Sial! Hari ini aku terlambat. Tak lama, saat aku menaruh barang di mejaku, Pak Deva memanggilku ke ruangannya. Sontak, semua teman semejaku pun kaget. Tentu, pandangan pun seketika tertuju padaku.
"Telat?"
"I..iya, Pak,"
(Gebrakan meja)
"Baru masuk udah kayak gini lu! Niat gak sih? Udah, balik ke tempat lu! Lain kali tertib,"
"Baik, Pak." Lalu, aku pun kembali ke mejaku.
"Huuffhh..."
"Cie... kena semprot, ciahaha (Kiyana ikut tertawa)," Ejek Danendra.
"Gitu lu,"
"Haha iya-iya, sorry, emang lu nape tadi?"
"Telat, sama desain kemaren belom selesai, deadlinenya hari ini, pusing dah,"
"Yang perumahan kemaren?"
"Iya,"
"Itu kan udah, Curut!"
"Belom,"
"Ada di gue,"
"Lah?"
"Lah? lu taronya di tempat gue, ya udah ntar gue ngomong ke Pak Deva,"
"Oh... ya udah, thank you, Ndra," Jawabku. Tiba-tiba, entah mengapa pembicaraan beralih menjadi tentang Putri.
"Eh gue cabut dulu ya! Dipanggil Mas Ravel,"
"Ati-ati,"
"Oke cantik!" Sambil tersenyum. Lalu, setelah Danendra pergi, tinggal aku dan Kiyana di Kantin.
"Hape teros! Putri gimana?"
"Kok jadi Putri, Mba?"
"Cantik yak?"
"Iya sih, katanya galak?"
"Yah elu, percaya aja ama Danendra!"
"Ya, kan gue di sini baru yak? Dia udah lama. Tapi dia tuh sebenernya kek gimana sih orangnya?"
"Baik kok. Lu pinjem duit trus ga lu balikin juga ga nape,"
"Eh serius lu!" Tiba-tiba Putri lewat dan duduk di meja lain. Aku pun termenung.
"Serius ke sana maksudnya?"
"Iya,"
"Iya?"
"Engga! Ih! Tuh ngutang kali ya tuh orang?"
"Ekhem, Putri?"
"Kagak! Dah ah! Mo lanjut yang apartemen kemaren,"
"Kan udah... salah taro file... duduk aja dulu,"
"Ogah! Mending.. ya... ngapain kek?" Dan malunya hpku tertinggal dan dibawa oleh Kiyana ke mejaku.
(Aku merabah kantung seragam, celana, dan juga melihat sekeliling) Tak lama Kiyana memberikannya.
"Putri... Putri... (Sambil menaruh hpku di meja)"
"Jelous bilang, Boy!"
"Gue? Jelous ama Putri? Bisa bikin lu bengong gitu gak tau apa yang dipikirin? Hahaha... penting banget...(sambil mengganti lirik lagu Luicy Juicy)"
Lalu aku ditelepon oleh pemilik tanah yang ingin membangun apartemennya. Dia ingin melihat sampai mana desainnya, karena sudah hampir 3 bulan. Lalu, aku pun berangkat untuk menemuinya. Tak sengaja, aku bertemu Putri di area lobby.
"Hai! Eh kamu anak baru ya?"
"Eh, hehe iya, Mba,"
"Oh... Eh iya, aku Putri, waktu itu aku ngga masuk, makanya kamu kayak masih asing, iya kan?"
"Hehehe iya, Mba,"
"Ya udah, ini kamu mau ke mana?"
"Engga, ini, mau ketemuan ama orang,"
"Oh... ya udah, entar ya... kita ngobrol lagi,"
"Iya, Mba,"
Dari sini, aku mulai mengenal siapa Putri. Kini aku sudah mendapatkan suatu bukti bahwa setiap masa memiliki warna, apakah dia warna tercerahnya? Lalu, setelah aku kembali ke kantor, aku tak sempat menemuinya karena sudah larut malam.
Ternyata Putri tak segalak yang aku kira. Walaupun, dari raut wajahnya memang terlihat seperti orang yang sangat serius, tapi dia lucu.