🌷Bab 3

25 4 2
                                    


Author P.O.V

Kiara pulang pagi setelah semalaman begadang melipat bungkus makanan. Tak seperti biasanya, hari ini Kiara merasa tubuhnya berat. Kepalanya sakit dan rasanya suhu tubuhnya meningkat. Kiara menyadari itu, tapi pikirannya menyangkal. Ia menyugesti diri kalau ia baik-baik saja karena siang nanti, ia masih harus bekerja si restoran cepat saji. Makanya Kiara menyempatkan diri untuk mampir ke rumah dan istirahat tiga jam agar merasa lebih baikan. Kalau baikan, dia bisa mudah beraktivitas. Pergi ke rumah sakit untuk mengkompres Hao, lalu berangkat kerja setelahnya

Rencana itu rupanya tak semulus yang dibayangkan. Sebab, saat Kiara sampai di rumah. Ia dicegat oleh seseorang yang datang-datang membentaknya.

"Dasar pembunuh!" Serunya lantang membuat tetangga yang kebetulan ada di sekitar situ menjadikanku sebagai pusat perhatian.

"Dasar kalian keluarga pembunuh!!" Sekali lagi sosok gadis muda berseragam SMA itu memaki Kiara dengan mata yang menyorot marah.

"Ap-apa maksudnya? Aku gak ngebunuh siapapun." Kata Kiara berupaya menyangkal. Namun gadis itu malah merenggut kerah Kiara dengan membabi buta.

"Kamu udah membunuh papa gue! Lo tau? Karena lo gak bayar utang, papa gue jadi bunuh diri sialan!!" Teriakannya menggelegar hingga membuat telinga Kiara mendengung. Belum lagi ia merasakan seluruh tubuhnya gemetar akibat rasa bersalah yang tiba-tiba menyerangnya.

"Kenapa gak bayar utang lo hah? Kenapa malah bikin keluarga kami hancur?!"

Anak itu melepas cengkramannya dari Kiara lalu menangis. Kiara hanya bisa membeku menyaksikannya. Hatinya tercabik-cabik oleh rasa bersalah. Namun tak bisa mencegah hal buruk meski dia sudah berusaha keras untuk rutin membayar hutang-hutang itu. Nyatanya ia banting tulang pun tak cukup mengatasinya. Bahkan kini ada nyawa yang melayang. Kiara bisa membayangkan betapa beratnya menjadi gadis itu.

"Jawab sialan!"

"Saya minta maaf. Saya salah di sini. Maafkan saya. Maaf. Maafkan saya." Kiara jatuh berlutut. Tangisannya pecah. Mau berbuat apapun, itu tak akan membuat nyawa yang sudah hilang, kembali lagi.

Gadis itu pun menghapus air matanya lalu menatap Kiara dengan nanar.

"Maaf doang! Bayar utang lo sialan! Sekarang! Gue gak mau tau!" Teriaknya.

Kiara mengangguk. Dengan tangan gemetar ia keluarkan uang dari amplop dari hasil pekerjaannya melipat dus semalaman.

"Ini gak seberapa. Tapi hanya ini yang saya punya. Saya akan kerja lebih keras lagi untuk membayarnya. Dan.. saya sungguh minta maaf atas yang terjadi ke papa kamu. Saya janji saya akan mengingat rasa bersalahnya sampai saya mati."

Gadis itu merampas amplop yang Kiara sodorkan lalu pergi begitu saja meninggalkan Kiara yang tergugu sendirian di depan pagar rumahnya. Tetangganya tak memperdulikan itu dan hanya masuk saja setelah gaduh-gaduh itu usai. Kiara hanya bisa menangis dalam diam dengan mata menyorot tanpa titik.

Aku harus gimana... malang sekali anak itu. Gara-gara aku ia harus kehilangan ayahnya. Padahal itu adalah hal paling menakutkan yang terjadi. Kehilangan orang tua.. dan bagaimana bisa ini karena aku?

Hati Kiara benar-benar hancur. Apakah semesta masih tak puas untuk mengujinya? Apakah harus seberat ini beban yang ia bawa?

Bahkan waktu yang seharusnya dipakai untuk istirahat ini malah ia pakai untuk menangis sambil memeluk foto keluarganya di rumah yang menjadi satu-satunya aset yang tersisa.

Ia rindu keluarganya. Ia rindu kestabilan dan kehangatan yang pernah ia rasakan.

Di tengah rasa lelahnya Kiara selalu bertanya kepada Tuhan, kapan ini berakhir? Ia sungguh menantikan happy ending, seperti yang dikatakan Gyuvin. Tapi apakah itu bakal terjadi? Ia sudah banyak meminta kepada Tuhan selama ini. Apakah Kiara serakah jika meminta sedikit kebahagiaan dan ketenangan? Setidaknya melalui Zhang Hao yang sadar kembali. Kiara yakin, semua ini berakhir kalau Hao sadar dan sehat kembali.

Beautiful MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang