Bagian 1

3 0 0
                                    

Tuk

Tuk

Tuk

Gema suara sepatu boots di sepanjang lorong sekolah yang sepi. Mengambil permen karet di saku baju nya dan mengunyah nya kembali.

"Wow," ujarnya.

Memasukan kedua tangannya ke kantong rok dan menghela napas panjang. Saat sedang menikmati sepi nya lorong, suara deheman orang menginterupsi dirinya.

"Kenapa masih di sini?" Tanya nya.

Dia menaikan sebelah alisnya menilai penampilan orang di depan nya. Kacamata bulat besar dengan baju rapih. Tak lupa rambutnya yang di semir menyamping. Hah! Definisi murid teladan seperti nya.

"Kamu mau nanti kena omelan Pak Dito?"

"Pak Dito?"

"Ekhem, gue murid baru," ujarnya.

"Ahhh! Ternyata kamu murid baru nya. Begini-"

"Berisik! Di mana ruang kepsek?" Ujarnya menyela.

"Hah? Oh! Di lantai atas paling pojok. Eh tapi di sana-"

Dia memajukan muka nya mendekati pria teladan di depannya.

"Lo—banyak omong!" Ujarnya lalu kemudian berbalik arah dengan anggun nya dan menuju lantai atas.

Pria teladan itu berdehem, lalu mengusap - usap dadanya secara perlahan.

"Sabar Pi, orang sabar di sayang Pak Dito."

✨✨✨

Kini dirinya berdiri di depan ruangan yang sedari tadi di cari. Tidak menghilangkan tata krama yang di ketahui nya, gadis itu mengetuk 2x pintu kayu tersebut. Tidak ada sahutan dari dalam membuatnya kembali mengetuk pintu tersebut.

"Fuck! Tuli kayaknya!"

Dengan lancang, gadis bersepatu boots itu membuka pintu di depannya. Sepi, ruangan itu sepi. Tunggu! Tapi tidak! Dia melihat sepasang kaki panjang dengan sepatu brand terkenal, Nike yang bertengger di atas meja.

"Oh! Oww! Goks juga kepseknya," lirihnya.

Gadis itu berdehem sebentar lalu melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut. Tidak! Dia tidak melihat seorang pria tua dengan dasi atau jas mahal yang bertengger di sana. Melainkan seorang pria jangkung yang mengenakan seragam seperti dirinya.

'Siswa?'

"Ekhem! Sorrry gu—"

Tanpa di duga, pria itu menggebrak meja yang sedari tadi di gunakan untuk menumpu kaki nya.

Gadis itu kaget dan melongo seketika. Rupa nya gebrakan tadi membuat seorang pria yang kini ia yakinin Kepala Sekolah keluar dari sebuah pintu di ujung ruangan.

"Ah! Halo, Nak! Ada perlu?"

Tatapan nya teralihkan kepada Kepala Sekolah tersebut.

"Ha—lo, Pak! Saya murid baru—"

"Ohhh! Kamu toh! Eh hehe alangkah lebih baik kalau kita berbicara di luar saja. Mari Nak!" Ajak kepsek tersebut sambil berjalan mendahului.

Gadis itu hanya manut. Sambil berjalan menuju pintu keluar, tatapannya jatuh pada mata tajam dengan manik hitam legam yang kini sedang menatapnya bak mangsa.

"Gajelas!" Ucapnya berani.

Saat sampai di luar ruangan, Kepala Sekolah mempersilahkan gadis itu untuk duduk di sebuah bangku panjang di lorong.

"Em begini, sebelum nya saya Narendra selaku kepala sekolah di sini. Saya ucap kan selamat datang dan selamat menempuh pendidikan di SMA Exocentrus," ujar nya sambil menghela nafas panjang.

Gadis itu hanya diam seraya menganggukkan kepalanya.

"Tapi—saya meminta maaf atas kejadian tidak mengenakkan tadi. Oh iya kelas kamu di 12 MIPA 1, sebentar lagi wali kelas kamu akan datang untuk mengantarkan kamu ke kelas."

"Maaf saya masih ada banyak urusan, bisa saya tinggal?" Setelah mendapatkan persetujuan dari lawan bicaranya, Kepala Sekolah tersebut segera bergegas memasuki ruangan nya.

Kring

Kring

Tertera nama My Love di layar Handphone nya. Dengan sumringah gadis itu menekan tombol hijau.

"Halo, baby girl? How do you feel?"

"Nothing special!"

"But, you know? I see him."

"Wow? Really? What do you think?"

"Em, not sure, I think—oh wait! My teacher is coming! Bye love!"

Tut

Gadis itu memperhatikan guru di depannya. Em terlalu seksi untuk ukuran guru. Baju yang ketat dengan bibir semerah darah dan jangan lupakan high heels designed by Christian Louboutin.

"Halo, miss!"

"Ets, no! Call me Madam Susan! I denger you murid baru di kelas I ya?"

"Yes madam!"

"Let's go kita ke kelas. But, what's your name ladies?"

"Pandora Jean, you can call me Jean!"

Madam Susan menaikan sebelah alisnya. Mengangguk perlahan kepalanya yang tersanggul.

"Oke Pandora!"

"W—Whatt?!!"

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang