Motor Kenan melaju pelan dan kemudian berhenti di depan rumah Kinar.
"Mau gue temenin masuk?" tawar Kenan saat Kinar melihat mobil Tio yang sudah terparkir rapi di garasi.
"Gak usah" tolak Kinar, "Makasih ya, Ken" ucapnya.
Kenan mengangguk, "Gue pulang".
"Iya, hati-hati".
Kinar masih berdiri di tempatnya sampai Kenan pergi dan menjauh hingga tidak terlihat lagi olehnya.
Ia berjalan memasuki pekarangan rumah kemudian mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci. Kinar masuk ke rumahnya yang gelap, tangannya lantas meraba mencari saklar lampu agar dia dapat melihat jam.
Lampu dinyalakan dan jam dinding masih menunjukkan pukul 8 lebih sedikit, Kinar menghela nafas lega.
Baru saja nafasnya terhela, ia dikejutkan dengan Tio yang berdiri di ujung tangga menatap tajam ke arahnya.
"Om! Kaget tau!" amuk Kinar yang sempat merasakan nafasnya terhenti sejenak di tenggorokan karena kaget.
"Kemana aja kamu?" tanya Tio sembari berjalan mendekati keponakannya.
"Pergi sama Kenan" jawab Kinar santai sambil meletakkan helmnya di atas meja, "Om mau marah sebab Kinar pergi sama Kenan?".
"Om gak ada masalah sama itu" sahut Tio, "Om kan udah bilang kalau komunikasi itu penting, kenapa kamu gak ijin dulu? Kenapa kamu gak kabarin? HP kamu silent menurut kamu bener?!".
"Om cuma mau kamu jujur, kamu gak mau dibilang keluyuran kan? Makanya bilang sama Om, ijin! Kabarin! Biar Om gak khawatir!".
Kinar hanya diam mendengar seluruh kata-kata yang keluar dari mulut Tio.
Tio menghela nafas berat, ia memijat pangkal hidungnya tidak tahu lagi harus memberitahu Kinar dengan cara seperti apa lagi.
"Kalau kamu masih gini terus, motor kamu Om sita" tegas Tio, "Biar Om bisa kamu ke sekolah setiap hari."
Kinar hendak memprotes tapi Tio mengangkat tangan memintanya untuk diam.
"Gak ada protes! Sekarang kamu ke kamar, tidur!".
Kinar menghentakkan kakinya kesal kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Tio.
Di dalam kamar, Kinar memukul-mukul bantalnya menyalurkan rasa kesal yang menggebu-gebu dalam hatinya. Ia kemudian melempar bantalnya hingga membuat plastik bening di pinggir meja jatuh dan isinya berserakan.
Dahi Kinar mengernyit kemudian mendekati meja belajarnya, "Permen stroberi" ucapnya saat menyadari bahwa yang berserakan itu kebanyakan permen stoberi dan beberapa bungkus roti.
Nafas Kinar yang tak beraturan perlahan mulai tenang, ia mengambil toples kecilnya kemudian memunguti permen itu untuk dimasukkan ke toples.
Tio juga sedang diselimuti rasa kesal, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Di dalam ruang kerjanya, Tio menopang kepala yang terasa pusing dan berat dengan lengannya yang ada di pinggir meja.
"Aku cuma mau yang terbaik buat Kinar" ucapnya, "Emang salah, Ra?".
"Gak salah, Tio" balas suara lembut yang berasal dari seseorang yang tersambung dengan panggilan telepon, "Kinar cuma belum mengerti, dia butuh waktu buat menyesuaikan diri setelah kepergian Ayahnya".
"Terus aku harus gimana, Emira? Aku gak bisa lepas Kinar gitu aja kayak yang Mas Arka lakuin" Tio menyandarkan punggung pada sandaran kursi yang dia duduki.
![](https://img.wattpad.com/cover/276826358-288-k573247.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kinar
Genç KurguSepeninggal Ayahnya, Kinar merasa tidak ada lagi seseorang yang bisa dia percaya. Sampai dia sadar, masih ada Kenan yang setia bersamanya. Start, 25 April 2024