"Aku pesan es coklat panas."
~~~~
"AAAAAA! EMAK! BAPAK! FROSTFIRE NGGAK BISA TERBANG!" Suara membahana itu membuat Halilintar yang sibuk berkomunikasi dengan TAPOPS tersentak kaget. Kepalanya sontak mendongak ke atas, menatap panik sesuatu yang seperti melesat ke tanah.
"T-Taufan!" teriaknya.
Hembusan angin menghempaskan cup kertas kosong di atas meja kaunter. Kilasan berwarna biru-putih itu menerjang tubuh yang seperti jatuh dari langit, menghentikan inersia dari hukum gravitasi Bumi dan memeluk erat tubuh panas-dingin anak remaja itu. Helaan napas Taufan terdengar bergetar. Ia tinggal beberapa inci saja dari tanah! Haha, ia hampir mati ...
"Kak Taufan!" Tiga elemen yang lain bergegas menghampiri.
Solar meraih bahu anak dalam pelukan Taufan, perlahan mendudukkannya ke kursi yang Thorn seret dari lokasi terdekat. Wajah anak itu pucat pasi. Tampaknya ia masih dikejar perasaan krisis saat jatuh dari ketinggian.
"Air?" Halilintar berjongkok di sisi anak itu, mengulurkan segelas air putih.
Remaja itu merebut gelas dan menenggaknya dengan rakus. Dilihat jemarinya masih tremor. Ekspresi ketakutan itu membuat para Elemental merasa tercubit, merasa bersalah. Jika saja Taufan lebih cepat ...
"U-Uncle?" Terbata anak itu memanggil. Iris heterochromic melingkar itu menatap wajah mereka satu per satu seolah memastikan sesuatu.
"Iya? Kamu FrostFire, 'kan? Fusion Blaze dan Ice?" Taufan memasang senyum andalannya ditambah usapan di kepala bermaksud menenangkan.
Bukannya tenang FrostFire malah berderai air mata mendapatkan konfirmasi yang diinginkannya. "Uncle! Uncle jahat! Aku aduin ke Bapak! Huwaaaa!" Tangis remaja itu pecah seketika dengan tangan terulur memukul dada Halilintar. Tenaganya yang terkuras habis tidak menimbulkan efek apa pun di tubuh gagah si pengendali petir.
"Aku lagi?" Halilintar mengerut heran dan penasaran. Apa yang dilakukan dirinya di masa depan sampai dua anaknya menyalahkannya sesaat setelah bertemu?
"Uncle—" Ucapan FrostFire terjeda batuk, tersedak ludahnya sendiri. Dengan ekspresi khawatir para elemen menatapnya yang tampak kusut tak terawat.
"Ini, minum lagi?" Thorn meraih secangkir coklat panas dari atas kaunter menggunakan sulurnya.
Sambil sesekali terisak, anak itu bersender di pelukan Taufan, sedikit demi sedikit menyesap minuman manis tersebut. Kepalanya terus dielus oleh si pengendali tanaman. Senyum khas dua elemen menggemaskan itu menyambutnya setiap kali mata terbuka. Mereka tidak hilang seperti dalam mimpinya. Mimpi yang mengesalkan ...
Halilintar dan Solar duduk agak jauh dari mereka. Dua elemen bertipe cahaya itu saling beradu tatapan berarti. Sudah tiga yang muncul. Solar meremat jaketnya, merasa tak tenang.
"Tunggu sebentar lagi." Halilintar meremat tangan Solar, mencoba memberi sedikit penenang.
"Sebentar lagi ...." Solar membeo. Kerutan muncul di keningnya mengingat ekspresi kalut dan penuh rasa takut di wajah Supra ketika mereka pertama kali bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Original: Fusion
Fanfiction[I] Dentuman hasil bentrokan antara kekuatan para elemental menjadi mimpi buruk bagi Supra setiap malamnya. Jeritan rasa sakit, keputus-asaan elemental dari seluruh penjuru dunia, hingga teriakan tujuh elemental utama Boboiboy menghantui setia...