00.08 Time | Who Am I?

915 88 38
                                    

Saat badai itu berpendar, kau hanya terdiam, menatap butiran pasir yang menelisik setiap inci tubuhmu. Tidakkah kau tahu? Sang kelopak telah lama mencari deburan ombak, merenungi perjalanan kelabu penuh gundah, tak ada setitik embun yang menunggunya.

──── Thornie Kavin Najandra ────

──── Thornie Kavin Najandra ────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆☽◯☾⋆

Cahaya indah membias di jendela. Sepasang manik ruby mulai terbuka perlahan, berusaha beradaptasi dengan cahaya itu. "Eungh ...." Lenguhnya seraya mengusap kelopak mata.

Perlahan ia membangkitkan tubuhnya. Pandangan yang semula samar, kini terlihat begitu jelas. Rasa bingung kembali melanda, lalu ia menyingkap selimut yang menghangatkan tubuhnya. Langkahnya pelan di lantai marmer dingin, mendekat pada jendela.

"A ... apa yang ... ?"

Ia jatuh terduduk, terkejut dengan penglihatannya. "T-to ... long ...." Ujarnya terbata dengan mulut melebar menatap seekor makhluk yang terbang dan masuk ke kamarnya.

Ia langsung menarik mundur tubuhnya, menjauh dari radar berbahaya serangan makhluk itu.

"Salam kami kepada Bintang Pertama Kekaisaran Althea, Master Zllonne,"

"Ma ... apa?" tukasnya bingung. Masih ada nada ketakutan yang tersembunyi dalam suaranya kala memastikan pendengarannya. Ia menengok sekitar, entah darimana suara yang di dengarnya berasal.

"Master, ini adalah telepati suara saya yang terhubung dengan jiwa anda,"

Dengan perlahan, ia menoleh, menatap makhluk terbang di hadapannya yang menunduk. "K-kau ... bicara?" ujarnya terbata.

Makhluk berukuran setengah ruangannya itu, mengubah diri menjadi seukuran burung elang di dunianya. Makhluk itu kemudian bertengger apik di bahu pemuda itu.

"Master, saya mengucapkan, selamat datang kembali,"

"A-aku ... bu-bukan ... mastermu." Tolaknya dengan nada sedikit gemetar. Ia masih berusaha mencerna situasi saat ini. Ruangan yang tampak begitu mewah, piyamanya yang terbuat dari kain lembut layaknya sutra, serta makhluk terbang yang dapat berbicara ini.

Bolehkah ia berteriak? Ada keinginan dari hatinya untuk melepaskan beban yang ada. 'Dunia yang aneh' ujarnya dalam hati.

Berusaha memberanikan diri. Ia berdiri dan mendudukkan diri di ranjang. "Lalu, aku bukan Mastermu. Namaku Hali,"

"Master, Permata Hellenia mengalung di lehermu, itu bermakna, kau adalah Master kami," ujar Makhluk itu.

Hali terdiam, ia kembali meraih liontin di lehernya. Menatapnya lamat. Ada sebuah kebingungan yang mendiami lubuk hatinya. Ia tidak merasa sekalipun mengenal makhluk itu.

The Eldest Brother's Odyssey [END] {OPEN PO}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang