Bip
BipSuara alarm ponsel milik Anara terdengar sedikit keras. Dengan mata yang masih menutup setengah Anara meraih ponselnya yang berada di atas meja nakas samping tempat tidurnya.
Jam menunjukan pukul 07:32 pagi, hari ini weekend. Sesuai rencana kedua temannya tadi malam, hari ini mereka akan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan disalah satu pusat perbelanjaan.
Gadis itu mendudukan dirinya diatas ranjang, tiba-tiba saja ingatannya berputar pada kejadian semalam dimana Alaska dengan lembut mengusap-usap wajahnya. Mengingat itu membuat Anara memukul angin dengan kesal.
Dia pikir setelah kabur dari acara elus mengelus itu dan tidur dia akan melupakan semuanya, nyatanya ingatan itu berputar bak kaset rusak di otaknya sekarang.
Gadis itu menguap lebar, merapikan rambutnya yang berantakan dan beranjak kekamar mandi.
Selesai dengan semua ritual mandinya Anara kini siap dengan pakaian casualnya.Menyemprotkan sedikit parfun pada bagian lehernya, meraih slingbag miliknya yang tergeletak diatas kasur. Melangkah cepat keluar menuju meja makan.
Kening gadis itu mengerut saat suara tawa samar-samar ditelinganya. Tepat saat dirinya menginjak lantai dapur, dapar Anara lihat inti geng Raptors yang sudah duduk dengan rapi dimeja makan.
"Jadi, mereka nginep."
Anara acuh, melangkah pelan kearah meja makan, menarik kursi yang berada disebelah Clara.
"Neng Nara wangi banget, mau kemana?" Tanya Arga yang duduk tepat didepannya.
"Nyari duda." Ucap santai Anara.
"Yaelah Ra, lo kalo mau nyari duda gak usah jauh-jauh. Ada dirumah gue noh, kakek gue mau?" Timpal Jivan dengan mulut yang penuh dengan roti.
Anara yang sedang mengoleskan selai coklat pada rotinya mendelik.
"Dih sorry ya, gue nyarinya yang setengah matang bukan yang gosong."Ucapan Anara sontak mengundang tawa mereka. Bahkan Arga yang duduk didepan Anara sampai memukul-mukul meja.
"Udah Van gak papa, kakek lo sama nenek gue aja entar kita sepupuan."
"Dih ogah gue sepupuan sama modelan jamet kek lo."
"Congor lo." Kesal Arga melempar Jivan dengan remahan roti ditangannya.
Suasana kembali hening beberapa menit, hingga suara Arsen terdengar.
"Mau kemana dek." Tanya Arsen dengan nada seriusnya juga sedikit penasaran.
"Hm mau jalan sama temen." Jawab Anara memakan pelan rotinya.
"Laura sama Adiva?" Tanya Nio yang hanya dibalas anggukan oleh Anara.
"Kita ikut ya?" Ucap Jensen yang berada disebelah Deo.
"Gak ya, lo gak diajak." Jawab Anara, membuat Jensen mencebikan bibirnya. Melihat ekspresi wajah Jensen membuat Deo yang berada di sebelahnya bergidig ngeri, laki-laki itu dengan kesal meraup wajah Jensen.
"Muka lo biasa aja, jijik gue."
"Hiks, babang Deo ja'at." Ucap Jensen memukul pelan lengan Deo dengan mimik wajah yang dibuat sedih.
Deo yang sudah sangat kesal, menjitak pelan kepala pemuda bule itu. Jensen yang tak terima hendak membalas, namun urung saat suara nyaring klakson mobil terdengar dari luar.
Tin
Tin
TinAnara dengan cepat meraih segelas susu miliknya, meneguknya dengan sedikit tergesa-gesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Figuran [ON GOING]
RandomHidup kembali sebagai adik antagonis, apa Nara bisa? Gak bisa bikin deskripsi, langsung aja.