Sabtu. Merupakan hari yang paling enak untuk bermalas-malasan. Namun, ada yang menghubungiku. Ah, ternyata Danendra.
"Ris! Lu di rumah? Lama amat ngangkatnya?"
"Nape? Ngantuk gue,"
"Dih! Engga, mongajakin lu jalan,"
"Kemana?"
"Ada pokoknya, bareng Kiyana,"
"Ntar gue diculik lagi, gue mau ada urusan,"
"Ngapain?"
"Ngapain kek, udah gede,"
"Seriusan, dih!"
"Ada pokoknya, orang penting, ya, da... mo bobo," Lalu aku mematikan teleponnya. Tak lama ada yang menghubungiku lagi. Awalnya aku mengiranya Danendra atau Kiyana.
"Apa sih woi ah! Gue masih ngantuk!"
"Eh... maaf banget ganggu..."
"Eh? Putri? Hehe... sorry-sorry... gue kira Danendra ama Kiyana,"
"ehehe bukan... eh tapi kalo ganggu maaf banget,"
"Ngga kok, gapapa lho, kenapa?"
"Cari sunrise, yuk!"
"Emang udah ada?"
"Udahlah! Ini udah jam berapa, Ris,"
"Oh iya, ya udah tunggu, ya! Kamu share loc aja,"
(Putri mengirimkan alamat rumahnya)
"Udah, ya. Cepetan kamunya,"
"Siap, ratu!"
Lalu, saat aku tiba di depan rumahnya, ternyata dia memelihara 2 ekor anjing. Dan menggonggong ke arahku hingga menaiki atas pagar, hendak mengejarku. Lalu aku melemparkan sendalku"Aduh! Napa melihara anjing sih!" Dan sialnya, anjingnya lepas dan mengejarku. Aku pun masuk ke dalam mobil. Dan anjingnya terus mencakari pintu mobil. Sialnya, mobil yang aku kendarai adalah mobil kakakku. Sayangnya, aku lupa mengisi pulsa. Jadi, aku tidak dapat menghubunginya.
"Put! Aku udah di depan! Anjing kamu tolong dong! ama sendal aku di atas mobil ayah kamu! Putri!" Seruku. Lalu, Putri pun keluar. Tak ku sangka ia seanggun itu jika tanpa seragam.
"Heh, anjing! Masuk sana!"
"Anjir dikatain anjing!"
"Kan emang anjing?"
"Iya sih,"
"Hehe... sama sendalku dong,"
"Ini? Nih,"
"Eh? Yang satunya lagi mana?"
"Di pintu sini," Lalu Putri menggendongnya dan memasukkannya ke halaman rumahnya.
"Ris, ini baret gapapa?"
"Hah?! Baret?!"
"Iya, maaf banget..."
"Ngga-ngga... gapapa, iya deng! Duh, mobil kakakku,"
"Emang mobil kamu kemana?"
"Di bengkel. Duh, ya udah, gapapa, deh. Yuk, mau kemana?"
"Kemana aja,"
Dan kami pun berangkat. Entah kemana, hingga matahari terbit. Dan entah membicarakan apa, rasanya hangat sekali. Dia manis, lucu, dan pastinya ramah. Tak seperti yang dikatakan Danendra dan Kiyana, mereka bilang bahwa Putri orang yang galak. Segalak-galaknya dia, aku rasa masih lebih galak ibu kos-ku saat meminta bayaran. Bukan padaku.
Setelah berjam-jam keliling kota, kami pun pulang dengan membawa buah tangan. Ku rasa buahnya manis, ternyata sikatan. Tak lama, aku pamit pulang.