ch. 2

83 9 0
                                    

Mereka tiba di portal Utara.

Yang mana merupakan portal menuju sarang para monster.

Sudah merupakan kewajiban Duke Utara untuk masuk ke dalam portal setiap bulan.

Tapi karena Duke Utara sudah meninggal,
Yoo Joonghyuk lah yang harus melakukannya.

Semenyeramkan dan semengerikan apapun monster yang dihadapi,
Yoo Joonghyuk sama sekali tidak berekspresi ataupun panik.
Ia dengan mudah mengalahkan monster tersebut baik itu dengan senjata ataupun tangan kosong.

Kim Dokja yang melihat di belakangnya hanya bisa terkagum-kagum dalam hatinya.
Sementara tubuhnya tidak menunjukkan gelagat apapun.
Benar-benar kontras dengan apa yang dirasakan.

"Setelah ini,
kita akan menyiangi monster-monster yang sudah aku bunuh."
Kata Yoo Joonghyuk sebelum menebas monster terakhir yang lebih besar dari Yoo Joonghyuk dengan cepat seolah sedang memotong sosis.

Adegan ini.... Ah... Aaaaaaa!!!!!
Apa rasa daging monster?!
Aku belum pernah memakannya karena ya monster itu tidak ada di bumi!
Ugh... Ukh....
Jangan menebak rasanya.
Aku mesti merasakannya sebelum menilai apakah enak atau tidak.
Kemudian Kim Dokja mengambil monster yang kecil terlebih dulu baru yang besar.

Menumpuknya di atas batu yang cukup datar sebelum mencoba menyianginya.

Yoo Joonghyuk berjalan mendekat ke sisi Kim Dokja dengan salah satu tangan yang membawa monster terbesar yang merupakan monster terakhir yang ia bunuh.
"Menyiangi daging monster itu tidak sama dengan menyiangi daging hewan.
Terutama rasa bawaannya yang lebih kuat daripada daging hewan.
Kau perhatikan bagaimana aku menyianginya."

Ini kan adegan yang meninggalkan kesan yang cukup mendalam di benakku.
Yoo Joonghyuk benar-benar menakjubkan!
Kim Dokja tidak menyembunyikan tatapan penuh penghargaannya yang mana membuat Yoo Joonghyuk tersenyum kecil sebelum memperagakan cara menyiangi daging monster.

Tapi sayang sekali Kim Dokja tidak mengetahui senyum yang sempat hadir di wajah Yoo Joonghyuk tersebut.

Kim Dokja terlampau sibuk memperhatikan penyiangan daging monster.

.

.

.

.

.

.

Sesudah Yoo Joonghyuk selesai mendemonstrasikan,
Kim Dokja langsung menyiangi daging monster dengan mudah.

Tidak sampai lima belas menit daging monster selesai dimasak.

Kim Dokja menyajikannya di atas piring datar yang cukup besar.

Lalu mereka berdua melahapnya dalam diam.

"Daging monster jauh lebih enak daripada daging hewan.
Terima kasih atas kebaikan Anda memberikan kesempatan pada saya untuk dapat menikmati makanan yang lezat ini."

Yoo Joonghyuk mengelap mulutnya dengan serbet khusus sesudah makan selama beberapa detik dengan rapi.
"Aku hanya memberitahumu bagaimana cara menyiangi daging monster.
Kan kau sendiri yang meramu dan memasak daging monster yang sudah disiangi."

Kim Dokja tersenyum malu,
matanya berkedip-kedip dengan cepat,
berupaya meredakan detak jantungnya yang entah kenapa berdebar lebih kencang dari yang biasanya.
"Saya tetap berterima kasih pada Anda, Tuan Joonghyuk."

"Hm.. sesuka kau lah."
Yoo Joonghyuk sudah siap makan,
jadi saat ini yang dia lakukan adalah menonton Kim Dokja makan.

Ukh.....
Jangan menatapku....
Semestinya yang kau tatap itu bukan karakter mob seperti aku,
tetapi karakter sampingan!
Apakah aku sebegitu menariknya sampai-sampai kau tatap seperti itu ha?
Aku benar-benar gak tau pemikiran karakter utama game gak peduli seberapa banyak aku memainkan gamenya.
Kim Dokja marah-marah di dalam hatinya akibat perilaku Yoo Joonghyuk yang tidak tertebak.

.

.

.

.

Binatang pembawa roh makhluk hidup terlihat melintasi langit.

Yoo Joonghyuk tidak bereaksi.

Berbeda dengan Kim Dokja yang ketar-ketir dan ingin melarikan diri.
S**********!
Binatang roh itu sedang membangkitkan bos kedua!
Bos kedua yang sudah mati beratus-ratus tahun yang lalu!
Firasatku sangat buruk.
Tapi aku tidak dapat mengubah alur cerita gamenya secara terang-terangan.
Uh! Sungguh mengesalkan!
Dengan paksa Kim Dokja menekan keinginannya untuk melarikan diri.

"Kau lihat makhluk putih panjang yang terbang di langit?"

Kim Dokja menganggukkan kepalanya.
"Ya, Tuan Joonghyuk?"

"Makhluk itu disebut binatang roh.
Mereka membawa roh makhluk hidup untuk membangkitkan pemimpin mereka yang sudah lama mati."

Uh, jangan panik.
Selama ada Yoo Joonghyuk,
bos kedua bisa dikalahkan.
Tapi aku gak mau berada di wilayah terjadinya pertarungan antara Yoo Joonghyuk dan bos kedua!
Bagaimana kalau aku ditargetkan oleh bos kedua?!
"Apakah ada cara untuk membuat mereka tidak membangkitkan pemimpin mereka?"

Yoo Joonghyuk melempar sebuah kerikil ke salah satu binatang roh yang sedang melintas di langit dengan satu tangan.

Binatang roh yang terkena lemparan Yoo Joonghyuk itu kontan mati dan menghilang dari peradaban.

Sementara roh makhluk hidup yang dibawa itu menghilang entah kemana.

"Roh yang dibawa sudah kembali ke tempat yang semestinya."
Kata Yoo Joonghyuk sebelum Kim Dokja menanyakan hal yang akan ditanyakan.

"Oh begitu.....
Baguslah."
Kim Dokja menyatakan kelegaannya dengan sederhana dan singkat.
Tidak melebih-lebihkan.

"Binatang roh hanya bisa dibunuh sekali dalam satu bulan.
Jadi binatang roh itu tidak bisa dibasmi dengan cepat sebelum bos mereka bangkit."

Sungguh merepotkan.
Mempersulit orang aja lah pembuat alur cerita gamenya.
Hah..... Hahahaha!
Aku akan bertahan hidup apapun situasinya!
Kim Dokja membereskan peralatan makan yang telah digunakan dengan cepat.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju di mana bos kedua dibangkitkan.

Seorang siluman wanita pendeta yang rupanya indah dengan rambut hitam panjang sepaha,
duduk setengah bersandar pada cabang pohon.

Kim Dokja menelan liurnya dengan gugup melihat bos kedua yang tidak lama lagi akan bangkit sepenuhnya.

Yoo Joonghyuk tidak peduli dengan keindahan bos kedua,
sehingga dalam hitungan detik ia sudah menebaskan senjatanya pada bos kedua.

Darah hitam merembes dari bagian tubuh yang ditusuk oleh senjatanya Yoo Joonghyuk.

Mata bos kedua terbuka lebar.
Menatap Yoo Joonghyuk dengan amarah dan kebencian yang luar biasa.
Kedua tangannya bergerak hendak memegang senjata Yoo Joonghyuk,
namun Yoo Joonghyuk melompat mundur dengan senjatanya,
menyebabkan bos kedua turun dengan paksa dari cabang pohon dengan kondisi tubuh yang tidak berhenti mengeluarkan darah hitam dari bagian yang telah ditusuk dengan senjatanya Yoo Joonghyuk.

Bos kedua mengangkat kedua tangannya,
lalu muncullah sebuah panah dan anak panah di tangannya.

Yoo Joonghyuk mengayunkan senjatanya,
menangkis anak panah yang melesat dengan mudah.

.

.

Suara gesekan antar daun mengalihkan perhatian Kim Dokja yang sedang bersembunyi di dekat batu, pohon, dan semak-semak.

Seorang gadis yang wajahnya agak mirip bos kedua,
berpakaian pendeta,
berlari menuju bos kedua dengan secepat mungkin.

Melihat ada yang mendekat ke bos kedua,
Yoo Joonghyuk lompat mundur sejauh dua meter dari bos kedua,
total jaraknya menjadi empat meter dari bos kedua yang saat ini sedang dipeluk dan dicium oleh gadis yang baru saja datang entah dari mana.

Yoo Joonghyuk menancapkan ujung senjatanya ke tanah.
Lalu diam memperhatikan kedua perempuan yang semakin intens bercumbu di dekat pohon kebangkitan bos kedua.

Bersambung

Mola MolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang