Hutan itu terlihat sangat tenang. Namun, kabut di sekelilingnya seolah sedang berusaha menyembunyikan apa pum di dalam sana. Ia bergerak meliuk-liuk, mengikuti arah angin yang berhembus kencang. Hawa dingin yang menyeramkan tampak sangat nyata bahkan dari jarak yang sangat jauh.
Jauh dari hutan berkabut itu, di tempat yang sangat berbeda, terlihat seorang gadis tengah berdiri diam. Wajahnya terlihat sangat serius dengan dahi berkerut. Rambut ungu gelapnya yang terurai hingga ke punggung, bergerak pelan seiring dengan sihir yang berputar di sekelilingnya. Seperti pusaran angin kecil yang menyejukkan.
Sebelah matanya tertutup eyepatch berwarna hitam. Satu matanya yang terbuka memiliki netra ungu pekat. Pandangannya fokus pada sebuah bola kecil bersinar yang melayang tepat di depan wajahnya.
Teman-temannya mengenalnya dengan nama Cecillia Magnus XII. Seorang gadis yang selalu berjalan berkeliling sekolah dengan tiga buah bola kecil melayang-layang di sekelilingnya. Bola kecil itu adalah orb atau bola ramal yang sudah menjadi kepemilikan Cecil sejak dia lahir.
Cecil mengernyit saat orb-nya sedari tadi hanya menampilkan kabut tipis tanpa isi yang berarti. Samar-samar memang terlihat beberapa pohon, hewan juga tumbuhan aneh yang terekam. Khususnya dedaunan aneh berbentuk kupu-kupu dan berwarna merah dengan corak tidak biasa. Namun, hanya sekelebat saja. Selebihnya hanya terlihat kabut putih yang mendominasi.
Cecil lantas memejamkan mata dan menghela napas pelan. "Kembalilah, Heidi," ujarnya lirih sambil meraih orb-nya dengan satu tangan sebelum jatuh ke tanah. Bersamaan dengan titahnya, energi sihir di sekelilingnya juga ikut menghilang. Ia mendongak, menatap langit cerah yang menaungi sekolahnya hari ini. Bibirnya otomatis tersenyum cerah saat melihat sekilas kepakan sayap besar di atasnya yang seakan hampir memenuhi langit.
"Kemarilah, Heidi," teriaknya dengan nada ceria sembari melambai-lambaikan kedua tangannya bersemangat.
Seekor elang berukuran raksana terbang melingkar di atas kepala Cecil sambil berkaok keras sebagai jawaban. Bulu hitam legamnnya berkilat indah memantulkan cahaya matahari. Ia membentangkan kedua sayapnya lebar-lebar sebelum akhirnya mendarat dengan kedua kakinya yang berkuku tajam. Menyoyak rerumputan hingga membentuk tiga garis lurus panjang.
Cecil tertawa geli saat elang itu mengusapkan paruhnya ke kepala Cecil. "Kau terbang ke mana tadi, Heidi? Kenapa yang kulihat hanya kabut?"
Mendengar itu, Heidi kontan menarik paruhnya kasar hingga Cecil kaget. Ia berkaok nyaring dan tiba-tiba mengepakkan sayap hitamnya keras. Membuat gelombang angin yang cukup kuat dari kepakan sayap itu, hingga membuat Cecil terjungkal dan berguling beberapa kali ke belakang.
"Baiklah! Jangan marah!" seru Cecil sambil berusaha bangkit dengan berpegangan pada pohon agar tidak telempar lebih jauh karena kepakan sayap pet contract-nya itu.
Heidi otomatis berhenti. Cecil menggerutu kecil. Rambutnya kini berantakan, dengan serpihan rumput yang menempel di mana-mana. Tanggannya bergerak membersihkan noda pasir di seragamnya. Ia berjalan sambal menatap elang hitam itu kesal. "Kenapa kau pemarah sekali?" omelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gehennomias: The Dark Horse
Fantasy[ZODIAC ACADEMY] Selama 17 tahun meramal, Cecil tidak pernah menyangka akan diutus dalam sebuah misi yang sangat besar. Ditambah ia harus menjalankan misi dengan tiga orang Sagitarius. Cedric si Necromacer gila yang suka cokelat. Sean, seorang pembu...