayan- yang bernama Unhana.
"Kau iri ya? Tuan putri Minghao mendapatkan calon pasangan yang sempurna seperti pangeran Mingyu? Sedangkan kau dapat calon yang sudah aki-aki," ucap Unhana yang langsung di siku oleh pelayan bernama Goeun.
"Ahh, tidak. Untuk apa aku iri? Aku kan hanya gadis biasa, buka keturunan kerajaan atau bangsawan seperti putri Minghao. Mengenai calon pasangan, eum-itu tidak apa-apa jika dia sudah tua." Lagipula aku tidak mau mempunyai suami seperti Mingyu, lanjutnya dalam batin.
"Tetap saja, seharusnya kau menolak saja keputusan nyonya Claudia." Pelayan lain bernama Jaeun menimpali.
"Untuk apa aku menolak? Aku tidak punya hak untuk menolaknya, dia sudah berjasa padaku. Merawarku dari kecil sampai sekarang, jadi aku harus bebalas budi," balas Wonwoo lagi sambil menyirami tanamannya.
Jaeun menghembuskan nafasnya pelan lalu menepuk-nepuk punggung kecil Wonwoo secara pelan, merasa kasihan dengan Wonwoo.
🕊️•🕊️
Selesai menyirami tanaman di halaman istana, Wonwoo ingin pergi ke perpustakaan istana. Tempat yang penuh dengan buku-buku itu merupakan tempat favorit Wonwoo, karena dia bisa membaca buku sepuasnya.
"Wonwoo!"
Gadis yang tengah berjalan di lorong istana itu menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang. "Oh Jun?" Wonwoo menatap pangeran Herhardt ke 3 itu.
Jangan heran jika Wonwoo memanggil nama Jun tanpa embel-embel pangeran. Wonwoo sudah sangat akrab dengan para pangeran dan juga putri-putri yang lain, sehingga mereka menyuruh Wonwoo untuk tidak memganggil gelar mereka selagi bukan di hadapan anggota keluarga istana. Mereka sudah menganggap Wonwoo sebagai teman dan keluarga mereka.
Jun berjalan mendekati Wonwoo. "Aku ingin berbicara padamu?" Ajaknya kemudian usai berdiri dihadapan Wonwoo.
Wonwoo mengernyitkan dahinya. "Berbicara apa?"
"Kau sudah tau bukankan? Lusa akan ada pesta hari jadi pernikahan ayah dan ibunda Yoona. Dan aku ingin kau jadi pasangan dansaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [svtgs]
Historical FictionKisah ini berlatar pada abad 20an, mengisahkan tentang perjalanan cinta para keturunan keluarga bangsawan Herhardt. "Takdir menyatukan kita." Seventeen gs‼️ Don't copy my story‼️