Suara hujan yang sudah hampir reda menemani Han dalam lamunannya, bersama segelas Ice Americano yang datang sekitar tiga jam yang lalu. Duduk menyendiri di meja pojok.
Mata itu tampak kosong, selaras dengan raut wajahnya yang terlihat tidak baik-baik saja. Bibir itu memucat, tak terkecuali juga dengan tangannya yang sedikit bergetar.
Malam ini, cuasa Seoul benar-benar dingin, karena hujan yang tiba-tiba turun. Tapi, itu tak membuat pikiran Han membeku. Bahkan kini, otaknya malah kembali memutar percakapannya dengan sang ayah saat di telepon tadi.
-Flashback On-
"Sesuatu terjadi? Katakan, Han! Jangan diam saja!."
Mendengar sentakan sang ayah, Han tidak bisa untuk tidak kembali pada kesadarannya. Ugh, berapa lama ia tertegun?
"Han?!."
"T-tidak, Appa. Aku baik-baik saja." Han segera menjawab saat nada suara sang ayah semakin meninggi. Apa kesalahannya?
"Aku tak pernah sekalipun mengajarimu berbohong. Kenapa kau menanyakan itu? Katakan! Aku tahu, kau memiliki alasan!."
"Aku hanya bertanya, Appa. Dan juga, apa akibat yang Appa maksud dulu?." Setenang mungkin Han menjawab. Ia takkan memberitahu apapun saat ia belum mengetahui jawabannya. Dan sesuai dugaan, pria di seberang sana langsung terdiam.
"Appa!," desak Han saat hening sudah mengambil alih cukup lama, dan helaan nafas pun terdengar dari seberang telepon.
"Kau akan mengerti saat kau sudah besar." Jawaban dari Seungwoo ini segera saja membuat Han berdecak kesal.
"Aku tidak mengerti, Appa, aku tidak mengerti, bahkan saat aku sudah besar seperti ini. Sebenarnya, apa alasan Appa melarang ku terlalu dekat dengan laki-laki? dan kenapa Appa menyuruhku untuk jaga jarak? Jika aku perempuan, aku tidak akan bertanya karena aku tahu jelas alasannya. Tapi, Appa, aku laki-laki, jelas aku menanyakannya. Kau tahu? Itu aneh."
"Jika kau memang sangat ingin tahu, temui appa, akan appa jelaskan semuanya sampai kau paham dan mengerti. Appa akan tidur. Selamat malam."
Tuutt!
Panggilan diputuskan sepihak dari seberang sana, membuat Han kembali berdecak kesal. Ia penasaran, sungguh. Jika alasan sang ayah masuk akal dan dapat diterima olehnya, ia mungkin akan mencoba menurutinya sedikit demi sedikit.
Ia yakin, pria itu menyuruhnya ini dan itu untuk kebaikannya.
Tes-
Han menyentuh hidungnya yang baru saja terkena tetesan air, ia menyerngit. Ia tengah berada di tempat terbuka, jadi darimana ini berasal? Belum sempat memproses apapun, ia sudah dikejutkan dengan hujan yang turun dengan derasnya.
"Ugh-."
Tanpa banyak kata, ia segera berlari mencari tempat teduh.
-Flashback Off-
Hembusan nafas kembali Han keluarkan. Merasa lelah, ia pun segera menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝗵𝗮𝗽𝗽𝗶𝗻𝗲𝘀𝘀 | han jisung harem [√]
FanfictionHan melakukan kesalahan, dan syarat dimaafkan dari para member berhasil menjungkir balikkan seluruh hidupnya.