_01_

35 5 2
                                    

Bagi 'nya', alam semesta tak mau melihatnya bahagia dengan tenang, entah dosa apa yang telah ia buat.

bocah yang berumur 12 tahun ini merasa sudah seperti mengalami banyak hal dari dianiaya, mendapat cemoohan yang bisa membuat orang mendengar saja jijik, mendapat fitnah dan hancur hanya dalam satu... Satu minggu, hanya karena menjauhkan yang sebenarnya harus di jauhkan.

'°<•>°'

"Kumohon, jangan tinggalkan aku"
Gumam anak itu kepada kedua orang tuanya, sang ayah terdiam dan tertawa kecil sambil menggendong anak itu,

"tidak akan pernah, jikapun iya kami akan kembali dan membanjirimu hadiah dan ciuman" Kecupan lembut pun mendarat pada dahi anaknya sebagai tanda kasih sayangnya,

"kami berjanji tak akan meninggalkan mu sayang, kamu adalah harta yang antik bagi kami" Lanjut ibunya dengan senyuman yang sangat lembut dan nada yang begitu tenang seakan dunia hanya milik mereka, jika bisa senyuman itu membuat siapapun yang melihat terpana,

Anak itu pada akhirnya sedikit tenang diikuti dengan rasa kantuk yang membuatnya perlahan tidur pada bahu ayahnya.


'°<•>°'

'Haah...haa' kakinya sudah terasa lelah dan sakit, dia sudah tak bisa berlari lagi tapi 'orang itu' tidak, dia tidak bisa panggil orang ataupun manusia, Hewan? monster?, Bukan, psikopat Kejam yang menghancurkan keluarganya semakin mendekat kearahnya dengan kekuatan yang tak masuk akal.

'Nak, kamu sayang sama ibu kan?' suara wanita itu bergetar dan tergesa gesa, kepanikan dan rasa sedih yang menyatu dalam wanita itu dapat di lihat dari bayangan matanya, tangannya yang bergetar berusaha menangkup pipi anaknya sekuat mungkin, jempolnya dengan lembut dan selembutnya, mengelus elus pipi tembam dan bersih itu menjadi kotor karena darah  dan tanah, sedangkan airmatanya mulai terpeleset dari matanya, tak kuasa menahan rasa sedihnya.

Melihat ibunya yang menangis membuat anak itu ikut meneteskan air matanya. Dia membuka mulutnya untuk bicara tapi tidak satupun kata keluar dari mulutnya, jadi dia mengangguk dan langsung memeluk ibunya.

Ibu itu memeluk kembali anaknya dengan erat, mengelus elus kepalanya dengan lembut dan memberikan kecupan pada wajahnya sebelum menarik anaknya lepas dari pelukannya

'Jika sayang, maka kita bermain kejar kejaran, ya? Karena jika kamu tertangkap ibu akan menggelitik mu tanpa ampun' Katanya dengan senyuman kecil, ibu itu berusaha agar suaranya yang bergetar tak membuat anaknya takut atau semacamnya.

Keheningan yang terasa pahit itu terputus ketika ibu itu merasakan kekuatan besar yang unfamiliar, ibu itu terdiam sebentar untuk melihat kebelakang lalu pandangannya kembali pada anaknya 'Lari, lari sejauh mungkin dan jangan melihat kebelakang, mengerti?'

ucap Ibu itu dengan suara yang bergetar, nadanya yang lembut namun memerintah, tidak menerima penolakan apapun darinya.

Anak itu mengerti yang di maksud oleh ibunya, jujur ini sudah membuat hatinya sangat teriris, ayahnya sudah mati dalam satu kedipan mata hanya karena berusaha melindungi mereka, dia tak mau kehilangan ibunya juga, tak mau senyuman yang ada pada wajah ibunya tadi adalah senyuman terakhir yang akan dia lihat dan kenang, tidak... Tidak mau.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝚃𝚑𝚎 ᥴꪊ𝘳𝘴ꫀ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang