Sejak memiliki adik, Janu menjadi lebih sabar, meskipun beberapa kali merasa kesal karena Kivan yang tidak sabar dan tidak menuruti kata-katanya. Semua memaklumi Kivan yang gampang sekali rewel, karena mamanya sudah mengandung adiknya sejak Kivan berusia empat bulan. Tentunya perhatian Ajeng terhadap Kivan sedikit berkurang jika dibandingkan saat hamil Janu. Dia juga terpaksa berhenti menyusui karena ASI yang berkurang.
Kehamilan yang ketiga ini kerap menjadi candaan dalam keluarga, Ajeng yang terlalu subur dan Lintang yang terlalu semangat. Tapi, yang paling bahagia adalah Widya, karena suasana rumahnya yang semakin ramai.
"Habis yang ketiga ini ya istirahat dulu, Jeng."
"Iya, Ma. Aku nggak nyangka malah hamil lagi waktu itu. Padahal udah minum pil."
"Mungkin kamu kurang rutin minumnya, jadi ya jebol."
Ajeng tertawa malu, dalam hatinya dia membenarkan ucapan Mama mertuanya, bahwa mungkin saja dia lupa atau telat minum pil. Tapi apa boleh buat, dia sudah mengandung dan usia kandungannya sudah lebih dari tujuh bulan. Yang menyenangkan hati dan perasaan Ajeng, dia hamil anak perempuan. Lintang sendirinya sudah mempersiapkan nama untuk anak ketiganya, Latisha.
Saat-saat hamil yang ketiga kalinya ini, Ajeng sangat bahagia karena Gita akhirnya hamil juga dan anak yang sedang dikandungnya pun perempuan. Setelah mengikuti promil selama bertahun-tahun, Gita senang sekali karena usahanya membuahkan hasil. Sama dengan Ajeng, dia juga sedang hamil tujuh bulan, tapi Ajeng akan melahirkan lebih cepat beberapa hari.
***
Entah kenapa Lintang sangat menyukai tubuh istrinya yang sedang mengandung, napsunya meningkat dan bergairah, meskipun dia tahu bahwa dia harus bercinta dengan pelan. Apalagi di saat mandi bersama di dalam kamar mandi, Lintang sangat senang memeluk Ajeng dari belakang, dengan dua tangan menyentuh perut buncit Ajeng yang semakin keras.
"Mmmm."
"Latisha kayaknya lagi ngambek hari ini," ujar Ajeng saat Lintang mengelus perutnya.
"Kok ngambek?" tanya Lintang sambil memasukkan miliknya ke dalam tubuh Ajeng dari belakang. Lalu bergoyang pelan maju mundur.
Ajeng terdesak sebentar, memperbaiki posisi tubuhnya agar suaminya lega bergerak.
"Dari pagi sampai sekarang, geraknya nggak selincah biasanya."
"Udah nggak sabar mau lihat dunia luar barangkali." Sambil memperhatikan bokong Ajeng, Lintang bergerak maju mundur perlahan lebih cepat sehingga Ajeng mendesah panjang.
"Aaaakh," lenguh Lintang disertai helaan napas lega.
Kemudian, Lintang membimbing tubuh Ajeng ke dalam bath up, dan mendudukkannya. Lalu dia dengan telaten memandikan Ajeng.
Ajeng tidak pernah meminta Lintang memanjakannya, apalagi memandikannya. Tapi Lintang sendiri terkadang menghendakinya, khusus akhir pekan.
"Mama omelin aku, Mas. Katanya habis lahiran, ya jangan digas."
Lintang tertawa kecil, dia juga tidak tahu kenapa Ajeng malah hamil, padahal Ajeng tetap menelan pil kb, juga sedang masa menyusui yang bisa menunda kehamilan. Tapi setelah mendengar penjelasan dokter bahwa Ajeng sangat subur, Lintang akhirnya mengerti, tapi di dasar hatinya dia sangat senang Ajeng mengandung anak lagi, terlebih saat ini mengandung anak perempuan, yang memang diharapkan dia dan Ajeng.
"Ya, nanti kita atur saja," tanggap Lintang yang sekarang sedang memijat kepala Ajeng yang sudah dia beri sampo.
"Mas emangnya mau berapa sih?" tanya Ajeng iseng.
"Kamu sendiri?"
Ajeng tertawa kecil, dalam hatinya dia sangat menyukai anak-anak. Mungkin karena dirinya terlahir menjadi anak tunggal, kehadiran dua anak lelaki di dalam keluarga sangat menyenangkan hati dan perasaannya. Apalagi akan ada calon anak perempuan yang sedang berada di dalam perutnya sekarang. Ajeng membayangkan betapa ramai rumahnya, dan dirinya yang semakin sibuk dengan anak-anak.
"Lima gimana?" tanya Lintang dengan suara rendahnya. Dia juga sangat menyukai anak-anak.
Ajeng tertawa lagi. Dia malah membayangkan bisa memiliki anak lebih dari jumlah yang disebutkan suaminya.
"Pasti kamu mikir lebih," tebak Lintang yang masih memijat kepala Ajeng.
Ajeng tertawa seraya berkata, "Iya. Kok Mas tau sih?"
"Iya taulah. Bisa dilihat dari senyum kamu. Tapi menurutku Mama ada benarnya. Diatur ... jangan kebobolan seperti ini."
"Iya, Mas."
"Kamu sih subur banget."
Ajeng mencubit lengan Lintang, "Mas juga nggak sabaran."
Lintang mencubit pipi Ajeng gemas, sehingga busa menempel di pipi Ajeng.
***
Ada kabar yang mengejutkan, Gita ternyata melahirkan lebih awal dan premature. Lintang pun mengajak Ajeng dan Widya pergi ke rumah sakit segera. Sesampainya di rumah sakit, ternyata Gita sudah melahirkan dan anaknya lahir dengan selamat. Hanya ada Keanu yang setia menemani Gita sejak proses awal hingga akhirnya Gita bisa melahirkan secara normal.
"Sabar, Keanu," ujar Widya menenangkan. Keanu sedang menghadapi masalah yang cukup besar di dalam keluarganya, Papa dan mamanya sepakat untuk bercerai, karena isu perselingkuhan papanya dengan Hanna dulu. Namun. Ternyata terungkap bahwa papanya tidak saja berselingkuh dengan Hanna, tapi juga dengan dua staff kepercayaannya di kampus. Sikap Keanu berubah drastis, tidak semangat dan sering marah-marah, apalagi mamanya hampir berniat untuk bunuh diri. Dan ini tentu berpengaruh ke Gita.
Keanu menarik napas dalam-dalam saat memandang wajah putrinya yang baru saja lahir, lalu tangisnya tumpah begitu saja.
***
Namun kesedihan Keanu tidak berlangsung lama, terutama sejak hadir putrinya yang dinamai Anantari Dyanti. Tari, begitu nama panggilan anaknya, telah memberi kebahagiaan di tengah masalah hebat yang sedang dihadapi keluarganya. Keanu dan Gita sekarang memilih tinggal bersama Mama Keanu di Jakarta. Mama Keanu sedikit demi sedikit sudah bisa melupakan parahara dalam rumah tangganya. Terlebih, dia malah sering berbincang dengan Ajeng, yang sebelumnya juga mengalami masalah yang sama. Dengan berbagi dan Ajeng tidak lupa mengingatkannya untuk bersabar, Mama Keanu akhirnya bisa berdamai dengan masalah terberatnya.
Keanu sangat bersyukur karena pada akhirnya mamanya terbebas dari masalah terbesarnya dan sudah resmi bercerai. Bagaimana tidak, satu di antara dua selingkuhan papanya meminta pertanggungjawaban karena sedang hamil muda. Mamanya sudah jauh lebih bahagia, terutama saat bermain dengan Tari. Gita sendiri memutuskan tidak bekerja dan mengurus rumah tangga. Dia berencana akan melanjutkan bekerja setelah Tari menginjak usia dua tahun.
Delapan bulan berlalu, Ajeng dan Gita tampak sedang asyik menyuapi makan anak-anak perempuan mereka masing. Akhirnya Ajeng bisa memberi makanan halus untuk Latisha yang berusia enam bulan, dan Tari yang berusia delapan bulan.
Kedua bayi perempuan itu tampak akrab, dan saling menyentuh wajah lalu tertawa bersama.
"Kebayang kalo udah gede, kayak kita berdua kali ya, Jeng?" ujar Gita. Dia sudah dua malam menginap di rumah mamanya.
"Iya. Pasti seru kalo lagi main berdua."
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Ajeng
RomanceKisah Ajeng Anindita Maheswari Ajeng pada akhirnya menyadari bahwa berpikir realistis tentang cinta adalah hal yang terbaik. Meskipun pada mulanya dia menyukai Lintang, tapi ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. Lagi pula cinta Ajeng terhadap L...