I BELONG TO HER [S1 END]

𝑰 𝑩𝒆𝒍𝒐𝒏𝒈 𝑻𝒐 𝑯𝒆𝒓 (06)

🐰🦦

Kemudian dia berhenti sejenak, dan aku bisa melihat urat nadi yang berdenyut di dekat pelipisnya. Dia terlihat seperti kesakitan. Tapi aku tahu bahwa hal itu menyenangkan baginya, tindakan yang sangat menyakitiku.

Dia menunduk, mencium keningku. Dan kemudian dia mendorong melewati penghalang keperawananku, merobek selaput tipis dengan satu dorongan kuat. Dia tidak berhenti sampai seluruh penisnya terkubur di dalam tubuhku, rambut kemaluannya menekan rambut kemaluanku.

Aku hampir pingsan karena kesakitan. Perutku melilit karena mual, dan aku merasa pingsan. Aku bahkan tidak bisa berteriak; yang bisa aku lakukan hanyalah mencoba menarik napas pendek-pendek agar tidak pingsan. Aku dapat merasakan kekerasannya bersarang jauh di dalam diriku, dan itu adalah hal yang paling menyakitkan yang pernah aku alami.

"Tenang," gumamnya di telingaku, "tenang saja, hewan peliharaanku. Rasa sakit ini akan berlalu, akan menjadi lebih baik...."

Aku tidak mempercayainya. Rasanya seperti ada tiang panas yang ditusukkan ke dalam tubuhku, merobek-robek tubuhku. Dan aku tidak bisa melakukan apa pun untuk melarikan diri, untuk mengurangi rasa sakitnya. Dia jauh lebih kuat dariku. Yang bisa aku lakukan hanyalah berbaring di sana tanpa daya, terjepit di bawahnya.

Dia tidak menggerakkan pinggulnya, tidak menyodorkan, meskipun aku bisa merasakan ketegangan di otot-ototnya. Sebaliknya, dia mencium keningku dengan lembut lagi. Aku memejamkan mata, air mata pahit mengalir di pelipisku, dan merasakan sapuan lembut bibirnya di kelopak mataku.

Aku tidak tahu berapa lama kami bertahan seperti ini. Dia menghujani ciuman lembut di wajahku, di leherku. Tangannya memelukku, membelai kulitku dalam parodi sentuhan kekasih. Dan sementara itu, penisnya terkubur jauh di dalam diriku, kekerasannya yang tanpa kompromi menyakitiku, membakarku dari dalam.

Aku tidak tahu pada titik mana rasa sakit itu mulai berubah. Tubuhku yang berbahaya perlahan-lahan melembut, mulai merespons ciumannya, terhadap kelembutan sentuhannya.

Bajingan jahat itu merasakannya. Dan dia perlahan-lahan mulai bergerak, menarik diri sebagian dari tubuhku dan kemudian berusaha masuk kembali.

Awalnya, gerakannya memperburuk keadaan, hanya menambah penderitaanku. Dan kemudian dia meraih di antara tubuh kami dengan satu tangan, dan menggunakan satu jari untuk menekan klitorisku, menjaga tekanannya tetap ringan dan stabil. Dorongannya menggerakkan pinggulku, membuatku bergesekan dengan jarinya secara berirama.

Yang membuatku ngeri, aku merasakan ketegangan berkumpul di dalam diriku lagi. Rasa sakitnya masih ada, tapi begitu juga kenikmatannya. Aku menggeliat dalam pelukannya, tapi sekarang aku juga melawan diriku sendiri.

Sodokannya semakin keras, semakin dalam, dan aku berteriak karena intensitas yang tak tertahankan. Rasa sakit dan kenikmatan bercampur, hingga tak bisa dibedakan satu sama lain — sampai aku berada di dunia yang murni, sensasi yang luar biasa. Dan kemudian aku meledak, orgasme merobek-robek tubuhku dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga pandangankj menjadi gelap untuk sesaat.

Tiba-tiba, aku dapat mendengarnya mengerang di telingaku dan merasakannya semakin tebal dan panjang di dalam diriku. Penisnya berdenyut dan menyentak jauh di dalam diriku, dan aku tahu bahwa dia juga telah menemukan pelepasannya.

Setelah itu, dia menggulingkan tubuhku dan memelukku erat-erat, memelukku.

Dan aku menangis dalam pelukannya, mencari penghiburan dari orang yang menjadi penyebab air mataku.

Setelah itu, pikiranku berkabut, pikiranku bercampur aduk. Dia menggendongku ke suatu tempat, dan aku terbaring lemas di pelukannya, seperti boneka kain.

Sekarang dia memandikanku. Aku berdiri di kamar mandi bersamanya. Aku sedikit terkejut karena kakiku bisa menahanku untuk berdiri.

Aku merasa mati rasa, terlepas entah bagaimana.

Ada darah di pahaku. Aku bisa melihatnya bercampur dengan air, mengalir ke saluran pembuangan. Juga, ada sesuatu yang lengket di antara kedua kakiku. Air maninya, kemungkinan besar. Dia tidak menggunakan perlindungan.

Aku mungkin sekarang memiliki PMS. Aku seharusnya merasa ngeri dengan pikiran itu, tapi aku hanya merasa mati rasa. Setidaknya kehamilan bukanlah sesuatu yang harus kukhawatirkan.

Segera setelah aku serius dengan Nop, ibuku bersikeras membawa aku ke dokter untuk memasang alat kontrasepsi di lenganku. Sebagai seorang asisten perawat di sebuah klinik wanita nirlaba, dia melihat terlalu banyak kehamilan remaja dan ingin memastikan hal yang sama tidak terjadi padaku.

Aku sangat berterima kasih padanya sekarang.

Sementara aku merenungkan semua ini, Freen memandikanku dengan seksama, keramas dan mengkondisikan rambutku. Dia bahkan mencukur bulu kaki dan ketiakku.

Setelah aku bersih dan mulus, dia mematikan air dan memanduku keluar dari kamar mandi.

Dia mengeringkan tubuhku dengan handuk terlebih dahulu dan kemudian dirinya sendiri. Setelah itu, dia membungkus aku dengan jubah yang lembut dan menggendongku ke dapur untuk menyuapiku.

Aku makan apa yang dia taruh di depanku. Aku bahkan tidak mencicipinya. Ada semacam roti lapis, tapi aku tidak tahu apa isinya. Dia juga memberiku segelas air putih, yang kuteguk dengan lahap.

Samar-samar aku berharap dia tidak membiusku, tapi aku tidak terlalu peduli jika dia melakukannya. Aku sangat lelah dan ingin pingsan.

Setelah aku selesai makan dan minum, dia menuntunku kembali ke kamar mandi.

"Ayo, gosok gigimu," katanya, dan aku menatapnya. Dia peduli dengan kebersihan mulutku?

Namun, aku ingin menyikat gigi, jadi aku melakukan apa yang dia katakan. Aku juga menggunakan kamar kecil untuk buang air kecil. Dia dengan penuh perhatian membiarkanku sendirian untuk itu.

Kemudian dia membawaku kembali ke kamar. Entah bagaimana, tempat tidurku sekarang memiliki seprai yang baru, tanpa bekas darah di mana pun. Aku bersyukur untuk itu.

Dia menciumku dengan lembut di bibir, meninggalkan ruangan, dan mengunci pintu.

Aku sangat lelah sehingga aku berjalan ke tempat tidur, berbaring, dan langsung tertidur.

••• (TBC) •••