ch. 4

63 6 0
                                    

"Apa kau berencana untuk sakit parah makanya kau bersikap seperti ini?"
Tanya Kim Dokja dengan tenang.

Yoo Joonghyuk menatap Kim Dokja yang menatap ke arah lain dengan wajah damai yang jarang terlihat.
"Tidak.
Tadi aku bermimpi yang mimpinya membuatku harus mandi dengan air yang lebih dingin."

Kim Dokja mengernyitkan dahinya.
Belum menangkap maksud dari apa yang dikatakan Yoo Joonghyuk.

"Mimpi basah.
Kau tau kan?"

Kim Dokja berkedip cepat sebelum melirik Yoo Joonghyuk yang wajahnya sama seperti biasanya.
Alias tidak berubah sedikit pun.
Padahal mulutnya baru saja mengucapkan kata-kata yang tidak biasa diucapkan.
Bagaimana bisa wajahnya kayak begitu?!
Benar-benar menyebalkan!
"Bilang sama aku kalau kau mau zakarmu disentuh sama aku.
Atau kalau kau tidak mau sama aku,
aku akan memanggil orang yang kau inginkan."

Yoo Joonghyuk menggeleng pelan.
"Tidak usah.
Aku akan mengurusnya sendiri."

"Aku pikir yang namanya bangsawan tidak mengurusnya sendiri,
dilihat dari banyaknya kasus bangsawan yang memiliki anak haram."

"Tergantung orangnya."

Kim Dokja mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ya, betul juga.
Tergantung orangnya.
Lalu....
Apa kau sudah merasa lebih baik?"

Yoo Joonghyuk berjalan keluar dari sungai yang diikuti oleh Kim Dokja.
"Sudah."

Sepasang kaki kurus yang putih,
panjang, dan sedikit berotot,
terlihat dari ekor mata Yoo Joonghyuk saat Kim Dokja berjalan di sebelahnya mengambil celana luarnya yang diletakkan di atas batu besar.

"Menurutmu,
apakah kau nanti akan memiliki anak haram?"
Tanya Kim Dokja sembari mengenakan celana menghadap Yoo Joonghyuk yang sedang berpakaian.

"Tergantung situasi.
Aku belum bisa bilang."

"Kira-kira saja lah.
Apakah ada kemungkinan?"

Yoo Joonghyuk berhenti bergerak,
kemudian menatap Kim Dokja yang baru saja selesai berpakaian lengkap.
"Tidak ada.
Kenapa kau menanyakan hal seperti ini?"

Kim Dokja memegang dagunya sendiri,
berpikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan Yoo Joonghyuk.
"Kau tau lah ya,
pesona, bakat, kekayaan, kekuatan,
keindahan...
Semua itu kau miliki.
Pasti tidak sedikit yang mau menjadi pasanganmu.
Bahkan yang mau jadi selirmu mungkin juga bakalan ada.
Tapi kau pun juga bisa memiliki satu orang saja sebagai pasangan sahmu kalau kau mau."

Apa itu artinya kau mau menjadi pasangan sahku?
Yoo Joonghyuk belum berani mengatakan hal yang berkenaan dengan isi hatinya sehingga ia hanya bisa membuat mulutnya lebih sedikit berbicara.
"Hn."

Kim Dokja menahan senyumnya sebelum tertawa pelan.
"Aku akan tetap menjadi kokimu selama kau tidak memecatku.
Tidak peduli pasangan sahmu ada satu orang saja atau lebih dari satu."

Cuma kokiku? Katanya?
Hmph!
Kenapa kau tidak berminat menjadi pasangan sahku?
Apakah kau tidak sudi menianiku?
Berbagai hal berseliweran di benak Yoo Joonghyuk akibat dari apa yang dikatakan Kim Dokja.

Kim Dokja sendiri tidak pernah tau apa yang dipikirkan Yoo Joonghyuk sehingga ia malah berpikir untuk mempercepat alur cerita gamenya.
"Ayo kembali ke tempat yang aman.
Aku khawatir ada yang mencuri kudamu."

"Kudaku sudah dilindungi oleh pelindung sihir sehingga akan aman dalam jangka waktu tertentu."

Kim Dokja menatap Yoo Joonghyuk sesaat tanpa berkata-kata sebelum mengajak Yoo Joonghyuk kembali ke tempat yang aman tersebut.

.

.

Semakin dekat ke tempat aman,
mereka berdua mendengar suara kuda yang semakin jelas.

Begitu mereka berdua sampai di pintu masuk,
baru jelaslah apa penyebab kuda Yoo Joonghyuk terus bersuara.

Dua monster yang tingginya dua meter,
dengan tubuh yang tambun,
dan pentungan di pinggang mereka,
menandakan bahwa dua monster itu adalah monster yang memiliki kecerdasan,
tidak seperti monster pada umumnya.

Yoo Joonghyuk mengayunkan senjatanya pada dua monster tersebut dengan kecepatan diluar akal.

Sampai-sampai menyebabkan Kim Dokja meragukan matanya sendiri.
Apa mataku tidak salah lihat?
Tapi ini memang kemampuan Yoo Joonghyuk sih.
Sama dengan profilnya di game.
Mungkin karena tingkat kematiannya yang terlalu tinggi sehingga kemampuannya itu belum pernah terlihat.
Kim Dokja bersyukur dalam hatinya dengan keuntungan yang baru ia ketahui.

Tidak sampai sepuluh menit,
dua monster itu sudah dikalahkan oleh Yoo Joonghyuk.

Penampilan Yoo Joonghyuk tetap bersih dan rapi meskipun ia baru saja selesai bertarung dengan dua monster.

Yang ternoda hanyalah senjatanya saja.

Kim Dokja berjalan mendekati Yoo Joonghyuk.
"Apa kau perlu bantuan dalam hal membersihkan pedangmu itu?"

Mata tajam Yoo Joonghyuk yang tadinya menatap ke mayat dua monster,
langsung menatap ke mata Kim Dokja dengan cepat.
"Kau sudah pernah membersihkan senjata?"

Kim Dokja menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum menjawab dengan jujur.
"Belum pernah.
Tapi kalau pisau buat memotong bahan pangan aku pernah membersihkannya.
Dan aku pikir akan sama saja cara membersihkannya."

Yoo Joonghyuk memberikan senjatanya yang ternoda oleh darah monster itu pada Kim Dokja.
"Caranya memang sama.
Kalau misalnya noda darahnya susah hilangnya,
kau gosok saja pakai kertas pasir yang level pertengahan setelah kau lumuri dengan sabun di bagian yang ada noda darahnya."

"Kertas pasir kan gunanya untuk mempertajam dan juga menghilangkan karat.
Bukankah dengan begitu ketajaman senjatamu tidak akan seimbang?
Bagaimana kalau sekalian aku tajamkan?"

Yoo Joonghyuk menatap Kim Dokja tanpa bersuara,
lalu menggumam, "Hn"
sebelum pergi dengan membawa dua mayat monster entah kemana.

Tidak sia-sia aku selalu membawa peralatan yang biasanya digunakan buat mencuci peralatan dapur.
Eh, kenapa aku merasa Yoo Joonghyuk sering memandangiku ya?
Apa wajahku begitu tidak sedap dipandang?
Hah.... Nasib karakter mob ya begini.
Kim Dokja mengembuskan napas pasrah sebelum membersihkan senjatanya Yoo Joonghyuk di luar.

.

.

.

.

Saat ini Yoo Joonghyuk sedang menyiangi daging monster di atas batu besar di pinggir sungai.

Nampaknya ia tidak memikirkan apa-apa selain fokus pada aktivitas yang sedang ia lakukan.

Namun sebenarnya ia sedang kesal dengan Kim Dokja.

Dia berinisiatif membantuku membersihkan senjataku dan juga bilang bahwa dia akan tetap menjadi kokiku selama aku tidak memecatnya.
Tck. B********!
Apa karena dia keseringan di dapur makanya dia sama sekali tidak menunjukkan sedikit pun ketertarikan padaku?
Tapi asisten koki yang membantunya di dapur ada empat orang...
Kenapa dia tidak tertarik pada romansa?
Aku akan membicarakan hal romansa bersama dia kapan dia membahas pasanganku lagi.
Pikir Yoo Joonghyuk sebelum membungkus daging monster yang telah selesai disiangi dengan kertas anti air dan kembali ke tempat dimana Kim Dokja dan kudanya berada.

.

.

.

.

Usai makan,
mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka ke tempat selanjutnya.

Kali ini,
sarang monster terletak di dalam danau.

Monster ini memikat mangsanya dengan ilusi keindahan danau sehingga Yoo Joonghyuk memperingati Kim Dokja agar selalu berada di sisinya apapun yang terjadi.

Yang sesungguhnya merupakan salah satu cara yang terpikirkan untuk membuat Kim Dokja tertarik padanya.

"Kapan monster yang tinggal di dalam danau ini muncul?"

Bersambung

Mola MolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang