𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟸

74 9 0
                                    

-Selamat Membaca-

Ruangan yang dahulu digunakan untuk latihan dansa dengan dinding putih bersih dan pencahayaan hangat dari lampu gantung, serta lantunan lagu-lagu dansa yang mesra. Kini berubah menjadi ruang duel dingin disertai suara senjata yang beradu dimana-mana. Ruangan ini cukup- dengan langit-langit tinggi dan jendela clerestory, dan dinding putih, yang dulu sempurna, sampai bekas kutukan dan mantra mengotori juga merusak batuannya. Tenang saja, walau terlihat rapuh, sekolah telah menjamin stabilitas ruangan dari kehancuran lebih lanjut akibat kegilaan para murid.

"Apa kalian sudah dengar?" tanya Seya sambil meregangkan tubuhnya untuk bersiap-siap melakukan duel- kelas sebelum hari berakhir- "dengar apa?" saut Khaill. "Twizard Tournament," kali ini bukan Seya, melainkan Vicktor yang sedang mengasah pedangnya. "Kau ikut?" Seya menatap Vickor penasaran, "Profesor Karkaroff menyuruhku ikut serta dalam turnamen itu," ucap Vicktor tanpa mengalihkan padangan dari pedangnya. "Kali ini dimana turnamen itu dilaksanakan?" Khaill ikut penasaran sambil berjalan untuk memilih tongkat untuk duel. "Hogwarts," jawab Victor, ucapannya membuat mereka terdiam sejenak, "Sepertinya tidak akan berjalan baik,"

◇◇◇

Makan malam tiba, semua murid berkumpul dan duduk bersama teman asramanya. Kalian akan sangat jarang melihat murid yang duduk berdampingan dengan anggota asrama lain- peraturan seperti ini tidak tertulis tetapi sangat diperhatikan. Namun, bukan berarti mereka tidak berteman dengan asrama lain, hanya saja peraturan gila yang tak berguna ini selalu ada dimana-mana.

Igor Karkaroff, berdiri di depan mimbar dan menatap murid-muridnya dengan senyum arogannya serta mata berambisi gila. Hanya dengan sekali hentakan tongkatnya, aula utama menjadi sangat sunyi. Hawa dingin dan panas yang menusuk secara bersamaan menjadi hal yang lumrah ketika sang kepala sekolah berbicara.

"Kalian pasti sudah tahu mengenai Twizard Tournament," dengan tatapan angkuhnya dia mulai memandangi setiap murid di hadapannya. "Institut Durmstrang, membina murid-murid yang kuat menjadi yang berkuasa. Semua penyihir yang menjadi bagian dari Institut Durmstrang adalah kelas pertama dan utama, yang tidak dapat dibandingkan dengan penyihir siapapun." Ia memberi jeda dalam pidatonya, sangat pintar dalam menciptakan ketegangan dalam setiap kalimatnya.

"Kualitas serta kekuatan tiap-tiap sihir yang dilontarkan, pertahanan dan ketahanan, ilmu pengetahuan yang tidak terbatas, kerja sama tim yang unggul- oh ayolah, kalian tahun seberapa hebat dan mengagumkannya sekolah kita ini-" Igor tertawa angkuh sambil membuka gulungan perkamen emas yang ia bawa, "dan saya akan mengumumkan 15 penyihir terbaik untuk mewakili Institut Durmstrang dan menjadi yang pertama dalam Twizard Tournament. Sungguh menarik melihat kandidat-kandidat ini dan keyakinan yang muncul karena kalian bersaing untuk menjadi yang terbaik. Sebuah kehormatan untuk kalian yang saya sebut namanya untuk maju ke depan dan menunjukkan ambisi kalian kepada mereka yang menggantungkan nama baiknya pada kalian,"

"Victor Krum!" Tepuk tangan meriah dan teriakan ricuh memenuhi aula, dengan gagah Vicktor maju dengan senyum khas murid Durmstrang.

Walau sudah tau dia akan diikut sertakan, hanya saja rasanya lebih bangga karena diumumkan di hadapan banyak orang, "Krum! Krum! Krum!" Seya dan Khaill meneriaki namanya bersama yang lainnya. Igor lanjut memanggil ke 12 kandidat lainnya.

"Khaill Vulchanova!" Seya menatap Khaill terkejut sambil memukul-mukul bahu laki-laki tersebut, "Kau tidak bilang!" ucap Seya sambil menutup mulutnya, Khail hanya tertawa kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Father bilang untuk merahasiakannya," dia menepuk bahu Seya, beranjak, dan bergerak ke depan diiringi tepuk tangan dan teriakan semangat khas. "Ya~ sepertinya semester ini akan aku lalui sendirian" kekeh Seya. Igor kembali meneruskan ucapannya, "dua tempat tersisa,"

𝕷𝖆𝖘𝖙 𝕭𝖑𝖆𝖈𝖐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang