"kuharap aku dapat bertemu dengan Ibu. Aku merindukan nya"
-Zen
~•~
.
.
.
.
.Melihat Astara di desak oleh ketiganya di tambah Karen dan yang lain mulai merengek, Raka dan Vera yang melihat itu dari kejauhan menatap kesal dan mendekati Astara.
"Udah lah. Kalian kira Astara apa? Ya sabar lah."
"Asta, sini, kita deket sama Talita aja disana ada Sisi juga." Vera menarik Astara ke Pintu di Ruang pertama meninggalkan Tiara dan si Kembar yang tampak kesal.
"Cukup, mari kesini semuanya anak-anak ibuk, ambil senjata kalian tadi, kita berburu ikan malam ini. Ayo!" perkataan semangat dari Buk Sari membuat Vera yang tadinya hendak ke tempat talita berblaik arah menarik Astara untuk mengambil senjatanya.
"Aku ingin panah ku tadi" tangan Astara kembali mengambil panah nya yang berwarna perak dengan motif sayap malaikat.
Ia tersenyum riang, lalu berjalan ke Pintu Ruang ke 5."Buk! Saya ambil anak panah nya ya!" sebelum mendengar jawaban Buk Sari Astara sudah masuk mencari anak panah. Ia bersenandung santai.
Buk Sari yang melihat nya hanya menggelengkan kepala. Buk Sari memperhatikan anak muridnya yang sibuk mengambil senjata masing-masing lalu mencoba menangkap ikan dengan itu.
Mereka berebutan menangkap ikan sambil main air di sungai yang hanya Selutut orang dewasa itu dengan penerangan minim dari bulan.
"Airnya seger!"
"Melinda! Ayo kesini bareng kami!" Teriak si kembar yang menarik tangan Melinda agar masuk ke sungai.
Melihat anak-anak muridnya yang bermain, bibir buk Sari mengulas senyuman hangat,
'Anak-anak yang malang, seharusnya kalian masih sekolah sekarang mengikuti ujian akhir jenjang, bukan bertahan hidup seperti ini di tempat antah berantah seperti ini.'Buk Sari mengelus sudut matanya yang sedikit berair lalu menyusul Astara.
'Aku juga ingin senjata, Kira-kira apa yang cocok, ya?' batin Buk Sari sambil melangkah menuju ruangan ke lima.
_._._._._
Sementara itu, di tempat pertempuran para monyet tadi.
Deru nafas terdengar dari seseorang yang berlari putus asa, di wajahnya percikan darah melintang dari ujung mata ke bibir nya.
Sorot mata anak laki-laki itu terus bergetar, ia shock dan tidak percaya yang terjadi sebelumnya di danau, bagaimana Amel, temannya dimakan begitu saja oleh Ular besar. Mengingat itu tubuhnya kembali bergidik ngeri.
Kakinya terhenti saat menatap banyak darah berceceran di tanah dengan mayat monyet yang bergelimpangan di sekitar.
Bulu kuduk nya kembali naik, takut dan putus asa.
duk
Ia berlutut di tanah, lelah.
"Ya Tuhan.... Kenapa seperti ini, aku ingin pulang... Aku ingin pulang, sungguh."
Air mata mulai mengalir di sudut kiri matanya, disusul bulir air mata yang terus berjatuhan di tanah saat kepalanya tertunduk lesu dengan tangan memukul-mukul tanah, ia merasa tidak adil dan tidak berdaya.
Hatinya sakit.
"Aku mau pulang! Aku mohon... Tidak disini..ibu...aku merindukan mu..aku takut..."
Di bawah sinar bulan yang tamaram laki-laki itu terus menangis dalam waktu lama hingga kelelahan. Ia menatap ke sekitar dimana mayat-mayat monster berada.
Ia perlahan bangkit berjalan ke depan mengabaikan mayat kawanan monyet, jalannya sempoyongan seperti orang mabuk, sesekali tangannya memegang pohon sebagai tumpuan agar tidak terjatuh.
![](https://img.wattpad.com/cover/362497727-288-k589354.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Stories : Island
AventuraSuatu hari, sekelompok siswa terdampar di pulau misterius, tempat di mana keajaiban dan bahaya menyatu. Setiap langkah membawa mereka lebih dalam ke teka-teki yang sulit dipecahkan. Makhluk-makhluk aneh bergerak dalam bayang-bayang hutan lebat, seme...