"Apa Kau sudah menemukannya?" Ucap Pria dengan tatapan tajam dan memiliki aura yang sangat dingin. Bahkan tidak pernah tersenyum dan tersentuh sedikitpun.
"Maaf Tuan, Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, Saya benar-benar kehilangan jejaknya. Bahkan Saya sudah menyebarluaskan Orang-Orang suruhan Saya Tuan" tegas Dion, kaki tangannya.
Bugh!
Pukulan itu tepat mengenai hidung Dion.
Prank! Cring!
Suasana semakin mencekam, terlebih setelah meja kaca itu sudah tidak berbentuk. Darah kembali mengalir ditangannya.
"Tuan..." Dion segera mengambil tangan Tuannya, meski kini hidungnya sedikit mengeluarkan darah karena bogeman mentah dari Steven.
Menurut Dion, pukulan ini tidak seberapa dengan jasa yang sudah Steven lakukan ketika menyelamatkannya dari Maut. Itu sebab kenapa Dion mengabdikan Diri sepenuhnya terhadap Steven.
"Hentikan Dion!" Tegasnya seraya menyingkirkan tangannya dari Dion. Kemudian bangkit dan pergi dari ruangan yang sudah berantakan karena ulahnya.
Steven William. Iya, Orang yang berperawakan tinggi, memiliki tatapan tajam, dan terlihat sangat dingin bahkan tidak tersentuh sekalipun.
"Cepat jalan" Perintahnya setelah masuk kedalam mobil yang telah terparkir didepan.
"Baik Tuan" Jho, Supir yang sudah bekerja sejak usia Steven berusia 5 tahun tidak banyak bertanya. Melihat Tuan Mudanya yang tidak bersahabat, Jho memilih untuk segera melesat pergi.
"Jho..." panggil Steven
"Iya Tuan?" Jawab Jho dengan sedikit ragu.
"Apakah Dia akan membenciku? 5 Tahun sudah Aku mencarinya, tapi tidak ada tanda-tanda Dia ada"
Steven kembali merenung dengan melihat pemandangan Kota malam. Jho tidak menjawabnya, karena Jho sendiri sudah terbiasa dengan pertanyaan Tuan Mudanya sejak kejadian 5 Tahun lalu.
"Sebaiknya Tuan Istirahat saja terlebih dahulu, besok Dion pasti akan segera mencari kembali" Hanya jawaban itu yang dapat Jho berikan setiap kali Steven menanyakan hal yang sama.
Mobil pun terhenti. Steven memilih tinggal di Apartemen, dibandingkan di Mansion miliknya.
Telepon berdering, tertulis Dion disana. Steven segera mengangkatnya.
"Apakah ada hal penting Dion?" tanya Steven dengan malas
"Apa?! Kau serius Dion?! Baik, besok pagi Aku akan segera pergi kekediaman Orang Tuaku. Pantau saja dahulu"
Entah apa yang dikatakan Dion, tapi senyuman indah itu kembali tercetak jelas dilihat oleh Jho.
"Hmmm..." Steven mencoba menormalkan Dirinya sebelum benar-benar keluar dari mobil.
Steven memilih untuk tinggal terlebih dahulu di Apartemennya sebelum ke Rumah Orang Tuanya, karena Dirinya benar-benar lelah. Sudah 5 Tahun lamanya Dia tidak benar-benar bisa beristirahat dengan benar. Steven menjadi gila kerja sejak kejadian 5 Tahun lalu.
Keesokan harinya.
Steven segera bergegas pergi menuju kediaman Orang Tuanya.
"Tuan, Nyonya... Tuan Muda pulang" ucap Ria Asisten sekaligus Kepala Asisten Rumah Tangga di Keluarga William
"Akhirnya Anakku yang satu ini ingat pulang juga" ucap Edrick William Ayah dari Steven
Sedangkan Steven memilih untuk duduk dimeja makan tanpa menjawab. Sorotan mata tajam dan wajah dingin yang tidak pernah tersenyum itu sudah biasa dilihat oleh kedua Orang Tuanya.
"Sayang... Tidakkah Kau biarkan Steven untuk sarapan dengan tenang?" Elisa Sandra William, Istri dari Edrick William berujar agar Steven menetap walau tidak lama.
Selama ini Steven jarang pulang ke Rumah, hal itu membuat Elisa sedikit khawatir akan Anaknya.
"Kakak..." Teriak Rea, dari atas tangga dan menuruninya dengan tergesa-gesa. Rea memeluk Steven karena sangat merindukan sosok Kakak tercintanya itu.
Andrea William Putri bungsu dari keluarga William. Sangat manja, dan sangat disayang oleh Steven meski Steven terlihat tidak menyayanginya, namun siapapun yang berani menyentuh atau menyakiti Adik perempuannya itu, jangan harap nyawanya selamat dari genggaman Steven.
"Tidakkah Kau berjalan perlahan ketika menuruni tangga?!" Tegas Steven
"Aku rindu... Sangat merindukan Kakak Bekuku ini... Hahaaa..." Ungkap Rea dengan sedikit tertawa
"Kapan Aku bisa mengelola Perusahaan dibidang Fashion itu?" tanya Steven langsung pada intinya.
Edrick, Elisa, dan Rea tercengang dengan pertanyaan Steven. Pasalnya setiap membahas soal itu Steven selalu langsung beranjak pergi tanpa mengindahkan apa yang dibicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temaram
General FictionSejak kembali menginjakkan kaki ditempat baru, Alice kembali termenung. Tidak pernah terpikir dalam benaknya dapat kembali bertemu dengan Orang yang sangat dihindarinya selama ini. "Seharusnya Kau sadar diri Alice! Aku tidak pernah mencintaimu!" Ben...