Suasana malam yang tenang diselimuti oleh keheningan yang mempesona.Langit malam memancarkan pesona dengan cahaya gemerlap bintang-bintang yang bersinar terang.
Fellora berdiri sendirian di balkon villa yang terletak di luar kamar tidurnya.
Angin malam yang sejuk menyapu lembut rambutnya, menciptakan sensasi yang menenangkan. Matanya terpesona oleh keindahan langit yang penuh dengan gemintang.
Tiba-tiba, suara lembut Farka memecah kesunyian.
"Sayang.. masuk kedalam!," ucapnya dengan penuh kekhawatiran.
Fellora mengangguk, memahami kekhawatiran suaminya terhadap kehamilannya.
Dengan perlahan, Fellora berbalik dan melangkah masuk ke dalam kamar.
Pintu balkon tertutup rapat, memisahkan dirinya dari keindahan malam yang begitu memukau.
Kamar itu berubah menjadi tempat yang ceria dan penuh kehangatan.Crib bayi yang indah terletak di salah satu sudut kamar, dihiasi dengan hiasan boneka yang menggemaskan dan balon berwarna-warni.
Di dinding, tergantung foto hasil USG yang dijadikan mading sebagai pengingat akan kebahagiaan yang akan datang.
Di meja dekat jendela, terdapat kue hias sederhana yang menggoda selera, lengkap dengan makanan ringan yang siap untuk merayakan kebahagiaan mereka mengetahui jenis kelamin bayi pertama mereka.
Fellora mengambil sendok menyendok sepotong kue dengan hati-hati. Dengan penuh kasih sayang, ia menyuapi suaminya,
"Farka! Makasih banyak udah mau Nerima aku dan debay!." Suaranya lembut dan penuh rasa syukur.
Farka tersenyum haru sambil mengusap air mata di pipi istrinya yang basah ,Cahaya senyumnya memancar dengan penuh kelembutan saat dia mencium lembut perut Fellora, merasakan kehidupan yang berkembang di dalamnya.
"Tidak perlu berterima kasih, sayang," bisiknya dengan penuh kasih sayang.
"Debay!! Popo nungguin kamu loh disini! Sehat-sehat ya!" ucapnya lembut sambil mengusap perut sang istri dengan lembut.
Tiba-tiba, seketika itu juga, Fellora merasakan tendangan kuat dari dalam perutnya yang membuatnya melonjak kaget.
"Ah!" desis Fellora, terpana oleh momen yang tak terduga.
Farka, yang juga meletakkan tangannya di perut sang istri, merasakan getaran kuat itu. Wajahnya terpancar kegembiraan yang tak terkendali."Kamu suka popo ya! Nanti kita bagi dua ya ASI nya hhe.." gumam Farka sambil mencium perut Fellora dengan riang gembira.
Fellora merasakan kecemburuan yang merayap dalam dirinya saat melihat Farka dengan penuh cinta mencium perut yang membesar dengan perlahan. Hatinya terasa berat, dipenuhi oleh rasa cemburu yang sulit diungkapkan.
"Ohh... Cuman debaynya doang yang dicium?" protes Fellora dengan suara yang sedikit bergetar, bibirnya terlipat dalam ekspresi cemburu.
Farka merasakan tegangan di udara saat ia mendongak dan menatap tajam ke arah istrinya.
Ia segera bergerak merangkul pinggang istrinya, merasakan kehangatan tubuhnya yang membalas pelukan. Dia mendekatkan bibirnya perlahan ke bibir lembut milik Fellora, membiarkan kelembutan mereka saling bersatu.
Saat itu, aroma manis dari kue yang mereka nikmati sebelumnya masih terasa di udara. Rasanya begitu menggoda, membuat Farka merasakan kecanduan yang tak terbendung.
Namun, dia dengan hati-hati melepaskan ciumannya, memberi ruang bagi Fellora untuk mengekspresikan dirinya.
"Mau.. dilanjut yah yang disuruh dokter Olive?" tanya Farka dengan mata berbinar penuh antusiasme, menunjukkan keinginannya bersama istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Call Me Papa Anka's [TERBIT]
RomanceGue nggak peduli ayah dari bayi ini,benih yang ditanam di rahim lo ini! Yang pasti gue cuman ingin menjadi ayah untuk bayi ini, meskipun ini bukan darah daging gue,gue akan memperlakukan layaknya anak kandung. Dan gue juga nggak bakalan melarang lo...