bab 2

363 50 4
                                    


Kebetulan.
.
.
.
.
.

Sakura mengepak dan mengemasi barangnya dengan agak terburu-buru. semuanya terasa sangat mendadak. selang satu jam perbincangannya dengan sasori, pria itu memintanya untuk segera berkemas dan bersiap-siap. mereka akan berangkat pukul enam sore setelah makan malam. 

Pukul setengah tujuh, Sakura sudah siap dengan kaos biru muda berlengan panjang dengan gambar bunga matahari di atas dada kiri dan celana jeans agak longgar sepanjang dibawah lutut. Ia berdiri didepan pintu kamar dengan dua buah koper besar, dan sebuah tas lipat berisi laptop terselip di salah satu lengannya. Ia berjalan tersungut-sungut menggeret koper disepanjang lorong.

"Kak! tolong bawakan barang-barangku!" ucapnya menyerah di depan tangga.

Sasori yang sedang mengunyah cookies coklat di sofa segera bangkit, membersihakan remah-remah pada setelam jas miliknya. "Sebentar!"

Tak lama Sasori muncul, membawakan satu koper dan kardus yang sudah ia ikat dengan tali agar lebih mudah dibawa. Wajahnya nampak tenang, Sakura pikir terlalu tenang untuk situasi akan meninggalkan adik manisnya selama tiga bulan kedepan di rumah orang yang bahkan bukan anggota keluarga. Namun gadis itu tak ambil pusing, ia kembali fokus menggeret satu kopernya dengan susah payah sembari menuruni anak tangga.

Setelah selesai memasukkan barang dan keperluan Sakura dan Sasori di bagasi, mereka kembali ke rumah untuk memastikan tak ada barang lain yang tertinggal. Mengecek kamar dan menutup gorden yang masih tersingkap pada jendela samping. Setelah itu keduanya masuk kedalam mobil.

Sasori duduk dibalik kemudi, lelaki itu sudah rapi mengenakan setelan jas hitam lengkap dengan sepatu pantofel mengkilap yang sudah ia semir. Pria itu akan langsung ke bandara begitu selesai mengantar Sakura ke kediamam Itachi. Jadwal pesawatnya pukul sembilan. Ia berencana tinggal sebentar untuk mengobrol dan mengucapkan banyak terimakasih karena keluarga Itachi mau merawat Sakura selama ia pergi mengurus pekerjaan. Lalu ia tak mengizinkan Sakura untuk ikut mengantarnya ke bandara, adiknya itu pasti akan lelah, sekalipun besok adalah akhir pekan.

"Sudah siap, Saku?"

Sakura melirik sinis, "ya, siap tidak siap, Bung" jawabnya dengan helaan nafas yang terasa menyebalkan.

Sasori tersenyum maklum "Hei.. aku akan menyelesaikan masalah dengan cepat dan segera kembali"

"Ya ya ya, aku tahu kau hanya akan bilang itu" sakura bercermin pada kaca spion, menjepit ujung poninya ke sisi kiri. Ia nendengus. Matanya kembali melirik Sasori dengan cemas. "hei Kak, bisa kau ceritakan sedikit mengenai keluarga sahabatmu itu? Maksudku, aku benar-benar tak kenal siapa mereka.  Berikan aku sedikit gambaran"

Sasori tersenyum kecil "ya, Itachi adalah pria baik, telaten dan sabar. Dia tinggi dan tampan, tapi jangan berharap banyak karena dia sudah memiliki kekasih." Sakura memutar bola matanya, "Bibi Mikoto baik dan ramah, sedangkan Paman Fugaku agak kaku dan cenderung pendiam. Tapi padasarnya mereka semua baik dan penyayang, tak perlu cemas. Itachi mempunyai seorang adik, namanya Sasuke, tapi aku tidak begitu mengenalnya, kami jarang bertemu... tapi kupikir dia anak yang baik."

Sakura mengangguk anggukkan kepala. Sempat terlintas dipikirannya bahwa Sasuke adik Itachi adalah orang yang sama dengan Sasuke teman kelasnya. Namun, dugaan tidak rasional itu buru-buru ia singkirkan. Tokyo sangat luas. Kota metropolitan penuh hingar bingar ini dihuni oleh puluhan ribu orang, tak mungkin hanya ada satu orang dengan nama 'Sasuke', pasti ada banyak seridaknya dua atau tiga –––– entahlah tapi Sakura cukup yakin, dan tentu nama yang sama ini hanyalah sebuah kebetulan. Sakura reflek menggelengkan kepala, ia tidak boleh terhanyut dalam asumsi irrasionalnya.

The Ashen Moon | SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang