A dog is man's best friend

4 1 0
                                    

Keberhasilan merupakan hal yang tidak kuduga dapat kuraih pada saat misi ini pertama kali dijalankan. Dari detik pertama hingga akhir, proses yang mendebarkan jantung dan ketegangan ini terus mengambang di bawah nafas yang tidak mau berhenti mengeluarkan uap dingin yang bahkan terasa amat menggigil di sekitar rambut tebal yang berterbangan oleh angin yang amat kencang. Namun kini saat segalanya sudah mulai mereda dan kecemasan itu sudah pudar, pemandangan helikopter berukuran sedang yang memunculkan tangga lipat dari atas dapat menciptakan senyuman di wajahku. 

(–) 

"Van!!!", pelukan senang dari Lyn segera merangkul tubuhku yang baru saja sampai ke atas. Dengan tubuhnya yang relatif kecil, hanya garis tengah perutku yang dapat ia raih. 

"Tumben - tumbennya baik gini". 

Rasa kaget memang datang dari tindakannya yang tidak kuduga. 

"Buat kali ini aja. Lagipula kamu bisa mati kalau ngga selamat kan?". 

"Kayaknya ngga sih..... Tapi aku juga ngga yakin", jawabku sambil menggeser pandangan pada arah tempat pilot. 

"Selamat datang Van, aku senang misinya berhasil". 

"Hai ichong Damian. Barangnya udah ada nih", sapaku padanya yang fokus ke depan. 

"Taruh aja di bawah sambil disenderkan di sebelah sini", katanya menunjuk ke sebelah kanan dengan tangan kanannya. 

"Okey", segera kuangkat kotak yang terasa lebih ringan dibandingkan dengan sebelumnya dan menempatkannya pada posisi yang diarahkan. 

Meski terasa bingung untuk sekejap, namun dugaanku mengarah pada cara pengambilan benda itu untuk pertama kali yang menciptakan ilusi itu. 

"Helikopter ini lumayan tenang ya", komentarku ketika menyadari bahwa tidak ada yang memakai headset di dalam. 

"Bagus kan? Baling - baling di atas punya teknologi khusus di mana getaran dari gerakan memutarnya dapat berkurang. Sinyal inframerah dan radarnya juga sudah berkurang karna fungsi utama dari helikopter ini adalah untuk-". 

Untuk waktu yang terasa bagaikan beberapa menit lamanya, pikiranku seolah menggelap di tengah - tengah penjelasannya yang amat detail. Walaupun memang tertarik dengan kendaraan yang cukup unik ini, rasanya ceramahnya yang amat kompleks tidak dapat kumengerti. 

"Emm, ya.... Kendaraan yang menarik banget...... Tapi aku juga penasaran, kotak yang tadi kita ambil itu isinya apa ya?". 

Serupa dengan penjelasan panjang yang baru saja diberikan, aku berharap bahwa hal yang benar - benar menarik perhatianku dapat mendapat penjabaran informasi yang amat detail. Namun dugaanku akan tindakan itu segera hancur ketika nada bicaranya berubah menjadi frekuensi yang cukup rendah. Seolah tidak ingin atau tidak tertarik dengan hasil buruan kita yang sudah lama terencana. 

"Ya.... ada urusan kecil yang aku perlu di dalam lab. Ngga terlalu penting sebenarnya". 

Ia mencoba menyelamatkan penjelasan yang amat kering dengan senyuman kecil yang tampak dari sisi wajahnya. Tapi hanya dengan itu pun kecurigaanku malah semakin meningkat. 

"Oh, oke". 

Diriku segera duduk sambil menengok pada Lyn yang melipatkan kedua tangannya terhadap pertukaran kata - kata tadi. 

"Aku juga tadi tanya, tapi jawabannya tetep sama...", rasa kecewa tampak tertulis jelas di wajahnya. 

Memang jelas hal itu pasti kita rasakan, segala jerih payah yang kita lakukan untuk mendapatkan benda itu tidak akan terasa puas jika pengetahuan kita akan hal itu hanya sebatas 'benda yang penting'. Kalau itu pun pasti semua makhluk sudah tau. 

"Maaf aku belum bisa bilang soal benda itu, tapi mungkin suatu hari nanti kalian bisa tau", setitik harapan tercipta dari perkataan singkatnya. 

"Lagipula, aku yakin ini bukan hal yang mungkin kalian ingin tau". 

"Apa itu?". 

Rasa ingin tahuku dan Lyn segera naik ke atas. Meski rasanya aneh merasakan ketertarikan akan topik pembicaraan yang gagal mendapat jawaban, namun sikap tersebut memang sudah natural ada dalam diri kita berdua. 

"Semoga kali ini ada jawaba-". 

"Ini berhubungan dengan ibu kalian". 

Keheningan segera tercipta saat jawaban yang tidak kita duga terucapkan. 

"D-dia mau apa....". 

"Haha, kan sudah kubilang persoalannya ini rahasia", cekikikan kecil dikeluarkan oleh ichong. 

"Yah, lebih tepatnya, kalian mungkin akan lihat nanti hasil yang diciptakan oleh alat itu. Jadi mungkin pertanyaannya sedikit berbeda". 

Ia mengatakan hal itu sebelum membelokkan helikopter ke sebelah kiri dengan gerakan yang sedikit mendadak. Dengan pandangan yang seketika tertuju pada arah yang sama, kupandang rumah yang tampak sedikit berbeda dari perspektif tinggi ini. 

"Baik, kita sudah sampai!". 

(–) 

Tepat mendarat pada lapangan berbentuk lingkaran yang cukup besar untuk helikopter ini, kurasakan getaran dan suara kecilnya yang perlahan memudar. 

"Lyn, ayo bangun sebentar, tidurnya di kamar aja!", kubangunkan Lyn yang sempat tertidur selama lima menit. 

"Hah, hah....? Kita udah sampe?". 

Dirinya tampak terkejut dengan panggilanku yang bisa dibilang tiba - tiba karna keheningan yang memang tidak biasa. 

"Iya...", perlahan kubantu ia bangun sedangkan kulihat ichong yang membawa kotak hitam itu. 

"Dasar kau ini turu mulu....", gumamku saat menyadari bahwa menuntunnya membutuhkan lebih banyak tenaga daripada tarikan tangan. 

"Rupanya Lyn udah ngantuk ya?", ichong kini turun tangan untuk membantuku turun dengan tangan yang rupanya sudah kosong.

Awalnya bingung dengan kotak yang ia bawa barusan, kupandang seorang yang membawa kotak itu, menaruhnya, dan segera berjalan menuju kita. Meski dengan lampu sein helikopter yang membuat penampilan depan tampak gelap, tak lama wajahnya pun segera terlihat jelas. 

"Van, Lyn. Kalian sudah balik!!!", pelukan lega yang terasa erat segera diberikan secara tiba - tiba. 

"Oh hai ai Liv–", suaraku sedikit terpendam karna tenaganya yang cukup kuat. 

Tindakan itu pun dapat membuat Lyn untuk segera terbangun dari tidurnya lebih efektif dari apa yang sudah kulakukan sejak tadi. 

"Terlalu erat ai....". 

Terdengar moodnya yang berantakan karna gangguan yang terus terjadi. 

"Untung kalian bisa kembali dengan selamat. Awalnya aku kira kalian ngga bisa diatur dan ichong harus mendamparkan kalian di base yang payah itu". 

"H-hah? Apa?". 

Kecemasannya terdengar mengkhawatirkan. 

"Nggalah, kita ngga sepayah itu", Lyn mengeluarkan geraman kecil walau kedua matanya belum terbuka secara sepenuhnya. 

Memang sedikit aneh mendengar pernyataan tegas darinya yang dari awal tidak yakin dengan misi ini. Namun setelah kupikirkan selama dua detik, sepertinya itu hanya ocehan darinya yang ia sendiri pun tidak sadar. 

"Yaudahlah kalau begitu, yuk kita bersih - bersih terus buruan tidur. Besok kalian sekolah loh", ai menyenderkan Lyn di sisinya dan menggandeng tanganku sambil berjalan masuk lewat garasi belakang. 

"Iya, iya", jawabku dengan malas karena masih belum merasa mengantuk. 

Entah itu karena misi menegangkan yang baru saja dilakukan, atau kegiatan sekolah yang tidak sebanding dengan apa yang baru saja kualami. 

"tapi kalau dipikir lagi, mungkin tidak apa - apa untuk beristirahat dengan hari - hari yang tenang setelah misi yang tegang", gumamku yang secara tiba - tiba merasakan kedua mata yang seolah ingin menutup sendiri. 

"Hoamm~~". 

"Hah, kalian ini", ai kini ikut menyenderkanku.


Fanciful MonogatariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang