1.

9 2 3
                                    

-

Anak itu berjalan dibawah guyuran hujan malam ini, ditemani kilat dan petir yang menyambar secara bergantian. Namun ia tak merasa takut akan tersambar petir, justru malah sebaliknya. Entah mengapa ia merasakan ketenangan. Ia berada jauh dari rumah, sengaja tak ingin cepat-cepat pulang karena satu hal yang terjadi antara ia dan keluarganya. Katakan dia aneh, tapi anak ini memang aneh. Mana ada orang yang mencari ketenangan dibawah hujan saat ada petir dan kilat, oh jangan lupa suara guntur yang menggeleggar itu.

"Pulang sekarang gak yah? Tapi percuma juga sih toh mereka juga gak nyariin. Jadi pulangnya nanti aja deh" monolongnya dengan diri sendiri.

Ia kembali menyusuri jalan, tak tentu arah. Saat sedang asik tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba tak terasa air matanya mengalir bersamaan dengan air hujan yang membasahi wajah gadis itu.

"Sampai kapan sih mereka giniin gue? Seenggak berharga itukah gue dihidup mereka? Gue....gue capek"

Ia berjongkok sambil menahan isakan yang terdengar memiluka itu, meski hanya dia saja yang dapat mendengarnya.

Malam sudah larut, hujan deras yang mengguyur seluruh tubuhnya sedari tadipun telah reda. Ia memberanikan diri untuk pulang. Berharap kedua orang itu mengkhawatirkan dirinya meski hal itu terdengar mustahil baginya.

Dan benar saja. saat ia sampai, pintu malah terkunci dan semua lampu telah padam. Ia mencoba mengetuk pintu agar seseorang mau membukakan untuknya, beberapa menit kemudian seorang anak laki-laki datang dan membuka pintu untuknya.

Saat hendak ke kamar untuk membersihkan diri, ia malah melihat keluarganya yang lain sedang asik bercanda sambil menonton tv bersama tanpa dirinya tentunya. Ia berjalan melewati keluarganya berharap salah satu dari mereka ada yang bertanya padanya, namun nihil tak ada satupun dari mereka yang memperdulkannya. Menatap saja tak ada.

Gadis itu hanya tersenyum hambar dan berlalu pergi dari sana. Didalam kamar saat dirinya telah menutup pintu, ia malah tertawa sambil memukul-mukul dadanya yang dirasa sesak, tak lama kemudian ia malah menangis sambil membekap mulutnya agar tak seorangpun yang mendengar suara tangisan itu.

"Bodoh, lo kenapa malah mikir kalo mereka peduli sih? Udah biasakan? Kenapa malah berharap dongo?" Katanya sambil memukul kepala dan dadanya secara bergantian.

Padahal ada yang mendengar juga tak ada yang peduli, kenapa dia harus takut?

Ia berjalan dan membuka jendela kamarnya untuk sekedar menghirup udara agar rasa sesak didadanya sedikit berkurang, namun siapa sangka setelah hujan yang lebat tadi. Langit malah menjadi lebih indah dengan taburan bintang diatas sana.

Jari-jari lentiknya perlahan terangkat dan mulai membuat garis, seolah-olah menggambar garis penghubung antara bintang satu dengan bintang lainnya.

Ia menghela nafas berat berkali-kali, lalu mulai terisak kembali. Pertanyaan demi pertanyaan kini muncul dibenaknya. Akankah suatu saat nanti ia akan diperlakukan sama? Akankah nanti ia dapat merasakan kasih sayang dari mereka? Dan akankah ia merasa sudah tak seperti tak diinginkan?.

Ia tertunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Anak itu, Azalea angkasa argantara, gadis 17 tahun yang hanya menginginkan kasih sayang dari orang tuanya yang selama ini tak pernah ia dapatkan, menangis tanpa suara ditemani angin malam. Ingin rasanya ia berteriak sekencang-kencangnya akibat sesak yang menumpuk begitu banyak dihatinya.

Seakan tak perduli jika dirinya akan masuk angin nantinya, gadis itu masih setia dengan baju basah yang ia kenakan saat hujan tadi dengan posisi yang masih menatap langit yang penuh bintang itu, toh tidak akan ada yang perduli juga pikirnya.

Setelah berjam-jam diposisi itu, ia akhirnya menutup jendela kamarnya dan berjalan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lalu bergegas tidur, agar tak terlambat untuk berangkat ke sekolah esok pagi.

Pagi hari, setelah berpakaian lengkap. Ia langsung pergi begitu saja tanpa sarapan atau hanya sekedar menyapa anggota keluarganya yang lain. Lagipula Ia lakukanpun tak akan ada yang merespon, jadi percuma saja. Menurutnya malah hanya akan buang-buang waktu.

.
.
.
.
.

Aku ini, siapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang