Terungkapnya sebuah Fakta

9 1 0
                                    

Hidup itu ada kalanya kita berada pada garis atas, namun jangan pernah sombong jika berada pada posisi tersebut. Karena suatu saat nanti kalian pasti juga akan merasakan posisi garis bawah juga, bukankah roda itu berputar? Dan planet mengitari garis tata surya bukan?

" Makanya jangan sok ngumpat za, jadi candu kan sama pelukan saya? " Ejek Gus Alga dengan tangan masih merengkuh pinggang sang istri.

" Hm, Maaf ye. Orang Faza lagi peluk Gus Alga alias bang tama, bukan si Astronot nyasar kok "

" Iyain aja, mau debat sampek pagi datang pun kamu bakalan minta bener "

Malam itu keduanya menikmati pemandangan langit yang begitu indah, bulan tsabit serta bintang gemintang bertebaran disana. Tangan Gus Alga masih bertengger dipinggang ramping Faza, Sedangkan gadis itu menikmati posisinya yang tengah bersandar di dada bidang suaminya. Keduanya saling terdiam, larut dengan pikiran masing-masing.

" Hadiah pernikahannya kemarin belum di buka ya? " Celetuk Gus Alga memecah keheningan malam, harusnya Faza sudah tahu lewat clue yang dia berikan dulu.

" Yang dugi sinten niki? " Faza menoleh sekilas, lalu mengganti posisi duduknya menjadi menyamping agar bisa melihat wajah Gus Alga dengan leluasa.

" Seng dugi Astronot nyasarmu itu loh "

" Oh, supe kulo " Faza menepuk dahinya pelan dengan senyum konyol, Gus Alga terkekeh pelan sembari geleng-geleng kepala. Istrinya ini punya penyakit lupa akut atau apasih.

" Ayo bikak bareng-bareng gus " Faza bangun lalu menarik lengan gus Alga.

" Monggo "

Setelah menutup pintu balkon dan tirai, Gus Alga menghampiri Faza yang tengah bersantai dipinggiran ranjang. Wanita itu tengah menimang-nimang kotak berwarna abu-abu berpita emas dipangkuannya.

" Penisisrin bingit dih simi hidiihnyi " Faza melirik gus Alga, Pria itu tersenyum hangat. Buru-buru ia alihkan pandangannya, entah kenapa setiap gus Alga tersenyum hangat kepadanya ada suatu hal yang sulit ia terjemahkan.

" Pantesan kamu belum berubah, padahal hadiah itu kunci masa lalu kita loh za "

" Maksudnya? " Dahi Faza sempurna berkerut, kedua tanganya membuka kotak dengan pita emas tersebut perlahan. Kerutan di dahinya memudar tergantikan oleh seulas senyum manis dikedua sudut bibirnya.

" NIKI?! " Senyum Faza semakin lebar ketika melihat gus Alga mengangguk serta tersenyum manis kearahnya.

" Mushaf impian kamu bukan? " Tangan Gus Alga mengelus pelan puncak kepala faza, Wanita itu mengangguk antusias sembari mengamati mushaf Al-Qur'an hadiah dari Azel.

" Tapi kok ada noda merah-merah hitam ngeten sih? " Tunjuk Faza pada bercak di beberapa bagian sampul mushaf tersebut.

" Saya akan cerios mantun niki "

Di sebuah kompleks pertokoan kota seorang remaja lelaki tengah berjalan sendirian dengan sebuah papper bag ditangannya, sesekali ia melirik papper bagnya dengan senyum tipis.

" Hari ini tahun kedua kita ndak ketemu ya bocil, udah bisa ngomong ER dengan bener apa belum kira-kira ya? " Gumamnya pelan.

Ia terus melangkah pelan, tujuannya satu. Taman pusat kota yang di kenal dengan nama taman Bathara, Tempat dimana ia berjanji untuk menemui gadis kecil hiperaktif yang sudah ia anggap seperti adik sendiri.

" Tunggu abang gantengmu ini ya boc--ARGH "

Tubuh jangkungnya dihantam dari belakang oleh mobil bak terbuka. Darah mengucur deras dari beberapa bagian tubuhnya, terutama bagian kepala. Orang-orang berdatangan untuk mengecek kondisinya, sedangkan si pelaku sudah kabur entah kemana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LANGIT MILIKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang