Part 3

5 1 0
                                    

Setibanya Alice dirumah, tamparan kembali dilayangkan oleh Ibu angkatnya, Sabrina.

Plak!!!

"Dasar Anak tidak tahu diuntung! Bukannya nyari kerja sana! Hasilkan uang sebanyak-banyaknya, bukan malah balik lagi ke Rumah!" Dengan nafas sedikit ngos-ngosan Sabrina terus menerus mencaci maki Alice.

"Ibu... Tidakkah Kau lihat Aku terluka? Aku izin untuk mengobatinya terlebih dahulu Bu..." Alice memelas meminta agar Ibunya berhenti untuk memukul Dirinya.

"Pergilah! Kemas semua barang-barangmu. Tidak ada gunanya juga Kau disini. Lebih baik Kau hidup sebatang kara sana!" Sabrina menendang Alice agar keluar dari Rumahnya.

Alice mencoba bertahan selama ini, dan pada akhirnya Alice harus tetap segera beranjak pergi dari Rumah Ibu angkatnya.

"Ibuuu... Alice mohon Ibuuu.... Jangan usir Alice" Alice memohon dengan menangkupkan kedua tangannya.

"Kau hanya menyusahkanku. Percuma Aku menguliahkanmu sampai jadi Desainer, namun tetap saja Kau tidak berguna Alice" Ucap Sabrina tanpa merasa salah.

Sabrina melenggang pergi karena merasa muak terus-menerus berhadapan dengan Alice. Keserakahan membuat Dirinya lupa Diri.

Alice memutuskan untuk segera mengemas barang-barang penting miliknya. Semua berkas-berkas tanda selesai mengejar pendidikan pun Alice bawa.Takut jka suatu saat nanti diperlukan, dan Alice tidak perlu kembali ke Rumah Ibu angkatnya.

"Terima kasih untuk semuanya Ibu, Aku pergi" Ujar Alice seraya pergi dengan langkah gontai. Darah luka dikaki dan tangannya telah mengering. Alice lupa tujuannya pulang untuk mengobati lukanya.

"Kemana Aku harus pergi saat ini?" Alice berhenti dikursi taman untuk istirahat sejenak.

Disisi Steven...

Telpon genggam Steven berdering, setelah melihat siapa yang menelpon, Steven segera mengangkatnya.

"Iya Rea?" tanya Steven

"Kakak... Aku hampir tertabrak" Rea langsung memberitahu Kakaknya, karena jika memberitahu Orang Tuanya, Rea takut ada Orang yang meliputnya.

"Dasar ceroboh! Dirumah sakit mana sekarang?" Steven segera bergegas untuk mencari Rea, Adik tersayangnya.

"Aku di Kampus, ada kelas pagi sebentar lagi. Tadi ada Orang yang menolongku, tidak usah khawatir kak" Rea kembali berujar

Tanpa menunggu jawaban dari Kakaknya, Rea segera mematikan telpon karena Dosen telah tiba dikelas.

Steven kembali termenung mengingat apa yang Dion katakan terhadapnya semalam lewat telpon.

"Tuan... Nona muda sudah kembali, dan Dia diterima bekerja di Perusahaan Pak Edrick Ayah Tuan. Perusahaan dibidang Fashion lebih tepatnya" ucap Dion disebrang telpon.

Steven tersadar dari lamunannya, dan kembali tersenyum.

"Apa kau juga merindukanku?" gumam Steven tanpa suara.

Steven harus segera menyiapkan Dirinya untuk bekerja sebagai Karyawan baru di Perusahaan milik Orang Tuanya besok.

Kembali ke Alice...

Matahari sekejap lagi menghilang, kegelapan segera datang. Alice tersadar dan segera bangkit untuk mencari kos-kosan murah. Untungya Alice memiliki sedikit tabungan yang cukup untuk bayar sewa kontrakan dan bekal makan kurang lebih untuk satu minggu.

"Aku harus segera pergi dari sini. Sebaiknya Aku segera pergi" Alice beranjak dari tidurnya dan memilih untuk mundur dari tempatnya tadi beristirahat

Alice beranjak untuk segera pergi mencari tempat untuk bernaung. Disaat perjalanan pulang, Alice menabrak Seseorang yang tampak familier baginya.

"Aduh... Aw... Maaf..." Ucap Alice seraya melihat siapa yang sudah ditabraknya.

"Alice?! Kamu Alice kan?" tanya Orang itu.

"Kak Bara?" balik tanya Alice. Iya, Orang yang baru saja menabraknya adalah Bara, Orang yang dahulu menyelamatkan Alice karena dipermalukan oleh Dosen nomor 1 di Kampusnya.

"Kamu hendak kemana Alice?" tanya Bara dengan memperhatikan Alice dari ujung kaki hingga ujung kepala, tidak lupa melihat tas yang dibawa Alice begitu besar.

"Aku hendak mencari kos-kosan atau kontrakan Kak" jawab Alice jujur

"Bagaimana kalau Kakak bantu kamu carikan? Atau Kamu bisa tinggal di Apartemen Kakak, kebetulan Apartemen Kakak kosong" tawar Bara, bukan tanpa sebab Bara menolongnya, karena Bara sudah menganggap Alice sebagai Adiknya sendiri.

"Tidak Kak, terima kasih... Kalau begitu Alice permisi" Tolak Alice hendak pergi.

"Alice tunggu..." Cegah Bara

TemaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang