bab 4

295 44 5
                                    

Siang yang begitu terik  tak mematahkan semangat keempat manusia yang tengah asik bermain golf itu. Mereka berada di podium tempat melemparkan golf. Tempat yang baik untuk berteduh. Bias cahaya matahari dari lapangan terasa menyilaukan, cukup bisa membuat seseorang mengeluh gerah dan kepanasan.

Namun bagi Sakura, bukan hanya suhu tubuhnya yang panas, hatinyapun serasa ikut mendidih ketika Sasuke merangkulnya dari samping. Pria yang memiliki postur tunuh lebih tinggi darinya itu dengan telaten mengajari dan membantunya memegang tongkat dengan benar, dengan harapan Sakura bisa membuat lemparan yang bagus.

Samar-samar Sakura dapat mencium aroma parfum Sasuke yang beraroma maskulin dan sedikit manis. Sakura hampir saja menahan napas, pesona lelaki disampingnya ini sangat memabukkan.

Genggamam lelaki itu, yang sebenarnya hanya membantunya memegang tongkat golf, terasa begitu hangat. Sungguh jantung Sakura rasanya ingin meledak.

'Tuk'

Sakura membuat lemparan entah sudah yang keberapa kali. Kemudian Sasuke melepaskan rangkulannya dan menyeringai. Nampaknya kali ini lemparannya berhasil. Bola golf putih itu melayang jauh kearah lapangan. Melihat itu Itachi dan Izumi menoleh, lalu secara spontan memberikan tepuk tangan kepada Sakura.

"Wah, lemparan yang bagus anak pemula! Ah, jika kau sudah mahir ayo bertanding denganku, aku tidak akan membiarkanmu menang!" Sahut Izumi diiringi tawa riang setelahnya.

Itachi ikut terkekeh, "bagus sekali, dalam beberapa kali latihan, aku tahu gerakanmu pasti akan lebih menakjubkan. Kemampuanmu tidak bisa diremehkan"

"Hey bung, jangan lupa aku yang sudah mengajari Sakura. Tentu saja dia akan menjadi pemain yang mahir. Kau tak perlu heran. Lihat saja, kami akan mengalahkan kalian berdua dikemudian hari. Dan, oh! Sakura, lemparan yang bagus!" Sasukepun memberikan pujian dengan semangat, seolah tak mau kalah dari dua pasangan kekasih Uciha itu.

Sakura menggaruk lehernya yang tak gatal, dia bingung harus bereaksi seperti apa, karena dia jarang diberikan apresiasi dengan baik dan sungguh ia merasa permainannya jauh sekali dari kata bagus. Ia hanya melempar bola sesuai arahan Sasuke. Dan ya, siapa sangka?

Sejujurnya ia tak memiliki ekspektasi jika Sasuke akan memujinya dengan begitu ekspresif. Ia pikir lelaki itu terpaksa mengajaknya karena kasihan Sakura tak ada kegiatan di akhir pekan. Karena dirinya yang tak terlalu mengenal Sasuke di sekolah maupun luar sekolah, jadi ia tak bisa membayangkan pemuda raven itu akan tersenyum dan memujinya, ia baru tahu Sasuke memiliki sisi yang seperti itu. Terkadang ia melihat pemuda itu tersenyum atau tertawa, tapi tentu saja saat bersama Hinata. Untuk itu Sakura masih merasa asing. Bagaimanapun juga, ia bahkan belum genap 24 jam tinggal di kediaman Uchiha. Ia belum terlalu mebiasakan diri, dan ya, tak bisa di pungkiri Pujian dari ketiga Uchiha itu membuatnya senang, sampai ia tak bisa menahan senyumnya.

"Err, Terimakasih? Aku tak yakin, tapi bermain golf ternyata seru juga!" Akhirnya, sebuah senyum lebar ia berikan pada tiga insan yang sudah berbaik hati mengajaknya bermain golf itu.

....

Jam sudah nenunjukkan hampir  12 siang. Mereka memutuskan untuk langsung pulang. Cahaya matahari tentu saja masih nenyengat, namun AC pada mobil yang mereka tumpangi terasa sangat membantu. Semilir dinginnya AC diserap oleh tubuh yang panas, tubuh yang lelah itu juga bersender pada jok mobil yang empuk.  Mereka seperti baru saja mendapatkan kenyamanan ideal.

Sakura duduk sendirian di jok belakang. Didepan sudah diisi oleh Itachi di kursi kemudi dan Izumi disebelahnya.

Sasuke ada panggilan mendadak dari Hinata, sehingga lelaki itu bergegas pergi dan menitipkan Sakura pada Itachi dan Izumi. Gadis merah muda itu tentu saja tak keberatan. Toh yang penting ia bisa kembali pulang dengan selamat. Sakura pikir ini bukan masalah besar, meskipun ada sebuah perasaan mengganjal di hatinya, namun ia memutuskan untuk tak ambil pusing.

Sepasang Uchiha didepannya juga memberikan ekspresi tak setuju. Terutama Izumi yang mulai mengomel tak jelas.

"Kau tahu. Bocah ayam itu memang menyebalkan. Sungguh tidak mencerminkan seorang pria sejati. Bagaimana mungkin dia meninggalkan Sakura begitu saja selepas golf? Itachi, jangan harap kau bisa membela anak itu"

"Oops, aku hanya menyetir, nona. Kau bisa memarahinya jika ingin. Toh yang dia lakukan memang bukan hal yang keren"

"Huh, benar kan? Pria sejati selalu mengakhiri apa yang mereka mulai. Dan lihatlah si bodoh itu, dia meninggalkan Sakura seorang diri."

Melihat itu Sakura jadi agak merasa tak enak hati. Padahal, Sakura merasa seharusnya ia berterimakasih karena Sasukelah yang sedari awal mengajaknya bermain golf dan itu sudah cukup membuatnya senang. Perkara Sasuke yang meninggalkannya di tengah permainan, Sakura mencoba memahami lelaki itu. Karena dia tahu Sasuke pasti punya prioritasnya sendiri.

Sakura tersenyum canggung, "tak apa kak, Sungguh. Dia sudah berbaik hati mengajakku bermain bersama kalian. Jangan terlalu mencemoohnya, aku yakin Hinata pasti mengalami masalah serius sampai Sasuke pergi terburu-buru"

Mendengar itu Izumi menghela nafas, melirik Itachi dengan kesal. Tatapannya seolah berkata 'lihatlah kelakuan adik bodohmu itu' namun karena sudah terbiasa dengan sifat Izumi, Itachi tak terlalu menghiraukannya.

"Ya, baguslah jika kau senang, Saku. Kedepannya jika kau ingin bermain golf lagi, bilang saja pada kami. Kami sama sekali tak keberatan jika kau bergabung. Tak perlu risau, Izumi dan aku akan bersamamu. Jadi, jangan kapok untuk bermain lagi ya"

Sakura tersenyum dan mengangguk "ya kak, tentu. Terimaksih"

Bagi Sakura, Itachi merupakan perwujudan malaikat baik hati yang diturunkan dewa dari langit. Betapa baiknya lelaki dengan keriput di pipinya itu. Jika dibandingkan Sasori yang seumuran dengannya, Itachi terlihat lebih kalem dan lebih mempesona. Sosoknya menjadi sempura ketika ia bersanding dengan Izumi yang supel dan cerewet. Sakura pikir dua Uchiha itu sangat cocok dan menggemaskan; sungguh pasangan yang serasi.

Omong-omong Sasori.. Sakura jadi merindukan kakak sulungnya itu. Orang itu saat ini sedang apa ya? Pasti sedang menikmati akhir pekan dengan tidur pikir Sakura.

Mobil melaju dengan kecepatan stabil karena mereka sedang melewati jalan tol. Terlantun lagu-lagu dengan tempo lambat dari pemutar musik. Sakura nyaris tertidur jika kepalanya tak menabrak kaca jendela. Pemandangan yang mereka lewati sebenarnya biasa saja. Gedung-gedung nan tinggi menjulang yang sudah sering ia lihat. Terkadang ia mendengar Itachi dan Izumi mengobrol tentang topik yang tak ia ketahui, dan daripada memaksa ikut dalam percakapan, ia lebih memilih diam dan melihat keluar.

Meski terasa membosankan, Sakura merasa suasana seperti ini terasa jauh lebih baik ketimbang harus berdua saja dengan Sasuke. Dia tak tahan denga kecanggungan yang kerap menghampiri keduanya. Daripada itu rasanya ia lebih memilih untuk mendengar omelan Izumi.

Sejenak Sakura terdiam dan melirik ke luar jendela mobil. Ada sedikit rasa kesal dalam dirinya yang tak bisa ia ungkapkan kepada siapapun. Namun buru-buru ia bangun menyadarkan diri dari lamunan. memang dia berharap apa?

Sakura merasa murung, siapalah Sakura? Hanya orang baru yang datang di kehidupan Sasuke. Gadis itu bahkan tidak berani berkhayal terlalu tinggi karena terlalu takut menghdapi kenyataan. Sekuat apapun tekad Sakura, perasaannya tak bisa bohong. Hatinya tetap bisa sakit hati, raganya terkadang terlihat lesu dan tak bergairah jika seseorang melihat dengan seksama. Kendati demikian, ia kembali tersenyum, berusaha semaksimal mungkin agar orang disekitarnya tidak khawatir. Ia juga takut jika rasa sukanya diketahui oleh orang lain, karena ia pikir itu terlalu beresiko. Jadi ia mencoba untuk mengubur perasaan anehnya ke lubang yang paling dalam, dengan harapan semua akan hilang dan terlupakan suatu hari nanti.

.....

Guys.. sorry for the wait. Im glad if you still wanna  read this story T^T

Yh singkatnya kmren itu tahun terakhir aku kuliah jd ya bgitulah, jdi gapernah update😭. Sorry yh kalau aneh..

Btw selamat beribadah puasa bagi yang menjalankan.

26.03.2024

The Ashen Moon | SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang