🌷Bab 4

19 2 0
                                    



Tengah malam. Kiara baru sampai di rumah sakit untuk menghampiri Zhanghao. Entah kenapa Kiara rindu sekali dengan adik kembarnya itu. Hari ini terlalu berat untuk dihadapi sendiri, jadi Kiara datang menemui Hao untuk meluapkan segala perasaan sakit yang terkecamuk di dadanya.

Sambil terisak Kiara ceritakan semua keluh kesahnya. Dia tahu, Zhanghao pasti tak merespons apapun pada akhirnya. Namun tetap ia lakukan untuk meringankan perasaannya sekaligus memberi rangsangan pada otak Zhanghao.

"Jujur gue capek tapi gue percaya kalo gue sedikit lebih lama bertahan, gue bakal dikasih hadiah sama Tuhan. Hadiahnya lo bangun. Iya kan Hao?" Kata Kiara mengenggam erat tangan Zhanghao yang pucat.

"Kalo lo bangun kelar semua permasalahan. Mental gue ga terpuruk lagi. Janji. Gue cuma butuh lo Hao. Please lo cepet bangun ya temenin gue? Bantu gue buat damprat duo penghianat itu bila perlu."

Panjang lebar Kiara bicara. Sesekali terkekeh tapi lebih banyak menangis. Dan ujung-ujungnya ia tertidur di sisi Zhanghao sampai pagi menjelang.

Rasanya seperti baru beberapa menit tidur, Kiara sudah bangun lagi dan menghadapi kenyataan bahwa semburat matahari sudah muncul menandakan hari berganti. Kiara bangun dan segera melihat angka jam di ponsel layar retaknya yang menyerupai jaring spiderman itu.

Di sanalah dia juga notice ada pesan dari salah satu bosnya yang merupakan kakak Yujin, orang yang membawanya untuk mengajar Yujin. Kak Jiwoong.

Dia baru saja mentransfer gaji beserta bonusnya, membuat hati Kiara menghangat karena pagi-pagi sudah dapat rejeki. Baik sekali pria itu mentransfer gaji bahkan belum waktunya gajian. Seperti tau saja kalau Kiara butuh uang.

Mengetahui Kiara dapat uang. Ia segera mengkalkulasikannya, tentu diutamakan untuk tunggakan bayaran rumah sakit Hao. Lalu sisanya, ia akan bawa menuju ke rumah duka, tempat tinggal gadis yang memakinya kemarin.

Dan di sinilah Kiara berakhir. Di rumah sunyi tempat ia harus merendahkan diri untuk meminta maaf secara langsung oleh keluarga lain yang ditinggalkan.

Namun, betapa terkejutnya Kiara saat ibu dari gadis itu bilang, "Ayahnya gak bunuh diri. Dia hanya sakit karena mabuk-mabukan. Namun tetap saja suami saya menderita."

Kiara tercengang. Nyaris tak mampu mencerna semua informasi ini.

"Maksudnya? Suami ibu masih hidup?"

"Iya."

Kiara tak bisa mendeskripsikannya, tapi hatinya sungguh-sungguh lega mendengarnya.

"S-syukurlah.." Kiara menangis lagi karena merasa amat lega mendengarnya.

"Lain kali kalau kau bayar hutang ke saya saja. Anak bandel itu pinter akting. Dia bisa mendapatian uang dengan segala cara salah satunya dengan menipumu."

"Ah..." Kiara speechless, bingung juga karena kemarin itu dia sungguh terlihat seperti orang yang kehilangan orang tuanya sungguhan. Namun meski demikian ia tetap bersyukur akan kenyataan kalau itu semua hanya akting. Dengan begitu rasa bersalahnya tak seberat yang ia kira sebelumnya.

"Oh ya ibu. Ini saya bayar ya bu? Seperti biasa saya hanya bisa cicil dikit-dikit. Saya bakal kerja lebih keras dan rutin membayarnya. Mohon ibu bapak sehat-sehat sampai saya membayar semua hutang saya ya?" Kata Kiara menyerahkan amplop berisi uang.

Ibu itu menerimanya. Menghela napas lalu menatap Kiara.

"Apa boleh buat. Meski ibu kasihan sama kamu, ibu harus menerima uang ini karena kami kekurangan. Ibu hanya bisa mendoakan supaya adik kamu lekas bangun dan bantu meringankan bebanmu."

"Amiin." Aku tersenyum.

Sungguh lega. Di antara penderitaan ini ternyata masih ada hal baik yang membuatku lebih kuat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang